Kamis, 18 Oktober 2018

Makala Model Pembelajaran


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada disekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses tersebut melalui berbagai pengalaman. Kegiatan pembelajaran dilakukan oleh dua orang pelaku, yaitu guru dan siswa. Perilaku mengajar dan perilaku belajar tersebut terkait dengan bahan pembelajaran. Bahan pembelajaran dapat berupa pengetahuan, nilai-nilai kesusilaan, seni, agama, sikap, dan keterampilan. Hubungan antara guru, siswa dan bahan ajar bersifat dinamis dan kompleks. Untuk mencapai keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran, terdapat beberapa komponen yang dapat menunjang, yaitu komponen tujuan, komponen materi, komponen strategi belajar mengajar, dan komponen evaluasi. Masing-masing komponen tersebut saling terkait dan saling mempengaruhi satu sama lain. Dan komponen-komponen pembelajaran tersebut harus diperhatikan oleh guru dalam memilih dan menentukan model-model pembelajaran apa yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran.
Model-model pembelajaran biasanya disusun berdasarkan berbagai prinsip atau teori sebagai pijakan dalam pengembangannya. Biasanya mempelajari model-model pembelajaran didasarkan pada teori belajar yang dikelompokan menjadi empat model pembelajaran. Model tersebut merupakan pola umum prilaku pembelajaran untuk mencapai kompetensi/tujuan pembelajaran yang diharapkan. Jocyce & Weil berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum dan pembelajaran di kelas atau di luar kelas. Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guruboleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efesien untuk mencapai tujuan pembelajaran.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka munculah permasalahan-permasalahan, yaitu :
1.      Sebutkan pengertian model pembelajaran?
2.      Sebutkan hakikat dari belajar dan pembelajaran?
3.      Apa saja dasar pertimbangan pemilihan model pembelajaran?
4.      Sebutkan ciri-ciri model pembelajaran?
5.      Sebutkan macam-macam model pembelajaran?

C.     Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan  makalah ini adalah :
1.      Mengetahui pengertian model pembelajaran.
2.      Mengetahui hakikat dari belajar dan pembelajaran.
3.      Mengetahui dasar pertimbangan pemilihan model pembelajaran.
4.      Mengetahui berbagai macam model-model pembelajaran.























BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Model Pembelajaran
Secara kharfiah model dimaknakan sebagai suatu objek atau konsep yang di gunakan untuk merepresentasikan suatu hal. Sesuatu yang nyata dan di konversi untuk sebuah bentuk yang lebih komprehensif (Meyer, W.J., 1985:2). Lalu apa yang dimaksud dengan model pembelajaran itu sendiri? Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang di gunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, computer, kurikulum dan lain-lain (joyce, 1992:4). Selanjutnya Joyce menyatakan bahwa setiap model pembelajaran mengarahkan kita ke dalam mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
Adapun Soekamto, dkk (dalam Nurulwati, 2000:10) mengemukakan maksud dari model pembelajaran adalah “kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi paraperancang pembelajaran dan parapengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar”. Dengan demikian, aktivitas peembelajaran benar-benar merupakan kegiatan bertujuan yang tertata secara sistematis.
Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada strategi, metode, atau prosedur. Model pengajaran mempunyai empat cirri khusus yang tidak dimiliki strategi, metode atau prosedur. Ciri-ciri tersebut ialah:
1)      Rasional teoritis logis yang di susun oleh para pencipta atau pengembangnya;
2)      Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan di capai)
3)      Tingkah laku mengajar yang di perlukan agar model tersebut dapat di laksanakan dengan berhasil;
4)      Lingkungan belajar yang di perlukan agar tujuan pembelajaraan itu dapat tercapai (Kardi dan Nur, 2000:9).

Selain ciri-ciri khusus pada suatu model pembelajaran menurut Nieveen (1999), suatu model pembelajaran di katakan baik jika memenuhi criteria sebagai berikut :
1)      SAHIH (valid), aspek validitas di kaitkan dengan dua hal yaitu, (1) apakah model yang di kembangkan didasarkan pada rasional teoritis yang kuat; (2) apakah terdapat konsistensi internal.
2)      PRAKTIS, aspek kepraktisan hanya dapat di penuhi jika, (1) para ahli dan praaktisi menyatakan bahwa apa yang di keembangkan dapat di terapkan (2) kenyataan menunjukan bahwa apa yang di kembangkan tersebut dapat di terapkan.
3)      EFEKTIF, berkaitan dengan aspek efektivitas ini, Nieveen memberikan parameter sebagai berikut, (1) ahli dan praktisi berdasar pengalaamannya menyatakan bahwa model tersebut efeektif; (2) secara operasional model tersebut memberikan hasil sesuai dengan yang di harapkan.
Menurut Khabibah (2006), bahwa untuk melihat tingkat kelayakan suatu model pembelajaran untuk aspek validitas di butuhkan ahli dan praktisi untuk memvalidasi model pembelajaran yang di kembangkan. Sedangkan  untuk aspek kepraktisan dan evektivitas di perlukan suatu peerangkat pembelajaaran untuk melaksanaakan model pembelajaraan yang di kembangkan. Sehingga untuk melihat dua aspek itu perlu di kembangkan suatu perangkat pembelajaran untuk suatu  topic tertentu yang sesuai dengan model pembelajaran yang di kembangkan. Selain itu dikembangkan pula instrument penelitian yang sesuai dengan tujuan yang di inginkan.
Dalam mengajarkan suatu pokok bahasan (materi) tertentu harus di pilih model pembelajaran yang paling sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Oleh karena itu, dalam memilih suatu model pembelajaran harus memiliki pertimbangan-pertimbangan. Misalnya, materi pembelajaraan, tingkat perkembangan kognitif siswa, dan sarana atau fasilitas yang tersedia, shingga tujuan peembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai.
Dengan demikian, merupakan hal yang sangat peenting bagi para pengajar untuk mempelajari dan menambah wawasan tentang model peembelajaran yang telah diketahui. Karena dengan menguasai beberapa model pembelajaran, maka seorang guru dan dosen akan merasakan adanya kemudahan di dalam pelaksanaan pembelajaran dikelas, sehingga tujuan pembelajaran yang hendak kita capai dalam proses pembelajaran dapat tercapai dan tuntas sesuai yang di harapkan.


B.     Hakikat Belajar dan Pembelajaran.
1.      Pengertian Belajar.
Bagi kita yang aktif dalam dunia pendidikan ataupun yang memiliki high responsibility tinggi terhadap dunia pendidikan pasti akan selalu memepertanyakan beberapa hal yang terkait langsung dengan dunia pendidikan, yaitu apa itu belajar, mengajar dan pembelajaran? Secara sederhana Anthony Robbins, mendefinisikan belajar sebagai proses menciptakan hubungan antara sesuatu (pengetahuan) yang sudah di pahami dan sesuatu (pengetahuan) yang baru. Pandangan Anthony Robbins senada dengan apa yang di kemukakan oleh Jerome Brunner dalam (Romberg & Kaput, 1999), bahwa belajar adalah suatu proses aktif dimana siswa membangun (mengkonstruk) pengetahuan baru berdasarkan pada pengalaman/pengetahuan yang sudah dimilikinya. Dalam pandangan konstruktivisme ‘belajar’ bukanlah semata-mata mentransfer pengetahuan yang ada di luar darinya, tetapi belajar lebih pada bagaimana otak memproses dan menginterpretasikan pengalaman yang baru dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya dalam format yang baru.
Belajar secara umum diartikan sebagai perubahan pada individu yang terjadi melalui pengalaman, dan bukan karena pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak lahir. Proses belajar terjadi melalui banyak cara baik di sengaja maupun tidak di sengaja dan berlangsung sepanjang waktu dan menuju pada suatu perubahan pada diri pembelajar. Perubahan yang di maksud adalah perubahan prilaku tetap berupa pengetahuan, pemahaman, ketermapilan, dan kebiasaan yang baru diperoleh individu.
Apa hakikat mengajar? Unsur terpenting dalam mengajar ialah merangsang serta mengarahkan siswa belajar. Mengajar pada hakikatnya tidak lebih dari sekedar menolong para siswa untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, sikap, serta ide dan apresiasi yang menjurus kepada perubahan tingkahlaku dan  pertumbuhan siswa (Subiyanto, 1988:30). Cara mengajar yang baik merupakan kunci dan prasarat bagi siswa untuk dapat belajar dengan baik.
Apa pula yang dimaksud dengan pembelajaran? Pemebelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. Pembelajaran secara simple dapat diartikan sebagai produk interaktif berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Dalam makna yang lebih kompleks pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Dalam makna ini jelas terlihat bahwa pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan peserta didik, dimana antara keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang intens dan terarah menuju pada suatu target yang telah di tetapkan sebelumnya.

C.    Dasar Pertimbangan Pemilihan Model Pembelajaran
Sebelum menentukan model pembelajaran yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan guru dalam memilihnya, yaitu:
1.      Pertimbangan terhadap tujuan yang hendak dicapai. Pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan adalah:
a.       Apakah tujuan pembelajaran yang ingin dicapai berkenaan dengan kompetensi akademik, kepribadian, sosial dan kompetensi vokasional atau yang dulu diistilahkan dengan domain kognitif, afektif atau psikomotor?
b.      Bagaimana kompleksitas tujuan pembelajaran tujuan pembelajaran yang ingin dicapai?
c.       Apakah untuk mencapai tujuan itu memerlukan keterampilan akademik?
2.      Pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atau materi pembelajaran:
a.       Apakah materi pelajaran itu berupa fakta, konsep, hukum atau teori tertentu?
b.      Apakah untuk mempelajari materi pembelajaran itu memerlukan prasyarat atau tidak?
c.       Apakah tersedia bahan atau sumber-sumber yang relevan untuk mempelajari materi itu?
3.      Pertimbangan darisudut peserta didik atau siswa.
a.       Apakah model pembelajaran sesuai dengan tingkat kemetangan peserta didik?
b.      Apakah model pembelajaran itu sesuai dengan minat, bakat, dan kondisi peserta didik?
c.       Apakah model pembelajaran itu sesuai dengan gaya belajar peserta didik?

4.      Pertimbangan lainnya yang bersifat nonteknis.
a.       Apakah untuk mencapai tujuan hanya cukup dengan satu model saja?
b.      Apakah model pembelajaran yang kita tetapkan dianggap satu-satunya model yang dapat digunakan?
c.       Apakah model pembelajaran itu memiliki nilai efektifitas atau efisiensi?

D.    Ciri-Ciri Model Pembelajaran
Model pembelajaran memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1.      Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu.
2.      Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu.
3.      Dapat dijadika pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar di kelas.
4.      Memiliki bagian-bagian model yang dinamakan:
a.       Urutan langkah-langkah pembelajaran (syntaks).
b.      Adanya prinsip-prinsip reaksi.
c.       Sistem sosial.
d.      Sistem pendukung.
5.      Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran. Dampak tersebut meliputi:
a.       Dampak pembelajaran, yaitu hasil belajar yang dapat diukur.
b.      Dampak pengiring, yaitu hasil belajar jangka panjang.
6.      Membuat persiapan mengajar (desain instruksional) dengan pedoman model pembelajaran yang dipilihnya.

E.     Macam-Macam Model Pembelajaran
1.      Model Pembelajaran Kontekstual  (Contextual Teaching And Learning)
A.    Konsep Dasar Pembelajaran Kontekstual
Pembelajar konteksual (contextual teaching and learning) merupakan konsep belajar yang dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Nurhadi, 2002).
Sistem CTL adalah proses pendidikan yang bertujuan membantu siswa melihat makna dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan  jalan menghubungkan mata pelajaran akademik dengan isi kehidupan sehari-hari, yaitu dengan konteks kehidupan pribadi, sosial, dan budaya.
Pembelajaran kontekstual sebagai suatu model pembelajaran yang memberikan fasilitas kegiatan belajar siswa untuk mencari, mengolah, dan menemukan pengalaman belajar yang lebih bersifat konkret (terkait dengan kehidupan nyata) melalui keterlibatan aktivitas siswa dalam mencoba, melakukan, dan mengalami sendiri. Dengan demikian, pembelajaran tidak sekedar dilihat dari sisi produk, akan tetapi yang terpenting adalah proses.
Pada intinya penngembangan setiap komponen CTL  tersebut dalam pembelajaran dapat dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:
1.      Mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar lebih bermkna, apakah dengan cara bekerja  sendiri, menemukan sendiri, dan mengonstruksi sendiri pengetahuan dan keterangan baru yang akan dimilikinya.
2.      Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topik yang diajarkan.
3.      Mangembangakan sifat ingin tahu siswa melalui memunculkan pertanya-pertanyaan.
4.      Menciptakan masyarakat belajar, seperti melalui kegiatan  kelompok berdiskusi, tanya jawaban, dan lain sebagainya.
5.      Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran, bisa melalui ilustrasi, model, bahkan media yang sebenarnya.
6.      Membiasakan anak untuk melakukan refleksi dari setiap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.
7.      Melakukan penilaian secara objektif, yaitu menilai kemampuan yang sebenarnya pada setiap siswa.

B.     Prinsip Pembelajaran Kontekstual
Ada tujuh prinsip pembelajaran kontekstual yang harus dikembangkan oleh guru, yaitu:
1.      Konstruktivisme (Contructivism)
Kontruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) dalam CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat.
Oleh karena itu, dalam CTL, strategi untuk membelajarkan siswa menghubungkan antara setiap konsep dengan kenyataan merupakan unsur yang diutamakan  dibandingkan dengan kenyataan merupakan unsur yang diutamakan dibandingkan dengan penekanan terhadapseberapa banyak pengetahuan yang harus diingat oleh siswa.
2.      Menemukan (Inquiry)
Menemukan, merupakan kegiatan inti dari CTL, melalui upaya menemukan akan memberi penegasan bahwa pengetahuan dan keterampilan serta kemampuan-kemampuan lain yang diperlukan bukan merupakan hasil dari mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi merupakan hasil menemukan sendiri.
3.      Bertanya (Question)
Penerapan unsur bertanya dalam CTL harus difasilitasi oleh guru, kebiasaan siswa untuk bertanya atau kemampuan guru dalam menggunakan pertanyaan dengan baik akan mendorong pada peningkatan kualitas dan produktifitas pembelajaran.
Dalam implementasi CTL, pertanyaan yang diajukan oleh guru atau sisw harus dijadikan alat atau pendekatan untuk menggali informasi atau sumber belajar yang ada kaitannya dengan kehidupan nyata. Melalui penerapan bertanya, pembelajaran akaan lebih hudup, akan mendorong proses dan hasil pembelajaran yang lebih luas dan mendalam, dan akan ditemukan unsur-unsur terkait yang sebelumnya tidak terpikir baik oleh guru maupun siswa. Dengan pengembangan bertanya produktifitas pembelajaran akan lebih tinggi karena dengan bertanya, maka:
a.       Dapat menggali informasi, baik administrasi maupun akademik,
b.      Mengecek pemahaman siswa,
c.       Membangkitkan respoon siswa,
d.      Mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa,
e.       Mengetahui hal-hal yang diketahui siswa,
f.       Memfokuskan perhatian siswa,
g.      Membengkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa, dan
h.      Menyegarkan kembali pengetahuan yang telah dimiliki siswa.
4.      Masyarakat belajar
Masyarakat belajar adalah membiasakan siswa untuk melakukan kerjasama dan memanfaatkan sumber belajar dari teman-teman belajarnya.
5.      Pemodelan (Modelling)
Kini guru bukan lagi satu-satunya sumber belajar bagi siswa, karena dengan segala kelebihan dan keterbatasan yang dimiliki oleh guru akan mengalami hambatan untuk memberikan pelayanan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan siswa yang cukup heterogen. Oleh karena itu, tahap pembuatan model dapat dijadikan alternatif untuk mengembangkan pembelajaran siswa bisa memenuhi harapan siswa secara menyeluruh, dan  membantu mengatasi keterbatasan yang dimiliki oleh para guru.
6.      Refleksi (Reflection)
Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru terjadi atau baru saja dipelajari. Pada saat refleksi siswa diberi kesempatan untuk mencerna, menimbang, membandingkan, menghayati, dan melakukan diskusi dengan dirinya sendiri (learning to be). Melalui model CTL, pengalaman belajar bukan hanya terjadi dan dimiliki ketika seorang siswa berada di dalam kelasa,akan tetapi jauh lebih penting dari pada itu adalah bagaimana membawa pengalaman belajar tersebut ke luar dari kelas, yaitu pada saat dituntut menanggapi dan memecahkan permasalahan nyata yang dihadapi sehari-hari.
7.      Penilaian Sebenarnya (Authentic Assessment)
Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data dan informasi yang bisa memberikan gambaran atau petunjuk terhadap pengalaman belajar siswa. Dengan terkumpulnya berbagai data dan informasi yang lengkap sebagai perwwujudan dari penerapan penilaian, maka akan semakin akurat pula pemahaman guru terhadap proses dan hasil pengalaman belajar setiap siswa.

2.      Model Pembelajaran Kooperatif
A.    Konsep Dasar pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Pada hakikatnya cooperative learning sama dengan kerja kelompok.
Nurulhayati, (2002;25-28), mengemukakan lima unsur dasar model cooperative learning, yaitu:
1.      Ketergantungan yang positif,
2.      Pertanggungjawaban individual,
3.      Kemampuan bersosialisasi,
4.      Tatap muka,
5.      Evaluasi proses kelompok.
Ada dua komponen pembelajaran kooperatif, yakni :
1.      Cooperative task atau tugas kerja sama.
2.      Cooperative incentive structure, atau struktur intensif kerja sama.
Pembelajaran kooperatif akan efektif digunakan apabila :
1.      Guru menekankan pentingnya usaha bersama disamping usaha secara individual.
2.      Guru menghendaki pemerataan perolehan hasil dalam belajar.
3.      Guru ingin menanamkan tutor sebaya atau belajar melalui teman sendiri.
4.      Guru menghendaki adanya pemerataan partisipasi aktif siswa.
5.      Guru menghendaki kemampuan siswa dalam memecahkan berbagai masalah.

B.     Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif
1.      Pembelajaran Secara Tim
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dilakukan secara tim.
Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu membuat setiap siswa belajar. Setiap anggota timharus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran.
2.      Didasarkan pada Manajemen Kooperatif
Tiga fungsi manajemen, yaitu :
a.       Perencanaan pelaksanaan menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, dan langkah-langkah pembelajaran yang sudah ditentukan.
b.      Organisasi, menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan yang matang agar proses pembelajaran berjalan dengan efektif.
c.       Kontrol, menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif perlu ditentukan kriteriakeberhasilan baik melalui bentuk tes maupun nontes.
3.      Kemauan untuk Beekerja Sama
Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok, oleh karenanya prinsip kebersamaan atau kerja sama perlu ditentukan dalam pembelajaran kooperatif.
4.      Keterampilan Bekerja Sama
Kemampuan bekerja sama itu dipraktikkan melalui aktivitas dalam kegiatan pembelajaran secara berkelompok. Dengan bemikian, siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.


Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Tahap
Tingkah Laku Guru
Tahap 1
Menyampaikan tujuan dan motivasi siswa.
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada kegiatan pelajaran dan menekankan pentingnya topik yang akan dipelajari dan memotivasi siswa belajar.
Tahap 2
Menyajikan informasi.
Guru menyajikan informasi atau materi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau melalui bahan bacaan.
Tahap 3
Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar.
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membimbing setiap kelompok agar melakukan transisi secara efektif dan efisien.
Tahap 4
Membimbing kelompok bekerja dan belajar.
Guru membimbing kelompok-kelompok velajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
Tahap 5
Evaluasi.
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajariatau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
Tahap 6
Memberikan penghargaan.
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

Prosedur Pembelajaran Kooperatif
1.      Penjelasan Materi, tahap ini merupakan tahap penyampaian pokok-pokok materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan utama tahap ini adalah pemahaman siswa terhadap pokok materi pelajaran.
2.      Beajar Kelompok, tahap ini dilakukan setelah guru memberikan penjelasan materi, seswa bekerja dalam kelompok yang telah dibentuk sebelumnya.
3.      Penilaian, dilakukan melalui tes atau kuis, yang dilakukan secara individu atau kelompok.
4.      Pengakuan tim, adalah penetapan tim yang dianggap paling menonjol atau paling berprestasi untuk kemudian diberikan penghargaan atau hadiah, dengan harapan dapat memotivasi tim untuk terus berprestasi lebih baik lagi.



C.     Model-model Pembelajaran Kooperatif
1.      Model Student Teams Achievement Division (STAD)
Model ini dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin. Dalam STAD, siswa dibagi menjadi kelompok beranggotakan empat orang yang beragam kemampuan, jenis kelamin, dan sukunya. Guru memberikan suatu pelajaran dan sisa-siswa di dalam kelompok memastikan bahwa semua anggota kelompok itu bisa menguasai pelajaran tersebut.
Slavin memaparkan bahwa: “gagasan utama dibelakang STAD adalah memacu siswa agara saling mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai  keterampilan yang diajarkan guru”. STAD merupakan suatu metode generik tentang pengaturan kelas dan bukan metode pengajaran kooprehensif untuk subjek tertentu, guru menggunakan materi mereka sendiri untuk menambah atau mengganti materi-materi ini.
2.      Model Jigsaw
Model ini dikembangkan dan diujicoba oleh Elliot Aronson dan teman-temannya di Universitas Texas.
Model pembelajaran kooperatif model Jigsaw adalah sebuah model belajar kooperatif yang menitik beratkan pada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
a.       Siswa dikelompokkan dengan anggota ± 4 orang.
b.      Tiap orang dalam tim diberi matrri tugas yang berbeda.
c.       Anggota dari tim yang berbeda dengan penugasan yang sama membentuk kelompok baru (kelompok ahli).
d.      Setelah kelompok ahli berdiskusi, tiap anggota kembali ke kelompok asal dan menjelaskan kepada anggota kelompok tentang subbab yang mereka kuasai.
e.       Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi.
f.       Pembahasan.
g.      Penutup.

3.      Investigasi Kelompok (Group Investigation)
Strategi belajar kooperatif GI dikembangkan oleh Shlomo Sharan dan Yael Sharan di Universitas Tel Aviv, Israel.
Model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dapat dipakai guru untuk mengembangkan kreativitas siswa, baik secara perorangan maupun kelompok. Model pembelajaran kooperatif dirancang untuk membantu terjadinya pembagian tanggung jawab ketika siswa mengikuti pembelajaran dan berorientasi menuju pembentukan manusia sosial (Mafune, 2005:4).
Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe group investigation adalah :
a.       Membagi siswa ke dalam kelompok kecilyang terdiri dari ± 5 siswa.
b.      Memberikan pertanyaan terbuka yang bersifat analitis.
c.       Mengajak setiap siswa untuk berpartisipasi dalam menjawab pertanyaan kelompok secara bergiliran searah jarum jam dalam kurun waktu yang disepakati.
4.      Model Struktural
Menurut pendapat Spencer dan Miguel Kagan (Sholom Sharan, 2009:267) bahwa terdapat eman komponen utama di dalam pembelajaran kooperatif tipe pendekatan struktural diantaranya, yaitu:
a.       Struktur dan Konstruktur yang berkaitan
b.      Prinsip-prinsip Dasar
Empat prinsip dasar dalam model struktural, yaitu: intrraksi serentak, partisipasi sejajar, interdependensi positif, dan akuantibilitas perseorangan.
c.       Pembentukan Kelompok dan Pembentukan Kelas
Lima tujuan pembentukan kelompok adalah: agar dikenal, identitas kelompok, dukungan timbal-balik, menilai perbedaan, dan mengembangkan sinergi.


d.      Kelompok
Kagan (Shlom Shara, 2009: 288) membedakan empat tipe kelompok belajar adalah: kelompok heterogen, kelompok acak, kelompok minat, kelompok bahasa homogen.
e.       Tata Kelola
f.       Keterampilan Sosial
The Structured natural Approach untuk pemerolehan keterampilan sosial menggunakan empat alat, yakni: peran dan gerakan pembuka, pemodelan dan penguatan, struktur dan penstrukturan, dan refleksi dan waktu perencanaan.
Perbandingan Karakteristik Model-model Pembelajaran Kooperatif

STAD
JIGSAW
INVESTIGASI KELOMPOK
STRUKTURAL
Tujuan kognitif
Informasi akademik sederhana
Informasi akademik sederhana
Informasi akademik tingkat tinggi dan keterampilan inquiry
Informasi akademik sederhana
Tujuan sosial
Kerja kelompok dan kerja sama
Kerja kelompok dan kerja sama
Kerja sama dalam kelompok kompleks
Keterampilan kelompok dan keterampilan sosial
Struktur tim
Kelompok belajar heterogen dengan 4-5 orang anggota
Kerja kelompok dan kerja sama
Kelompok belajar dengan dengan 5-6 anggota homogen
Bervariasi berdua, bertiga, kelompok dengan 4-6 anggota..
Pemilihan topik pelajaran
Biasanya guru
Biasanya guru
Biasanya guru
Biasanya guru
Tugas utama
Siswa dapat menggunakan lembar kegiatan dan saling membantu untuk menuntaskan materi belajar
Siswa mempelajari materi dalam kelompok “ahli”, kemudian membantu anggota kelompok “asal” mempelajari materi itu
Siswa menyelesaikan inquiry jompleks
Siswa mengerjakan tugas-tugas yang diberikan sosial dan kognitif
Penilaian
Tes mingguan
Bervariasi, dan berupa tes mingguan
Menyelesaikan proyek dan menulis  laporan, dapat menggunakan tes essai
Bervariasi
Pengakuan
Lembar pengetahuan dan publikasi lain
Publikasi lain
Lembar pengetahuan dan publikasi lain
Bervariasi

3.      Model  pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
A.    Pengertian dan Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran berbasis masalah merupakan penggunaan berbagai macam kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuk menghadapi segala sesuatu yang baru dan kompleksitas yang ada (Tan, 2000).
Karakteristik pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut :
a.       Permasalahan menjadi starting point dalam belajar,
b.      Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia nyata yang tidak terstruktur,
c.       Permasalahan membutuhkan perspektif ganda (multiple perspective),
d.      Permasalahan, menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, sikap, dan kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan bidang baru dalam belajar,
e.       Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama,
f.       Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaannya, dan evaluasi sumber informasi merupakan proses yang esensial dalam PBM,
g.      Belajar adalah kolaboratif, komunikasi, dan kooperatif,
h.      Pengembangan keterampilan inquiry dan pemcahan masalah sama pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari sebuah permasalahan,
i.        Keterbukaan proses dalam PBM meliputi sintesis dan integrasi dari sebuah proses belajar, dan
j.        PBM melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses belajar.



Studi kasus Pembelajaran Berbasis Masalah, meliputi :
1.      Penyajian masalah,
2.      Menggerakkan inquiry,
3.      Langkah-langkah PBM, yaitu analisis inisial, mengangkat isu-isu belajar, iterasi kemandirian dan kolaborasi pemecahan masalah, integrasi pengetahuan baru, penyajian solusi dan evaluasi.

B.     Peran Guru Dalam Pembelajaran Berbasis Masalah
1.      Menyiapkan Perangkat Berpikir Siswa
Beberapa hal yang dapat dilakukan guru untuk menyiapkan siswa dalam PBM dalah :
a.       Membantu siswa mengubah cara berpikir,
b.      Menjelaskan apakah PBM itu? Pola apa yang akan dialami siswa?,
c.       Memberi siswa ikhtisar siklus PBM, struktur, dan batasan waktu,
d.      Mengomunikasikan tujuan, hasil dan harapan,
e.       Menyiapkan siswa untuk pembaruan dan kesulitan yang akan menghadang, dan
f.       Membantu siswa merasa memiliki masalah.
2.      Menekankan Belajar Kooperatif
Dalam proses PBM, siswa belajar bahwa dalam bekerja dalam tim dan kolaborasi itu penting untuk mengembangkan proses kognitif yang berguna untuk meneliti lingkungan, memahami permasalahan, mengambil dan menganalisis data penting, dan mengelaborasi solusi.
3.      Memfasilitasi Pembelajaran Kelompok Kecil dalam Pembelajaran Berbasis Masalah
Kelompok kecil berkisar 1 sampai 10 siswa atau bahkan lebih sedikit dengan satu orang guru. Guru dapat menggunakan berbagai teknik belajar kooperatif untuk menggabungkan kelompok-kelompok tersebut dalam langkah-lngkah yang beragam dalam siklus PBM untuk menyatukan ide, berbagai hasil belajar, dan penyajian ide.


4.      Melaksanakan Pembelajaran Berbasis Masalah
Guru mengatur lingkungan belajar untuk mendorong penyatuan dan pelibatan siswa dalam masalah. Guru juga memainkan peran aktif dalam memfasilitasi inquiry kolaboratif dan proses belajar siswa.

C.     Intisari Pembelajaran Berbasis Masalah
Menurut Ibrahim dan Nur (2002) mengemukakan tujuan PBM secara lebih rinci, yaitu :
1.      Membantu siswa mengambangkan kemampuan berpikir dan memecahkan masalah.
2.      Belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata.
3.      Menjadi para siswa yang otonom.
Ibrahim dan Nur (2000: 13) dan Ismail (2002; 1) mengemukakakn bahwa langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah adalah sebagai berikut :
fase
indikator
Tingkah laku guru
1.
Orientasi siswa pada masalah
Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan, dan memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah.
2.
Mengorganisasi siswa untuk belajar
Membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
3.
Membimbing pengalaman individual/kelompok
Mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
4.
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
5.
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan.






4.      Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI)
Pendidikan merupakan salah satu faktor terpenting dalam pembangunan suatu negara. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam memperbaiki kualitas sumber daya manusia yang dimiliki. Upaya peningkatan kualitas pendidikan yang sesuai dengan perkembangan jaman dan teknologi dapat meningkatkan martabat Indonesia di mata dunia. Peningkatan dan pembaharuan di dalam bidang pendidikan harus terus dilakukan agar tujuan utama dari pendidikan nasional Indonesia dapat tercapai. Peningkatan tersebut dapat dilakukan dalam bidang pembaharuan model pembelajaran maupun pembaharuan dalam bidang teknologi media pembelajaran yang digunakan.
Proses pembelajaran sampai saat ini masih memiliki banyak permasalahan. Banyak faktor yang mempengaruhi keaktifan dan hasil belajar siswa di kelas. Ketidaktertarikan pada mata pelajaran, siswa yang merasa cepat bosan karena metode pembelajaran yang kurang menarik, partisipasi siswa yang kurang dalam kegiatan-kegiatan pembelajaran dan tidak adanya variasi dalam penyampaian materi pembelajaran. Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut guru dapat menggunakan metode dan model pembelajaran yang dapat dipadukan dengan media pembelajaran inovatif untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa.
Diedrich (dalam Hamalik 2008 : 172-173) menyatakan bahwa macammacam aktifitas siswa antara lain visual activities, oral activities, listening activities, writing activities, drawing activities, motor activities, mental activities, emotional activities. Slameto (2001:57) menggolongkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar menjadi dua golongan, yaitu faktor-faktor intern (dalam) dan faktor-faktor ekstern (luar). Faktor intern ini dibedakan menjadi tiga faktor yaitu: faktor jasmaniah, faktor psikologi dan faktor kelelahan. Sedangkan faktor ekstern yang berpengaruh terhadap hasil belajar dapat dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat. Model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) berbantuan media movie merupakan model pembelajaran yang menggunakan suatu permasalahan di dalam kehidupan sehari-hari untuk diidentifikasi dan dipecahkan, tidak hanya terpusat pada penguasaan materi.
Model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) berbantuan media movie mendorong siswa untuk menganalisis masalah, mencari informasi, menyusun hipotesis, serta memecahkan masalah dengan bantuan tayangan video maupun film dalam mengidentifikasi suatu permasalahan.
Kelebihan model pembelajaran PBI berbantuan media movie yang diadaptasi dari Ibrahim dan Nur (2004) yaitu mampu meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran, mendorong kerjasama dalam menyelesaikan masalah, mendorong siswa melakukan pengamatan dan dialog dengan orang lain, melibatkan siswa dalam penyelidikan pilihan sendiri. Hal ini memungkinkan siswa untuk menjelaskan serta membangun pemahamannya sendiri mengenai fenomena tersebut. Selain itu, kelebihan model pembelajaran PBI berbantuan media movie adalah membantu siswa untuk pembelajaran mandiri. Bimbingan guru kepada siswa secara berulang-ulang mendorong dan mengarahkan siswa untuk mengajukan pertanyaan dan mencari penyelesaian masalah mereka sendiri. Dengan begitu siswa belajar menyelesaikan tugas-tugas mereka secara mandiri dalam kehidupan kelak.

5.      Model Pembelajaran Berbasis Komputer
A.    Perspektif Historis Pembelajaran Berbasis Komputer
Pemanfaatan komputer dalam bidang pendidikan, khususnya dalam pembelajaran sebenarnya merupakan mata rantai dari sejarah teknologi pembelajaran. Sejarah pembelajaran berbasis komputer dimulai dari munculnya ide-ide untuk menciptakan perangkat teknologi terapan yang memungkinkan seseorag melakukan proses belajar secara individual dengan menerapkan prinsip-prinsip didaktik-metodik tersebut.

Mesin mengajar pada mulanya diciptakan oleh Pressey untuk melakukan tes terhadap kemampuan yang dicapai dari hasil belajar. Cara kerja mesin tersebut adalah:
1.      Bahan disusun dalam bentuk pertanyaan pilihan ganda dengan empat kemungkinan jawaban, dengan satu diantaranya dalah kemungkinan jawaban yang benar,
2.      Testee membaca soal tes pada layar display dan memilih alternatif jawaban yang benar dari satu soal,
3.      Dengan menekan tombol alternatif jawaban yang benar, bila yang ditekan adalah alternatif jawaban yang benar, maka pada layar display akan muncul soal tersebut. Tetapi bila salah, maka akan memberikan respon dengna cara tidak memunculkan soal berikutnya.
Pembelajaran berdasarkan komputer sangat dipengaruhi oleh teori belajar kognitif model pemrosesan informasi (information processing model), yang mulai berkembang pada tahun 60 sampai 70-an. Model ini memuncukan konseptualisasi dari sistem memori pada komputer.

6.      Model PAKEM (Partisipatif, Aktif, Kreatif, dan Menyenangkan)
A.    Pengertian PAKEM
PAKEM merupakan model pembelajaran dan menjadi pedoman dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan pelaksanaan pembelajaran PAKEM, diharapkan berkembangnya berbagai macam inovasi kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang partisipasif, aktif, kreatif dan ,menyenagkan.
Dalam model PAKEM ini, guru dituntut untuk dapat melakukan kegiatan pembelajaran yang dapat melibatkan siswa melalui partisipatif, aktif, kreatif, dan menyenangkan yang pada akhirnya membuat siswa dapat menciptakan membuat karya, gagasan, pendapat, ide atas hasil penemuannya dan usahanya sendiri, bukan dari gurunya.
1.      Pembelajaran Partisipatif
Pembelajaran partisipatif yaitu pembelajaran yang melibatkan siswa dengan kegiatan pembelajaran secara optimal. Pelajaran ini menitikberatkan pada keterlibatan siswa pada kegiatan pembelajar (child center/student center) bukan pada dominasi guru dalam penyampaian materi pelajaran (teacher center).
2.      Pembelajaran Aktif
Pembelajaran aktif merupakan pendekatan pembelajaran yang lebih banyak melibatkan aktivitas siswa dalam mengakses berbagai informasi dan pengetahuan untuk dibahas dan dikaji dalam proses pembelajaran dikelas, sehingga mereka mendapatkan berbagai pengalaman yang dapat meningkatkan pemahaman kompetensi. Dalam pembelajaran aktif, guru lebih banyak memosisikan dirinya sebagai fasilitator, yang bertugas memberikan kemudahan belajar (to facilitate of learning) kepada siswa. Siswa terlibat secara aktif dan berperan dalam proses pembelajaran, sedangkan guru lebih banyak memberikan arahan dan bimbingan, serta mengatur sirkulasi dan jalannya proses pembelajaran.
3.      Pembelajaran Kreatif
Pembelajaran kreatif merupakan proses pembelajaran yang mengharuskan guru untuk dapat memotifasi dan memunculkan kreativitas siswa selama pembelajaran berlangsung, dengan menggunakan beberapa metode dan strategi yang bervariasi, misalnya kerja kelompok, bermain peran,dan pemecahan masalah.
4.      Pembelajaran Efektif
Pembelajaran dapatdikatan efektif jika mampu memberikan pengalam baru kepada siswa membentuk kompetensi siswa, serta mengantarkan mereka ke tujuan yang ingin dicapai secara optimal.
Untuk menciptakan pembelajaran yang efektif, guru harus memperhatikan beberapa hal, yaitu :
a.       Pengelolaan tempat belajar,
b.      Pengelolaan siswa,
c.       Pengelolaan kegiatan pembelajaran,
d.      Pengelolaan konten/materi pelajaran, dan
e.       Pengelolaan media dan sumber belajar.

5.      Pembelajaran Menyenangkan
Pembelajaran menyenangkan (joyfull instruction) merupakan suatu proses pembelajaran yang di dalamnya terdapat suatu kohensi yang kuat antara guru dan siswa, tanpa ada perasaan terpaksa atau tertekan (not under pressure) (Mulyasa, 2006:194). Dengan demikina pembelajaran menyenangkan adalah adanya pola hubungan yang baik antara guru dengan siswa dalam proses pembelajaran. Guru memosisikan dirinya sebagai mitra belajar siswa, bahkan dalam hal tertentu tidak menutup kemungkinan guru belajar dari siswanya.
Untuk mewujudkan proses pembelajaran yang menyenangkan, guru harus mampu merancang pembelajaran dengan baik, memilih materi yang tepat, serta memilih dan mengembangkan strategi yang dapat melibatkan siswa secara optimal.
Terdapat empat aspek yang memenuhi model PAKE, yaitu pengalaman, komunikasi, interaksi, dan refleksi.
a.       Pengalaman
Di aspek pengalaman ini siswa diajarkan untuk dapat belajar mandiri. Di dalamnya terdapat banyak cara untuk penerapannya, antara lain seperti eksperimen, pengamatan, percobaan, penyelidikan, dan wawancara. Karena di aspek pengalaman, anak belajar banyak melalui berbuat dan dengan melalui pengalaman langsung, dapat mengaktifkan banyak indera yang dimiliki anak tersebut.
b.      Komunikasi
Aspek komunikasi ini dapat dilakukan dengan beberapa bentuk, antara lain mengemukakan pendapat, presentasi laporan, dan memajang hasil kerja. Di aspek ini anak dapat mengungkapkan gagasan, dapat mengonsolidasi pikiran, mengeluarkan gagasan, memancing gagasan orang lain, dan membuat bangunan makna mereka dapat diketahui oleh guru.


c.       Interaksi
Aspek interaksi ini dapat dilakukan dengan cara interaksi, tanya jawab, dan saling melempar pertanyaan. Dengan hal-hal seperti itulah kesalahan makna yang diperbuat oleh anak-anak berpeluang untuk terkoreksi dan makna yang terbangun semakin mantap, sehingga dapat menyebabkan hasil belajar meningkat.
d.      Refleksi
Dalam aspek ini yang dilakukan adalah memikirkan kembali apa yang telah diperbuat/dipikirkan oleh anak selama mereka belajar. hal ini dilakukan supaya terdapatnya perbaikan gagasan/makna yang telah dikeluarkan oleh anak dan agar mereka tidak mengulangi kesalahan. Di sini anak diharapkan juga dapat menciptakan gagasan-gagasan baru.

7.      Model Pembelajaran Berbasis WEB (E-Learning)
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa semua pelajaran dilakukan dengan memanfaatkan teknologi internet dan selama proses belajar dirasakan terjadi oleh yang mengikutinya, maka kegiatan itu dapat disebut sebagai pembelajaran berbasis web. Kemudian, yang ditawarkan oleh teknologi ini adalah kecepatan dan tidak terbatasnya tempat dan waktu untuk mengakses informasi. Kegiatan belajar dapat dengan mudah dilakukan oleh peserta didik kapan saja dan di mana saja dirasakan aman oleh peserta didik tersebut. Batas ruang, jarak, dan waktu tidak lagi menjadi masalah yang rumit untuk dipecahkan.
Monitoring proses dalam pembelajaran berbasis web lebih sulit daripada di ruang kelas. Menyediakan bahan belajar online tidak cukup. Diperlukan sebuah desain intruksional sebagai model belajar yang mengudang sejumlah (sama banyak dengan kegiatan di ruang kelas) peserta didik untuk terlibat dalam berbagai kegiatan belajar.

A.    Implementasi Pembelajaran Berbasis Web
Untuk merancang dan mengimplementasikan pembelajaran berbasis web, langkahnya adalah sebagai berikut :
1.      Sebuah program pendidikan untuk peningkatan mutu pembelajaran di lingkungan kampus dengan berbasis web. Program ini dilakukan idealnya selama 5-10 bulan dan dibagi  menjadi 5 tahap. Tahap 1, 3, 5 dilakukan  secarajarak jauh dan untuk itu dipilih media web sebagai alat komunikasi. Sedangkan tahap 2 dan 4 dilakukan secara konvensional dengan tatap muka.
2.      Menetapkan sebuah mata kuliah pilihan di jurusan. Pembelajaran dengan tatap muka dilakukan secara rutin tiap minggu pada tujuh minggu pertama. Setelah itu, tatap muka dilakukan setiap 2 atau 3 minggu sekali.
Dua program pendidikan itu disampaikan melalui berbagai macam kegiatan belajar secara kelompok. Belajar dan mengerjakan tugas secara kolaboratif dalam kelompok sangat dominan pada kedua program tersebut.
B.     Pemanfaatan Internet Sebagai Media pembelajaran
Rusman (2007) menyebutkan bahwa internet merupakan perpustakaan raksasa dunia, karena di dalam internet terdapat miliaran sumber informasi, sehingga kita dapat menggubakan informasi tersebut sesuai dengan kebutuhan.
Pemanfaatan internet sebagai media pembelajaran mengondisikan siswa untuk belajar secara mandiri. Para siswa dapat mengakses secara online dari berbagai pustaka, museum, database, dan mendapatkan sumber primer tentang berbagai peristiwa sejarah, biografi, rekaman, laporan, data statistik (Gordin et. Al., 1995). Siswa dapat berperan sebagai seorang peneliti, menjadi seorang analis, tidak hanya konsumen enformasi saja.



Pemanfaatan internet sebagai media pembelajaran memiliki beberapa kelebihan sebagai berikut :
1.      Dimungkinkan terjadinya distribusi pendidikan ke semua penjuru tanah air dan kapasitas daya tampung yang tidak terbatas karena tidak memerlukan ruang kelas.
2.      Proses pembelajaran tidak terbatas oleh waktu seperti halnya tatap muka biasa.
3.      Pembelajaran dapat memilih topik atau bahan ajar yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan masing-masing.
4.      Lama waktu belajar juga tergantung pada kemampuan masing-masing siswa.
5.      Adanya keakuratan dan kekinian materi pembelajaran.
6.      Pembelajaran dapat dilakukan secara interaktif, sehingga menarik siswa; dan memungkinkan pihak berkepentingan  (orang tua siswa maupun guru) dapat turut serta menyukseskan proses pembelajaran, dengan cara mengecek tugas-tugas yang dikerjakan siswa secara online.

C.     Pemanfaatan e-Learning untuk Pembelajaran
Rosenberg (2001) menekankan bahwa e-learning merunjuk pada penggunaan teknologi internet untuk mengirimkan serangkaian solusi yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan.
Perbedaan pembelajaran tradisional dengan e-learning, yaitu kelas tradisional guru dianggap sebagai orang yang serba tahu dan ditugaskan untuk menyalurkan ilmu pengetahuan kepada pelajarnya. Sedangkan di dalam pembelajaran e-learning fokus utamanya adalah pelajar. Pelajar mandiri pada waktu tertentu dan bertanggung jawab untuk pembelajaran. Suasana pembelajaran e-learning akan memaksa pelajar memainkan peranan yang lebih aktif dalam pembelajarannya. Pelajar membuat perancangan dan mencari materi dengan usaha dan inisiatif sendiri.

Karakteristik e-learning, antara lain:
a.       Memanfaatkan jasa teknologi elektronik, dimana guru dan siswa, siswa dan sesama siswa atau guru dan sesama guru dapat berkomunikasi dengan relatif mudah dengan tanpa dibatasi oleh hal-hal yang protokoler.
b.      Memanfaatkan keunggulan komputer (digital median dan komputer networks).
c.       Menggunakan bahan ajar bersifat mandiri (self learning materials) disimpan di komputer sehingga dapat diakses oleh guru dan siswa kapan saja dan di mana saja bila yang bersangkutan memerlukannya.
d.      Memanfaatkan jadwal pembelajaran, kurikulum, hasil kemajuan belajar, dan hal-hal yang berkaitan dengan administrasi pendidikan dapat dilihat setiap saat di komputer.

D.    Kelebihan dan Kekurangan e-Learning
Manfaat penggunaan internet, khususnya dalam pendidikan terbuka dan pembelajaran jarak jauh, antara lain :
1.      Tersedianya fasilitas e-moderating di mana pendidik dan peserta didik dapat berkomunikasi secara mudah melalui fasilitas internet secara reguler atau kapan saja kegiatan berkomunikasi itu dilakukan dengan tanpa dibatasi oleh jarak, tempat, dan waktu.
2.      Pendidik dan peserta didik dapat menggunakan bahan ajar atau petunjuk belajar yang terstruktur dan terjadwal melalui internet, sehingga keduanya bisa saling menilai sampai berapa jauh bahan ajar dipelajari.
3.      Peserta didik dapat belajar atau me-review bahan pelajaran setiap saat dan dimana saja kalau diperlukan, mengingat bahan ajar tersimpan di komputer.
4.      Bila peserta didik memerlukan tambahan informasi yang berkaitan dengan bahan yang dipelajarinya, ia dapat melakukan akses di internet secara lebih mudah.
5.      Baik pendidik maupun peserta didik dapat melakukan diskusi melalui internet yang dapat diikuti dengan jumlah peserta yang banyak, sehingga menambah ilmu pengetahuan dan wawasan yang lebih luas.
6.      Berubahnya peran peserta didik yang biasanya pasif menjadi aktif dan lebih mandiri.
7.      Relatif lebih efisien. Misalnya, bagi mereka yang tinggal jauh dari perguruan tinggi atau sekolah konvensional.
Menurut kritik (Bullen, 2001, Beam, 1997) kekurangan dari e-learning, antara lain :
1.      Kurangnya interaksi antara pendidik dan peserta didik atau bahkan antar sesama peserta didik itu sendiri.
2.      Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan sebaliknya mendorong tumbuhnya aspek bisnis/komersial.
3.      Proses pembelajaran cenderung ke arah pelatihan daripada pendidikan.
4.      Berubahnya peran pendidik dari yang semula menguasai teknik pembelajaran konvensional, kini juga dituntut mengetahui teknik pembelajaran yang menggunakan ICT/medium komputer.
5.      Peserta didik yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung gagal.
6.      Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet.
7.      Kurangnya tenaga yang mengetahui dan memiliki keterampilan mengoperasikan internet.
8.      Kurangnya personel dalam hal penguasaan bahasa pemprograman komputer.

8.      Model Pembelajaran Tematik
A.    Pengertian Pembelajaran Tematik
Model pembelajaran tematik adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalamanbermakna kepada siswa. Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran tematik, siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari mulai pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Fokus perhatian dalam pelajaran tematik terletak pada proses yang ditempu siswa saat berusaha memahami isi pembelajaran sejalan dengan bentuk-bentuk keterampilan yang harus dikembangkannya.
Dalam pelaksanaannya, pendekatan pembelajaran tematik ini bertolak dari suatu tema yang dipilih dan dikembangkan oleh guru bersama siswa dengan memperhatikan keterkaitannya dengan isi mata pelajaran.

B.     Pentingnya Pembelajaran Tematik untuk Murid Sekolah Dasar
Pembelajaran tematik memiliki beberapa keunggulan, diantaranya :
1.      Pengalaman dan kegiatan yang sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak usia sekolah dasar.
2.      Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik bertolak dari minat dan kebutuhan siswa.
3.      Kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa, sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih lama.
4.      Membantu mengembangkan keterampilan berpikir siswa.
5.      Menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui siswa dalam lengkungannya, dan
6.      Mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti kerja sama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.

C.     Karakteristik Model Pembelajaran Tematik
1.      Berpusat pada siswa
Hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar, sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator, yaitu memberikan kemudahan pada siswa untuk melakukan aktivitas kegiatan.

2.      Memberikan pengalaman langsung
Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkret) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.
3.      Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas
Fokus pembelajaran diarahkan pada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.
4.      Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran
Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa dapat memahami konsep-konsep tersebut secara utuh.
5.      Bersifat fleksibel
Guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada.
6.      Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa
Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya.
7.      Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenagkan.

D.    Implementasi Pembelajaran Tematik
Alur atau langkah-langkah dalam mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran tematik meliputi tujuh tahap, yaitu:
1.      Menetapkan mata pelajaran yang akan dipadukan
Tahap ini sebaiknya dilakukan setelah membuat pemetaan konmpetensi dasar secara menyeluruh pada semua mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dasar dengan maksud supaya terjadi pemerataan keterpaduan dan pencapaiannya.
2.      Mempelajari kompetensi dasar dan indikator dari mata pelajaran yang akan dipadukan
Pada tahap ini dilakukan penkajian atas kompetensi dasar pada jenjang dan kelas yang sama dari beberapa mata pelajaran yang memungkinkan untuk diajarkan dengan menggunakan payung sebuah tema pemersatu.
3.      Memilih dan menetapkan tema/topik pemersatu
Pada tahap ini memilih dan menetapkan tema yang dapat mempersatukan kompetensi-kompetensi dasar dan indikator pada setiap mata pelajaran yang akan dipadukan pada kelas dan semester yang sama. Dalam memilih dan menetapkan tema terdapat beberapa hal yang perlu pertimbangan, di antaranya :
a.       Tema yang dipilih harus memungkinkan terjadinya proses berpikir pada diri siswa serta terkait dengan cara dan kebiasaan belajarnya.
b.      Ruanglingkup tema disesuaikan dengan usia dan oerkembangan siswa, termasuk minat, kebutuhan, dan kemampuannya, dan
c.       Penetapan tema dimulai dari lingkungan yang terdekat dan dikenali oleh siswa.
4.      Membuat matriks atau bagan hubungan kompetensi dasar dan tema/topik pemersatu
Pada tahap ini dilakukan pemetaan keterhubungan kompetensi dasar masing-masing mata pelajaran yang akan dipadukan dengan tema pemersatu. Pemetaan tersebut dapat dibentuk dalam bentuk bagan atau matriks jaringan tema yang memperlihatkan kaitan antara tema pemersatu dengan kompetensi dasar dari setiap mata pelajaran.








Berikut ini adalah gambar bagan keterhubungan tema dalam pembelajaran tematik.
 








5.      Menyusun silabus pembelajaran tematik
Dalam menyusun silabus perlu didasarkan pada matriks/bagan keterhubungan yang telah dikembangkan. Format silabus disusun dalam bentuk matriks dan memuat tentang :
1)      Mata pelajaran yang akan dipadukan,
2)      Kompetensi dasar,
3)      Indikator yang akan dicapai,
4)      Kegiatan pembelajaran berisi tentang meteri pokok, strategi pembelajaran, dan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan, dan aloksi waktu yang dibutuhkan,
5)      Sarana dan sumber, yaitu diisi dengan media/sarana yang akan digunakan dan sumber-sumber bacaan yang akan dijadikan bahan atau rujukan dalam kegiatan pembelajaran, dan
6)      Penilaian, yaitu jenis dan bentuk evaluasi yang akan dilakukan.




























BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang di gunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, computer, kurikulum dan lain-lain (joyce, 1992:4).
Sebelum menentukan model pembelajaran yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan guru dalam memilihnya, yaitu:
1.      Pertimbangan terhadap tujuan yang hendak dicapai.
2.      Pertimbangan terhadap tujuan yang hendak dicapai.
3.      Pertimbangan darisudut peserta didik atau siswa.
4.      Pertimbangan lainnya yang bersifat nonteknis.
Dimana terdapat macam-macam model pembelajaran, diantaranya yaitu:
1.      Model Pembelajaran Kontekstual  (Contextual Teaching And Learning).
2.      Model Pembelajaran Kooperatif.
3.      Model  pembelajaran Berbasis Masalah (PBM).
4.      Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI).
5.      Model Pembelajaran Berbasis Komputer.
6.      Model PAKEM (Partisipatif, Aktif, Kreatif, dan Menyenangkan).
7.      Model Pembelajaran Berbasis WEB (E-Learning).
8.      Model Pembelajaran Tematik.

B.     SARAN
Untuk guru dan calon guru yang nantinya akan melakukan pembelajaran di kelas semoga dengan membaca makalah ini guru dan calon guru lebih selektif dalam menentukan model pembelajaran yang akan di implementasikannya. Pemilihan model pembelajaran harus di sesuaikan dengan kurikulum, siswa, dan sarana dan prasarana sekolah.






DAFTAR PUSTAKA
Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Trianto. 2010. Model Prembelajaran Terpadu. Jakarta: PT Bumi Aksara
Uno Hanzah B. 2007. Model Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Prenada Media
Staff.uny.ac.id/sites/defalut/files/131414327/jurnal%207.pdf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beriman Dengan Qadha dan Qadar Adalah Balsam Berbagai Luka

Sesungguhnya balsam berbagai luka adalah beriman dengan qadha dan qadhar. Sungguh menakjubkan perkara seorang mukmin. Sesungguhnya segal...