BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masalah
Belajar pada
hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada disekitar
individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan
dan proses tersebut melalui berbagai pengalaman. Kegiatan pembelajaran dilakukan
oleh dua orang pelaku, yaitu guru dan siswa. Perilaku mengajar dan perilaku
belajar tersebut terkait dengan bahan pembelajaran. Bahan pembelajaran dapat
berupa pengetahuan, nilai-nilai kesusilaan, seni, agama, sikap, dan
keterampilan. Hubungan antara guru, siswa dan bahan ajar bersifat dinamis dan
kompleks. Untuk mencapai keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran, terdapat
beberapa komponen yang dapat menunjang, yaitu komponen tujuan, komponen materi,
komponen strategi belajar mengajar, dan komponen evaluasi. Masing-masing
komponen tersebut saling terkait dan saling mempengaruhi satu sama lain. Dan
komponen-komponen pembelajaran tersebut harus diperhatikan oleh guru dalam
memilih dan menentukan model-model pembelajaran apa yang akan digunakan dalam kegiatan
pembelajaran.
Model-model
pembelajaran biasanya disusun berdasarkan berbagai prinsip atau teori sebagai
pijakan dalam pengembangannya. Biasanya mempelajari model-model pembelajaran
didasarkan pada teori belajar yang dikelompokan menjadi empat model
pembelajaran. Model tersebut merupakan pola umum prilaku pembelajaran untuk
mencapai kompetensi/tujuan pembelajaran yang diharapkan. Jocyce & Weil
berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat
digunakan untuk membentuk kurikulum dan pembelajaran di kelas atau di luar
kelas. Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guruboleh
memilih model pembelajaran yang sesuai dan efesien untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka munculah
permasalahan-permasalahan, yaitu :
1. Sebutkan pengertian model pembelajaran?
2. Sebutkan hakikat dari belajar dan pembelajaran?
3. Apa saja dasar pertimbangan pemilihan model pembelajaran?
4. Sebutkan ciri-ciri model pembelajaran?
5. Sebutkan macam-macam model pembelajaran?
C.
Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan
makalah ini adalah :
1. Mengetahui pengertian model pembelajaran.
2. Mengetahui hakikat dari belajar dan pembelajaran.
3. Mengetahui dasar pertimbangan pemilihan model pembelajaran.
4. Mengetahui berbagai macam model-model pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Model Pembelajaran
Secara kharfiah
model dimaknakan sebagai suatu objek atau konsep yang di gunakan untuk
merepresentasikan suatu hal. Sesuatu yang nyata dan di konversi untuk sebuah
bentuk yang lebih komprehensif (Meyer, W.J., 1985:2). Lalu apa yang dimaksud
dengan model pembelajaran itu sendiri? Model pembelajaran adalah suatu
perencanaan atau suatu pola yang di gunakan sebagai pedoman dalam merencanakan
pembelajaran dikelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan
perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film,
computer, kurikulum dan lain-lain (joyce, 1992:4). Selanjutnya Joyce menyatakan
bahwa setiap model pembelajaran mengarahkan kita ke dalam mendesain
pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan
pembelajaran tercapai.
Adapun
Soekamto, dkk (dalam Nurulwati, 2000:10) mengemukakan maksud dari model
pembelajaran adalah “kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi paraperancang pembelajaran
dan parapengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar”. Dengan
demikian, aktivitas peembelajaran benar-benar merupakan kegiatan bertujuan yang
tertata secara sistematis.
Istilah model
pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada strategi, metode, atau
prosedur. Model pengajaran mempunyai empat cirri khusus yang tidak dimiliki
strategi, metode atau prosedur. Ciri-ciri tersebut ialah:
1) Rasional teoritis logis yang di susun oleh para pencipta
atau pengembangnya;
2) Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa
belajar (tujuan pembelajaran yang akan di capai)
3) Tingkah laku mengajar yang di perlukan agar model
tersebut dapat di laksanakan dengan berhasil;
4) Lingkungan belajar yang di perlukan agar tujuan
pembelajaraan itu dapat tercapai (Kardi dan Nur, 2000:9).
Selain ciri-ciri khusus pada suatu model pembelajaran
menurut Nieveen (1999), suatu model pembelajaran di katakan baik jika memenuhi
criteria sebagai berikut :
1) SAHIH (valid), aspek validitas di kaitkan dengan dua hal
yaitu, (1) apakah model yang di kembangkan didasarkan pada rasional teoritis
yang kuat; (2) apakah terdapat konsistensi internal.
2) PRAKTIS, aspek kepraktisan hanya dapat di penuhi jika,
(1) para ahli dan praaktisi menyatakan bahwa apa yang di keembangkan dapat di
terapkan (2) kenyataan menunjukan bahwa apa yang di kembangkan tersebut dapat
di terapkan.
3) EFEKTIF, berkaitan dengan aspek efektivitas ini, Nieveen
memberikan parameter sebagai berikut, (1) ahli dan praktisi berdasar
pengalaamannya menyatakan bahwa model tersebut efeektif; (2) secara operasional
model tersebut memberikan hasil sesuai dengan yang di harapkan.
Menurut Khabibah (2006), bahwa untuk melihat tingkat
kelayakan suatu model pembelajaran untuk aspek validitas di butuhkan ahli dan
praktisi untuk memvalidasi model pembelajaran yang di kembangkan.
Sedangkan untuk aspek kepraktisan dan
evektivitas di perlukan suatu peerangkat pembelajaaran untuk melaksanaakan
model pembelajaraan yang di kembangkan. Sehingga untuk melihat dua aspek itu
perlu di kembangkan suatu perangkat pembelajaran untuk suatu topic tertentu yang sesuai dengan model
pembelajaran yang di kembangkan. Selain itu dikembangkan pula instrument
penelitian yang sesuai dengan tujuan yang di inginkan.
Dalam mengajarkan suatu pokok bahasan (materi) tertentu
harus di pilih model pembelajaran yang paling sesuai dengan tujuan yang akan
dicapai. Oleh karena itu, dalam memilih suatu model pembelajaran harus memiliki
pertimbangan-pertimbangan. Misalnya, materi pembelajaraan, tingkat perkembangan
kognitif siswa, dan sarana atau fasilitas yang tersedia, shingga tujuan
peembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai.
Dengan demikian, merupakan hal yang sangat peenting bagi
para pengajar untuk mempelajari dan menambah wawasan tentang model
peembelajaran yang telah diketahui. Karena dengan menguasai beberapa model
pembelajaran, maka seorang guru dan dosen akan merasakan adanya kemudahan di
dalam pelaksanaan pembelajaran dikelas, sehingga tujuan pembelajaran yang
hendak kita capai dalam proses pembelajaran dapat tercapai dan tuntas sesuai
yang di harapkan.
B.
Hakikat Belajar dan Pembelajaran.
1. Pengertian Belajar.
Bagi kita yang aktif dalam dunia pendidikan ataupun yang
memiliki high responsibility tinggi terhadap dunia pendidikan pasti akan selalu
memepertanyakan beberapa hal yang terkait langsung dengan dunia pendidikan,
yaitu apa itu belajar, mengajar dan pembelajaran? Secara sederhana Anthony Robbins, mendefinisikan belajar
sebagai proses menciptakan hubungan antara sesuatu (pengetahuan) yang sudah di
pahami dan sesuatu (pengetahuan) yang baru. Pandangan Anthony Robbins senada dengan apa yang di kemukakan oleh Jerome
Brunner dalam (Romberg & Kaput, 1999), bahwa belajar adalah suatu proses
aktif dimana siswa membangun (mengkonstruk) pengetahuan baru berdasarkan pada
pengalaman/pengetahuan yang sudah dimilikinya. Dalam pandangan konstruktivisme
‘belajar’ bukanlah semata-mata mentransfer pengetahuan yang ada di luar
darinya, tetapi belajar lebih pada bagaimana otak memproses dan
menginterpretasikan pengalaman yang baru dengan pengetahuan yang sudah
dimilikinya dalam format yang baru.
Belajar secara umum diartikan sebagai perubahan pada
individu yang terjadi melalui pengalaman, dan bukan karena pertumbuhan atau
perkembangan tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak lahir. Proses belajar
terjadi melalui banyak cara baik di sengaja maupun tidak di sengaja dan
berlangsung sepanjang waktu dan menuju pada suatu perubahan pada diri
pembelajar. Perubahan yang di maksud adalah perubahan prilaku tetap berupa
pengetahuan, pemahaman, ketermapilan, dan kebiasaan yang baru diperoleh
individu.
Apa hakikat mengajar? Unsur terpenting dalam mengajar
ialah merangsang serta mengarahkan siswa belajar. Mengajar pada hakikatnya
tidak lebih dari sekedar menolong para siswa untuk memperoleh pengetahuan,
keterampilan, sikap, serta ide dan apresiasi yang menjurus kepada perubahan tingkahlaku
dan pertumbuhan siswa (Subiyanto,
1988:30). Cara mengajar yang baik merupakan kunci dan prasarat bagi siswa untuk
dapat belajar dengan baik.
Apa pula yang dimaksud dengan pembelajaran? Pemebelajaran
merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat
dijelaskan. Pembelajaran secara simple dapat diartikan sebagai produk
interaktif berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Dalam makna
yang lebih kompleks pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari seorang guru
untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar
lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Dalam makna ini jelas
terlihat bahwa pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan
peserta didik, dimana antara keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang intens
dan terarah menuju pada suatu target yang telah di tetapkan sebelumnya.
C.
Dasar
Pertimbangan Pemilihan Model Pembelajaran
Sebelum menentukan model pembelajaran yang
akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran, ada beberapa hal yang harus
dipertimbangkan guru dalam memilihnya, yaitu:
1.
Pertimbangan
terhadap tujuan yang hendak dicapai. Pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan
adalah:
a.
Apakah tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai berkenaan dengan kompetensi akademik,
kepribadian, sosial dan kompetensi vokasional atau yang dulu diistilahkan
dengan domain kognitif, afektif atau psikomotor?
b.
Bagaimana
kompleksitas tujuan pembelajaran tujuan pembelajaran yang ingin dicapai?
c.
Apakah untuk
mencapai tujuan itu memerlukan keterampilan akademik?
2.
Pertimbangan
yang berhubungan dengan bahan atau materi pembelajaran:
a.
Apakah materi
pelajaran itu berupa fakta, konsep, hukum atau teori tertentu?
b.
Apakah untuk
mempelajari materi pembelajaran itu memerlukan prasyarat atau tidak?
c.
Apakah tersedia
bahan atau sumber-sumber yang relevan untuk mempelajari materi itu?
3.
Pertimbangan
darisudut peserta didik atau siswa.
a.
Apakah model
pembelajaran sesuai dengan tingkat kemetangan peserta didik?
b.
Apakah model
pembelajaran itu sesuai dengan minat, bakat, dan kondisi peserta didik?
c.
Apakah model
pembelajaran itu sesuai dengan gaya belajar peserta didik?
4.
Pertimbangan
lainnya yang bersifat nonteknis.
a.
Apakah untuk
mencapai tujuan hanya cukup dengan satu model saja?
b.
Apakah model
pembelajaran yang kita tetapkan dianggap satu-satunya model yang dapat
digunakan?
c.
Apakah model
pembelajaran itu memiliki nilai efektifitas atau efisiensi?
D.
Ciri-Ciri Model
Pembelajaran
Model
pembelajaran memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1.
Berdasarkan
teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu.
2.
Mempunyai misi
atau tujuan pendidikan tertentu.
3.
Dapat dijadika
pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar di kelas.
4.
Memiliki
bagian-bagian model yang dinamakan:
a.
Urutan
langkah-langkah pembelajaran (syntaks).
b.
Adanya
prinsip-prinsip reaksi.
c.
Sistem sosial.
d.
Sistem
pendukung.
5.
Memiliki dampak
sebagai akibat terapan model pembelajaran. Dampak tersebut meliputi:
a.
Dampak
pembelajaran, yaitu hasil belajar yang dapat diukur.
b.
Dampak
pengiring, yaitu hasil belajar jangka panjang.
6.
Membuat
persiapan mengajar (desain instruksional) dengan pedoman model pembelajaran
yang dipilihnya.
E.
Macam-Macam
Model Pembelajaran
1.
Model
Pembelajaran Kontekstual (Contextual
Teaching And Learning)
A.
Konsep Dasar
Pembelajaran Kontekstual
Pembelajar konteksual (contextual
teaching and learning) merupakan konsep belajar yang dapat membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat
(Nurhadi, 2002).
Sistem CTL adalah proses pendidikan
yang bertujuan membantu siswa melihat makna dalam materi akademik yang mereka
pelajari dengan jalan menghubungkan mata
pelajaran akademik dengan isi kehidupan sehari-hari, yaitu dengan konteks
kehidupan pribadi, sosial, dan budaya.
Pembelajaran kontekstual sebagai suatu
model pembelajaran yang memberikan fasilitas kegiatan belajar siswa untuk
mencari, mengolah, dan menemukan pengalaman belajar yang lebih bersifat konkret
(terkait dengan kehidupan nyata) melalui keterlibatan aktivitas siswa dalam
mencoba, melakukan, dan mengalami sendiri. Dengan demikian, pembelajaran tidak
sekedar dilihat dari sisi produk, akan tetapi yang terpenting adalah proses.
Pada intinya penngembangan setiap
komponen CTL tersebut dalam pembelajaran
dapat dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:
1.
Mengembangkan
pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar lebih bermkna, apakah dengan
cara bekerja sendiri, menemukan sendiri,
dan mengonstruksi sendiri pengetahuan dan keterangan baru yang akan
dimilikinya.
2.
Melaksanakan
sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topik yang diajarkan.
3.
Mangembangakan
sifat ingin tahu siswa melalui memunculkan pertanya-pertanyaan.
4.
Menciptakan
masyarakat belajar, seperti melalui kegiatan
kelompok berdiskusi, tanya jawaban, dan lain sebagainya.
5.
Menghadirkan
model sebagai contoh pembelajaran, bisa melalui ilustrasi, model, bahkan media
yang sebenarnya.
6.
Membiasakan
anak untuk melakukan refleksi dari setiap kegiatan pembelajaran yang telah
dilakukan.
7.
Melakukan penilaian
secara objektif, yaitu menilai kemampuan yang sebenarnya pada setiap siswa.
B.
Prinsip
Pembelajaran Kontekstual
Ada tujuh prinsip pembelajaran
kontekstual yang harus dikembangkan oleh guru, yaitu:
1.
Konstruktivisme
(Contructivism)
Kontruktivisme merupakan landasan
berpikir (filosofi) dalam CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia
sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas.
Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk
diambil dan diingat.
Oleh karena itu, dalam CTL, strategi
untuk membelajarkan siswa menghubungkan antara setiap konsep dengan kenyataan
merupakan unsur yang diutamakan
dibandingkan dengan kenyataan merupakan unsur yang diutamakan dibandingkan
dengan penekanan terhadapseberapa banyak pengetahuan yang harus diingat oleh
siswa.
2.
Menemukan
(Inquiry)
Menemukan, merupakan kegiatan inti dari
CTL, melalui upaya menemukan akan memberi penegasan bahwa pengetahuan dan
keterampilan serta kemampuan-kemampuan lain yang diperlukan bukan merupakan
hasil dari mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi merupakan hasil menemukan
sendiri.
3.
Bertanya
(Question)
Penerapan unsur bertanya dalam CTL
harus difasilitasi oleh guru, kebiasaan siswa untuk bertanya atau kemampuan
guru dalam menggunakan pertanyaan dengan baik akan mendorong pada peningkatan
kualitas dan produktifitas pembelajaran.
Dalam implementasi CTL, pertanyaan yang
diajukan oleh guru atau sisw harus dijadikan alat atau pendekatan untuk
menggali informasi atau sumber belajar yang ada kaitannya dengan kehidupan
nyata. Melalui penerapan bertanya, pembelajaran akaan lebih hudup, akan
mendorong proses dan hasil pembelajaran yang lebih luas dan mendalam, dan akan
ditemukan unsur-unsur terkait yang sebelumnya tidak terpikir baik oleh guru
maupun siswa. Dengan pengembangan bertanya produktifitas pembelajaran akan
lebih tinggi karena dengan bertanya, maka:
a.
Dapat menggali
informasi, baik administrasi maupun akademik,
b.
Mengecek
pemahaman siswa,
c.
Membangkitkan
respoon siswa,
d.
Mengetahui
sejauh mana keingintahuan siswa,
e.
Mengetahui
hal-hal yang diketahui siswa,
f.
Memfokuskan
perhatian siswa,
g.
Membengkitkan
lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa, dan
h.
Menyegarkan
kembali pengetahuan yang telah dimiliki siswa.
4.
Masyarakat
belajar
Masyarakat belajar adalah membiasakan
siswa untuk melakukan kerjasama dan memanfaatkan sumber belajar dari
teman-teman belajarnya.
5.
Pemodelan
(Modelling)
Kini guru bukan lagi satu-satunya
sumber belajar bagi siswa, karena dengan segala kelebihan dan keterbatasan yang
dimiliki oleh guru akan mengalami hambatan untuk memberikan pelayanan sesuai
dengan keinginan dan kebutuhan siswa yang cukup heterogen. Oleh karena itu,
tahap pembuatan model dapat dijadikan alternatif untuk mengembangkan
pembelajaran siswa bisa memenuhi harapan siswa secara menyeluruh, dan membantu mengatasi keterbatasan yang dimiliki
oleh para guru.
6.
Refleksi
(Reflection)
Refleksi adalah cara berpikir tentang
apa yang baru terjadi atau baru saja dipelajari. Pada saat refleksi siswa
diberi kesempatan untuk mencerna, menimbang, membandingkan, menghayati, dan
melakukan diskusi dengan dirinya sendiri (learning to be). Melalui model CTL,
pengalaman belajar bukan hanya terjadi dan dimiliki ketika seorang siswa berada
di dalam kelasa,akan tetapi jauh lebih penting dari pada itu adalah bagaimana
membawa pengalaman belajar tersebut ke luar dari kelas, yaitu pada saat
dituntut menanggapi dan memecahkan permasalahan nyata yang dihadapi
sehari-hari.
7.
Penilaian
Sebenarnya (Authentic Assessment)
Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data dan
informasi yang bisa memberikan gambaran atau petunjuk terhadap pengalaman
belajar siswa. Dengan terkumpulnya berbagai data dan informasi yang lengkap
sebagai perwwujudan dari penerapan penilaian, maka akan semakin akurat pula
pemahaman guru terhadap proses dan hasil pengalaman belajar setiap siswa.
2.
Model
Pembelajaran Kooperatif
A.
Konsep Dasar
pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran
kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara
siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang
anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang
bersifat heterogen. Pada hakikatnya cooperative learning sama dengan kerja
kelompok.
Nurulhayati,
(2002;25-28), mengemukakan lima unsur dasar model cooperative learning, yaitu:
1.
Ketergantungan
yang positif,
2.
Pertanggungjawaban
individual,
3.
Kemampuan
bersosialisasi,
4.
Tatap muka,
5.
Evaluasi proses
kelompok.
Ada dua komponen pembelajaran
kooperatif, yakni :
1.
Cooperative
task atau tugas kerja sama.
2.
Cooperative
incentive structure, atau struktur intensif kerja sama.
Pembelajaran kooperatif akan efektif
digunakan apabila :
1.
Guru menekankan
pentingnya usaha bersama disamping usaha secara individual.
2.
Guru
menghendaki pemerataan perolehan hasil dalam belajar.
3.
Guru ingin
menanamkan tutor sebaya atau belajar melalui teman sendiri.
4.
Guru
menghendaki adanya pemerataan partisipasi aktif siswa.
5.
Guru
menghendaki kemampuan siswa dalam memecahkan berbagai masalah.
B.
Karakteristik Model
Pembelajaran Kooperatif
1.
Pembelajaran
Secara Tim
Pembelajaran kooperatif adalah
pembelajaran dilakukan secara tim.
Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena
itu, tim harus mampu membuat setiap siswa belajar. Setiap anggota timharus
saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran.
2.
Didasarkan pada
Manajemen Kooperatif
Tiga fungsi manajemen, yaitu :
a.
Perencanaan
pelaksanaan menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif dilaksanakan sesuai dengan
perencanaan, dan langkah-langkah pembelajaran yang sudah ditentukan.
b.
Organisasi,
menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan yang matang
agar proses pembelajaran berjalan dengan efektif.
c.
Kontrol,
menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif perlu ditentukan
kriteriakeberhasilan baik melalui bentuk tes maupun nontes.
3.
Kemauan untuk
Beekerja Sama
Keberhasilan pembelajaran kooperatif
ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok, oleh karenanya prinsip kebersamaan
atau kerja sama perlu ditentukan dalam pembelajaran kooperatif.
4.
Keterampilan
Bekerja Sama
Kemampuan bekerja sama itu dipraktikkan
melalui aktivitas dalam kegiatan pembelajaran secara berkelompok. Dengan
bemikian, siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan
berkomunikasi dengan anggota lain dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran
yang telah ditetapkan.
Langkah-langkah Model Pembelajaran
Kooperatif
Tahap
|
Tingkah Laku Guru
|
Tahap 1
Menyampaikan tujuan dan motivasi siswa.
|
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai
pada kegiatan pelajaran dan menekankan pentingnya topik yang akan dipelajari
dan memotivasi siswa belajar.
|
Tahap 2
Menyajikan informasi.
|
Guru menyajikan informasi atau materi kepada siswa
dengan jalan demonstrasi atau melalui bahan bacaan.
|
Tahap 3
Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok
belajar.
|
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya
membentuk kelompok belajar dan membimbing setiap kelompok agar melakukan
transisi secara efektif dan efisien.
|
Tahap 4
Membimbing kelompok bekerja dan belajar.
|
Guru membimbing kelompok-kelompok velajar pada saat
mereka mengerjakan tugas mereka.
|
Tahap 5
Evaluasi.
|
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang
telah dipelajariatau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
|
Tahap 6
Memberikan penghargaan.
|
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya
maupun hasil belajar individu dan kelompok.
|
Prosedur Pembelajaran Kooperatif
1.
Penjelasan
Materi, tahap ini merupakan tahap penyampaian pokok-pokok materi pelajaran
sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan utama tahap ini adalah pemahaman
siswa terhadap pokok materi pelajaran.
2.
Beajar
Kelompok, tahap ini dilakukan setelah guru memberikan penjelasan materi, seswa
bekerja dalam kelompok yang telah dibentuk sebelumnya.
3.
Penilaian,
dilakukan melalui tes atau kuis, yang dilakukan secara individu atau kelompok.
4.
Pengakuan tim,
adalah penetapan tim yang dianggap paling menonjol atau paling berprestasi
untuk kemudian diberikan penghargaan atau hadiah, dengan harapan dapat
memotivasi tim untuk terus berprestasi lebih baik lagi.
C.
Model-model
Pembelajaran Kooperatif
1.
Model Student
Teams Achievement Division (STAD)
Model ini dikembangkan oleh Robert
Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin. Dalam STAD, siswa dibagi
menjadi kelompok beranggotakan empat orang yang beragam kemampuan, jenis kelamin,
dan sukunya. Guru memberikan suatu pelajaran dan sisa-siswa di dalam kelompok
memastikan bahwa semua anggota kelompok itu bisa menguasai pelajaran tersebut.
Slavin memaparkan bahwa: “gagasan utama
dibelakang STAD adalah memacu siswa agara saling mendorong dan membantu satu
sama lain untuk menguasai keterampilan
yang diajarkan guru”. STAD merupakan suatu metode generik tentang pengaturan
kelas dan bukan metode pengajaran kooprehensif untuk subjek tertentu, guru
menggunakan materi mereka sendiri untuk menambah atau mengganti materi-materi
ini.
2.
Model Jigsaw
Model ini dikembangkan dan diujicoba
oleh Elliot Aronson dan teman-temannya di Universitas Texas.
Model pembelajaran kooperatif model
Jigsaw adalah sebuah model belajar kooperatif yang menitik beratkan pada kerja
kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil. Langkah-langkahnya adalah sebagai
berikut:
a.
Siswa
dikelompokkan dengan anggota ± 4 orang.
b.
Tiap orang
dalam tim diberi matrri tugas yang berbeda.
c.
Anggota dari
tim yang berbeda dengan penugasan yang sama membentuk kelompok baru (kelompok
ahli).
d.
Setelah
kelompok ahli berdiskusi, tiap anggota kembali ke kelompok asal dan menjelaskan
kepada anggota kelompok tentang subbab yang mereka kuasai.
e.
Tiap tim ahli
mempresentasikan hasil diskusi.
f.
Pembahasan.
g.
Penutup.
3.
Investigasi
Kelompok (Group Investigation)
Strategi belajar kooperatif GI
dikembangkan oleh Shlomo Sharan dan Yael Sharan di Universitas Tel Aviv,
Israel.
Model pembelajaran kooperatif tipe
Group Investigation dapat dipakai guru untuk mengembangkan kreativitas siswa,
baik secara perorangan maupun kelompok. Model pembelajaran kooperatif dirancang
untuk membantu terjadinya pembagian tanggung jawab ketika siswa mengikuti
pembelajaran dan berorientasi menuju pembentukan manusia sosial (Mafune,
2005:4).
Langkah-langkah model pembelajaran
kooperatif tipe group investigation adalah :
a.
Membagi siswa
ke dalam kelompok kecilyang terdiri dari ± 5 siswa.
b.
Memberikan
pertanyaan terbuka yang bersifat analitis.
c.
Mengajak setiap
siswa untuk berpartisipasi dalam menjawab pertanyaan kelompok secara bergiliran
searah jarum jam dalam kurun waktu yang disepakati.
4.
Model Struktural
Menurut pendapat Spencer dan Miguel
Kagan (Sholom Sharan, 2009:267) bahwa terdapat eman komponen utama di dalam
pembelajaran kooperatif tipe pendekatan struktural diantaranya, yaitu:
a.
Struktur dan
Konstruktur yang berkaitan
b.
Prinsip-prinsip
Dasar
Empat prinsip
dasar dalam model struktural, yaitu: intrraksi serentak, partisipasi sejajar,
interdependensi positif, dan akuantibilitas perseorangan.
c.
Pembentukan
Kelompok dan Pembentukan Kelas
Lima tujuan
pembentukan kelompok adalah: agar dikenal, identitas kelompok, dukungan
timbal-balik, menilai perbedaan, dan mengembangkan sinergi.
d.
Kelompok
Kagan (Shlom
Shara, 2009: 288) membedakan empat tipe kelompok belajar adalah: kelompok
heterogen, kelompok acak, kelompok minat, kelompok bahasa homogen.
e.
Tata Kelola
f.
Keterampilan
Sosial
The Structured
natural Approach untuk pemerolehan keterampilan sosial menggunakan empat alat,
yakni: peran dan gerakan pembuka, pemodelan dan penguatan, struktur dan penstrukturan,
dan refleksi dan waktu perencanaan.
Perbandingan Karakteristik Model-model
Pembelajaran Kooperatif
STAD
|
JIGSAW
|
INVESTIGASI KELOMPOK
|
STRUKTURAL
|
|
Tujuan kognitif
|
Informasi akademik sederhana
|
Informasi akademik sederhana
|
Informasi akademik tingkat tinggi dan keterampilan
inquiry
|
Informasi akademik sederhana
|
Tujuan sosial
|
Kerja kelompok dan kerja sama
|
Kerja kelompok dan kerja sama
|
Kerja sama dalam kelompok kompleks
|
Keterampilan kelompok dan keterampilan sosial
|
Struktur tim
|
Kelompok belajar heterogen dengan 4-5 orang anggota
|
Kerja kelompok dan kerja sama
|
Kelompok belajar dengan dengan 5-6 anggota homogen
|
Bervariasi berdua, bertiga, kelompok dengan 4-6
anggota..
|
Pemilihan topik pelajaran
|
Biasanya guru
|
Biasanya guru
|
Biasanya guru
|
Biasanya guru
|
Tugas utama
|
Siswa dapat menggunakan lembar kegiatan dan saling
membantu untuk menuntaskan materi belajar
|
Siswa mempelajari materi dalam kelompok “ahli”,
kemudian membantu anggota kelompok “asal” mempelajari materi itu
|
Siswa menyelesaikan inquiry jompleks
|
Siswa mengerjakan tugas-tugas yang diberikan sosial dan
kognitif
|
Penilaian
|
Tes mingguan
|
Bervariasi, dan berupa tes mingguan
|
Menyelesaikan proyek dan menulis laporan, dapat menggunakan tes essai
|
Bervariasi
|
Pengakuan
|
Lembar pengetahuan dan publikasi lain
|
Publikasi lain
|
Lembar pengetahuan dan publikasi lain
|
Bervariasi
|
3.
Model pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
A.
Pengertian dan
Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran berbasis masalah merupakan
penggunaan berbagai macam kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan
konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuk menghadapi segala
sesuatu yang baru dan kompleksitas yang ada (Tan, 2000).
Karakteristik pembelajaran berbasis
masalah adalah sebagai berikut :
a.
Permasalahan
menjadi starting point dalam belajar,
b.
Permasalahan
yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia nyata yang tidak terstruktur,
c.
Permasalahan
membutuhkan perspektif ganda (multiple perspective),
d.
Permasalahan,
menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, sikap, dan kompetensi yang
kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan bidang baru dalam
belajar,
e.
Belajar
pengarahan diri menjadi hal yang utama,
f.
Pemanfaatan
sumber pengetahuan yang beragam, penggunaannya, dan evaluasi sumber informasi
merupakan proses yang esensial dalam PBM,
g.
Belajar adalah
kolaboratif, komunikasi, dan kooperatif,
h.
Pengembangan
keterampilan inquiry dan pemcahan masalah sama pentingnya dengan penguasaan isi
pengetahuan untuk mencari solusi dari sebuah permasalahan,
i.
Keterbukaan
proses dalam PBM meliputi sintesis dan integrasi dari sebuah proses belajar,
dan
j.
PBM melibatkan
evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses belajar.
Studi kasus Pembelajaran Berbasis
Masalah, meliputi :
1.
Penyajian
masalah,
2.
Menggerakkan
inquiry,
3.
Langkah-langkah
PBM, yaitu analisis inisial, mengangkat isu-isu belajar, iterasi kemandirian
dan kolaborasi pemecahan masalah, integrasi pengetahuan baru, penyajian solusi
dan evaluasi.
B.
Peran Guru
Dalam Pembelajaran Berbasis Masalah
1.
Menyiapkan
Perangkat Berpikir Siswa
Beberapa hal
yang dapat dilakukan guru untuk menyiapkan siswa dalam PBM dalah :
a.
Membantu siswa
mengubah cara berpikir,
b.
Menjelaskan
apakah PBM itu? Pola apa yang akan dialami siswa?,
c.
Memberi siswa
ikhtisar siklus PBM, struktur, dan batasan waktu,
d.
Mengomunikasikan
tujuan, hasil dan harapan,
e.
Menyiapkan
siswa untuk pembaruan dan kesulitan yang akan menghadang, dan
f.
Membantu siswa
merasa memiliki masalah.
2.
Menekankan
Belajar Kooperatif
Dalam proses PBM, siswa belajar bahwa
dalam bekerja dalam tim dan kolaborasi itu penting untuk mengembangkan proses
kognitif yang berguna untuk meneliti lingkungan, memahami permasalahan,
mengambil dan menganalisis data penting, dan mengelaborasi solusi.
3.
Memfasilitasi
Pembelajaran Kelompok Kecil dalam Pembelajaran Berbasis Masalah
Kelompok kecil berkisar 1 sampai 10
siswa atau bahkan lebih sedikit dengan satu orang guru. Guru dapat menggunakan
berbagai teknik belajar kooperatif untuk menggabungkan kelompok-kelompok
tersebut dalam langkah-lngkah yang beragam dalam siklus PBM untuk menyatukan
ide, berbagai hasil belajar, dan penyajian ide.
4.
Melaksanakan
Pembelajaran Berbasis Masalah
Guru mengatur lingkungan belajar untuk
mendorong penyatuan dan pelibatan siswa dalam masalah. Guru juga memainkan
peran aktif dalam memfasilitasi inquiry kolaboratif dan proses belajar siswa.
C.
Intisari
Pembelajaran Berbasis Masalah
Menurut Ibrahim dan Nur (2002) mengemukakan
tujuan PBM secara lebih rinci, yaitu :
1.
Membantu siswa
mengambangkan kemampuan berpikir dan memecahkan masalah.
2.
Belajar
berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata.
3.
Menjadi para
siswa yang otonom.
Ibrahim dan Nur (2000: 13) dan Ismail
(2002; 1) mengemukakakn bahwa langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah
adalah sebagai berikut :
fase
|
indikator
|
Tingkah laku guru
|
1.
|
Orientasi siswa pada masalah
|
Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik
yang diperlukan, dan memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan
masalah.
|
2.
|
Mengorganisasi siswa untuk belajar
|
Membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan
tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
|
3.
|
Membimbing pengalaman individual/kelompok
|
Mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang
sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan
masalah.
|
4.
|
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
|
Membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya
yang sesuai seperti laporan, dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan
temannya.
|
5.
|
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
|
Membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi
terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan.
|
4.
Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI)
Pendidikan merupakan salah satu faktor
terpenting dalam pembangunan suatu negara. Pendidikan mempunyai peranan penting
dalam memperbaiki kualitas sumber daya manusia yang dimiliki. Upaya peningkatan
kualitas pendidikan yang sesuai dengan perkembangan jaman dan teknologi dapat
meningkatkan martabat Indonesia di mata dunia. Peningkatan dan pembaharuan di
dalam bidang pendidikan harus terus dilakukan agar tujuan utama dari pendidikan
nasional Indonesia dapat tercapai. Peningkatan tersebut dapat dilakukan dalam
bidang pembaharuan model pembelajaran maupun pembaharuan dalam bidang teknologi
media pembelajaran yang digunakan.
Proses pembelajaran sampai saat ini
masih memiliki banyak permasalahan. Banyak faktor yang mempengaruhi keaktifan
dan hasil belajar siswa di kelas. Ketidaktertarikan pada mata pelajaran, siswa
yang merasa cepat bosan karena metode pembelajaran yang kurang menarik,
partisipasi siswa yang kurang dalam kegiatan-kegiatan pembelajaran dan tidak
adanya variasi dalam penyampaian materi pembelajaran. Untuk mengatasi masalah-masalah
tersebut guru dapat menggunakan metode dan model pembelajaran yang dapat
dipadukan dengan media pembelajaran inovatif untuk meningkatkan keaktifan dan
hasil belajar siswa.
Diedrich (dalam Hamalik 2008 : 172-173)
menyatakan bahwa macammacam aktifitas siswa antara lain visual activities,
oral activities, listening activities, writing activities, drawing
activities, motor activities, mental activities, emotional
activities. Slameto (2001:57) menggolongkan faktor-faktor yang mempengaruhi
hasil belajar menjadi dua golongan, yaitu faktor-faktor intern (dalam) dan
faktor-faktor ekstern (luar). Faktor intern ini dibedakan menjadi tiga faktor
yaitu: faktor jasmaniah, faktor psikologi dan faktor kelelahan. Sedangkan
faktor ekstern yang berpengaruh terhadap hasil belajar dapat dikelompokkan
menjadi tiga macam, yaitu faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor
masyarakat. Model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI)
berbantuan media movie merupakan model pembelajaran yang menggunakan
suatu permasalahan di dalam kehidupan sehari-hari untuk diidentifikasi dan
dipecahkan, tidak hanya terpusat pada penguasaan materi.
Model pembelajaran Problem Based
Instruction (PBI) berbantuan media movie mendorong siswa untuk
menganalisis masalah, mencari informasi, menyusun hipotesis, serta memecahkan
masalah dengan bantuan tayangan video maupun film dalam mengidentifikasi suatu
permasalahan.
Kelebihan model pembelajaran PBI
berbantuan media movie yang diadaptasi dari Ibrahim dan Nur (2004) yaitu
mampu meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran, mendorong kerjasama dalam
menyelesaikan masalah, mendorong siswa melakukan pengamatan dan dialog dengan
orang lain, melibatkan siswa dalam penyelidikan pilihan sendiri. Hal ini
memungkinkan siswa untuk menjelaskan serta membangun pemahamannya sendiri
mengenai fenomena tersebut. Selain itu, kelebihan model pembelajaran PBI
berbantuan media movie adalah membantu siswa untuk pembelajaran mandiri.
Bimbingan guru kepada siswa secara berulang-ulang mendorong dan mengarahkan
siswa untuk mengajukan pertanyaan dan mencari penyelesaian masalah mereka
sendiri. Dengan begitu siswa belajar menyelesaikan tugas-tugas mereka secara
mandiri dalam kehidupan kelak.
5.
Model Pembelajaran
Berbasis Komputer
A.
Perspektif
Historis Pembelajaran Berbasis Komputer
Pemanfaatan komputer dalam bidang
pendidikan, khususnya dalam pembelajaran sebenarnya merupakan mata rantai dari
sejarah teknologi pembelajaran. Sejarah pembelajaran berbasis komputer dimulai
dari munculnya ide-ide untuk menciptakan perangkat teknologi terapan yang
memungkinkan seseorag melakukan proses belajar secara individual dengan
menerapkan prinsip-prinsip didaktik-metodik tersebut.
Mesin mengajar pada mulanya diciptakan oleh
Pressey untuk melakukan tes terhadap kemampuan yang dicapai dari hasil belajar.
Cara kerja mesin tersebut adalah:
1.
Bahan disusun
dalam bentuk pertanyaan pilihan ganda dengan empat kemungkinan jawaban, dengan
satu diantaranya dalah kemungkinan jawaban yang benar,
2.
Testee membaca
soal tes pada layar display dan memilih alternatif jawaban yang benar dari satu
soal,
3.
Dengan menekan
tombol alternatif jawaban yang benar, bila yang ditekan adalah alternatif
jawaban yang benar, maka pada layar display akan muncul soal tersebut. Tetapi
bila salah, maka akan memberikan respon dengna cara tidak memunculkan soal
berikutnya.
Pembelajaran berdasarkan komputer sangat dipengaruhi oleh
teori belajar kognitif model pemrosesan informasi (information processing
model), yang mulai berkembang pada tahun 60 sampai 70-an. Model ini memuncukan
konseptualisasi dari sistem memori pada komputer.
6.
Model PAKEM
(Partisipatif, Aktif, Kreatif, dan Menyenangkan)
A.
Pengertian
PAKEM
PAKEM merupakan model pembelajaran dan
menjadi pedoman dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dengan pelaksanaan pembelajaran PAKEM, diharapkan berkembangnya berbagai macam
inovasi kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
partisipasif, aktif, kreatif dan ,menyenagkan.
Dalam model PAKEM ini, guru dituntut
untuk dapat melakukan kegiatan pembelajaran yang dapat melibatkan siswa melalui
partisipatif, aktif, kreatif, dan menyenangkan yang pada akhirnya membuat siswa
dapat menciptakan membuat karya, gagasan, pendapat, ide atas hasil penemuannya
dan usahanya sendiri, bukan dari gurunya.
1.
Pembelajaran
Partisipatif
Pembelajaran partisipatif yaitu
pembelajaran yang melibatkan siswa dengan kegiatan pembelajaran secara optimal.
Pelajaran ini menitikberatkan pada keterlibatan siswa pada kegiatan pembelajar
(child center/student center) bukan pada dominasi guru dalam penyampaian materi
pelajaran (teacher center).
2.
Pembelajaran
Aktif
Pembelajaran aktif merupakan pendekatan
pembelajaran yang lebih banyak melibatkan aktivitas siswa dalam mengakses
berbagai informasi dan pengetahuan untuk dibahas dan dikaji dalam proses
pembelajaran dikelas, sehingga mereka mendapatkan berbagai pengalaman yang
dapat meningkatkan pemahaman kompetensi. Dalam pembelajaran aktif, guru lebih
banyak memosisikan dirinya sebagai fasilitator, yang bertugas memberikan
kemudahan belajar (to facilitate of learning) kepada siswa. Siswa terlibat
secara aktif dan berperan dalam proses pembelajaran, sedangkan guru lebih
banyak memberikan arahan dan bimbingan, serta mengatur sirkulasi dan jalannya
proses pembelajaran.
3.
Pembelajaran
Kreatif
Pembelajaran kreatif merupakan proses
pembelajaran yang mengharuskan guru untuk dapat memotifasi dan memunculkan
kreativitas siswa selama pembelajaran berlangsung, dengan menggunakan beberapa
metode dan strategi yang bervariasi, misalnya kerja kelompok, bermain peran,dan
pemecahan masalah.
4.
Pembelajaran
Efektif
Pembelajaran dapatdikatan efektif jika
mampu memberikan pengalam baru kepada siswa membentuk kompetensi siswa, serta
mengantarkan mereka ke tujuan yang ingin dicapai secara optimal.
Untuk menciptakan pembelajaran yang
efektif, guru harus memperhatikan beberapa hal, yaitu :
a.
Pengelolaan
tempat belajar,
b.
Pengelolaan
siswa,
c.
Pengelolaan
kegiatan pembelajaran,
d.
Pengelolaan
konten/materi pelajaran, dan
e.
Pengelolaan
media dan sumber belajar.
5.
Pembelajaran
Menyenangkan
Pembelajaran menyenangkan (joyfull instruction)
merupakan suatu proses pembelajaran yang di dalamnya terdapat suatu kohensi
yang kuat antara guru dan siswa, tanpa ada perasaan terpaksa atau tertekan (not
under pressure) (Mulyasa, 2006:194). Dengan demikina pembelajaran menyenangkan
adalah adanya pola hubungan yang baik antara guru dengan siswa dalam proses
pembelajaran. Guru memosisikan dirinya sebagai mitra belajar siswa, bahkan
dalam hal tertentu tidak menutup kemungkinan guru belajar dari siswanya.
Untuk mewujudkan proses pembelajaran
yang menyenangkan, guru harus mampu merancang pembelajaran dengan baik, memilih
materi yang tepat, serta memilih dan mengembangkan strategi yang dapat
melibatkan siswa secara optimal.
Terdapat empat aspek yang memenuhi
model PAKE, yaitu pengalaman, komunikasi, interaksi, dan refleksi.
a.
Pengalaman
Di aspek
pengalaman ini siswa diajarkan untuk dapat belajar mandiri. Di dalamnya
terdapat banyak cara untuk penerapannya, antara lain seperti eksperimen,
pengamatan, percobaan, penyelidikan, dan wawancara. Karena di aspek pengalaman,
anak belajar banyak melalui berbuat dan dengan melalui pengalaman langsung,
dapat mengaktifkan banyak indera yang dimiliki anak tersebut.
b.
Komunikasi
Aspek komunikasi
ini dapat dilakukan dengan beberapa bentuk, antara lain mengemukakan pendapat,
presentasi laporan, dan memajang hasil kerja. Di aspek ini anak dapat
mengungkapkan gagasan, dapat mengonsolidasi pikiran, mengeluarkan gagasan,
memancing gagasan orang lain, dan membuat bangunan makna mereka dapat diketahui
oleh guru.
c.
Interaksi
Aspek interaksi
ini dapat dilakukan dengan cara interaksi, tanya jawab, dan saling melempar
pertanyaan. Dengan hal-hal seperti itulah kesalahan makna yang diperbuat oleh
anak-anak berpeluang untuk terkoreksi dan makna yang terbangun semakin mantap,
sehingga dapat menyebabkan hasil belajar meningkat.
d.
Refleksi
Dalam aspek ini
yang dilakukan adalah memikirkan kembali apa yang telah diperbuat/dipikirkan
oleh anak selama mereka belajar. hal ini dilakukan supaya terdapatnya perbaikan
gagasan/makna yang telah dikeluarkan oleh anak dan agar mereka tidak mengulangi
kesalahan. Di sini anak diharapkan juga dapat menciptakan gagasan-gagasan baru.
7.
Model Pembelajaran
Berbasis WEB (E-Learning)
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa
semua pelajaran dilakukan dengan memanfaatkan teknologi internet dan selama
proses belajar dirasakan terjadi oleh yang mengikutinya, maka kegiatan itu
dapat disebut sebagai pembelajaran berbasis web. Kemudian, yang ditawarkan oleh
teknologi ini adalah kecepatan dan tidak terbatasnya tempat dan waktu untuk
mengakses informasi. Kegiatan belajar dapat dengan mudah dilakukan oleh peserta
didik kapan saja dan di mana saja dirasakan aman oleh peserta didik tersebut.
Batas ruang, jarak, dan waktu tidak lagi menjadi masalah yang rumit untuk
dipecahkan.
Monitoring proses dalam pembelajaran
berbasis web lebih sulit daripada di ruang kelas. Menyediakan bahan belajar
online tidak cukup. Diperlukan sebuah desain intruksional sebagai model belajar
yang mengudang sejumlah (sama banyak dengan kegiatan di ruang kelas) peserta
didik untuk terlibat dalam berbagai kegiatan belajar.
A.
Implementasi
Pembelajaran Berbasis Web
Untuk merancang dan mengimplementasikan
pembelajaran berbasis web, langkahnya adalah sebagai berikut :
1.
Sebuah program
pendidikan untuk peningkatan mutu pembelajaran di lingkungan kampus dengan
berbasis web. Program ini dilakukan idealnya selama 5-10 bulan dan dibagi menjadi 5 tahap. Tahap 1, 3, 5 dilakukan secarajarak jauh dan untuk itu dipilih media
web sebagai alat komunikasi. Sedangkan tahap 2 dan 4 dilakukan secara
konvensional dengan tatap muka.
2.
Menetapkan
sebuah mata kuliah pilihan di jurusan. Pembelajaran dengan tatap muka dilakukan
secara rutin tiap minggu pada tujuh minggu pertama. Setelah itu, tatap muka
dilakukan setiap 2 atau 3 minggu sekali.
Dua program pendidikan itu disampaikan
melalui berbagai macam kegiatan belajar secara kelompok. Belajar dan mengerjakan
tugas secara kolaboratif dalam kelompok sangat dominan pada kedua program
tersebut.
B.
Pemanfaatan
Internet Sebagai Media pembelajaran
Rusman (2007) menyebutkan bahwa
internet merupakan perpustakaan raksasa dunia, karena di dalam internet
terdapat miliaran sumber informasi, sehingga kita dapat menggubakan informasi
tersebut sesuai dengan kebutuhan.
Pemanfaatan internet sebagai media
pembelajaran mengondisikan siswa untuk belajar secara mandiri. Para siswa dapat
mengakses secara online dari berbagai pustaka, museum, database, dan
mendapatkan sumber primer tentang berbagai peristiwa sejarah, biografi,
rekaman, laporan, data statistik (Gordin et. Al., 1995). Siswa dapat berperan
sebagai seorang peneliti, menjadi seorang analis, tidak hanya konsumen enformasi
saja.
Pemanfaatan internet sebagai media
pembelajaran memiliki beberapa kelebihan sebagai berikut :
1.
Dimungkinkan
terjadinya distribusi pendidikan ke semua penjuru tanah air dan kapasitas daya tampung
yang tidak terbatas karena tidak memerlukan ruang kelas.
2.
Proses
pembelajaran tidak terbatas oleh waktu seperti halnya tatap muka biasa.
3.
Pembelajaran
dapat memilih topik atau bahan ajar yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan
masing-masing.
4.
Lama waktu
belajar juga tergantung pada kemampuan masing-masing siswa.
5.
Adanya
keakuratan dan kekinian materi pembelajaran.
6.
Pembelajaran
dapat dilakukan secara interaktif, sehingga menarik siswa; dan memungkinkan pihak
berkepentingan (orang tua siswa maupun
guru) dapat turut serta menyukseskan proses pembelajaran, dengan cara mengecek
tugas-tugas yang dikerjakan siswa secara online.
C.
Pemanfaatan
e-Learning untuk Pembelajaran
Rosenberg (2001) menekankan bahwa
e-learning merunjuk pada penggunaan teknologi internet untuk mengirimkan
serangkaian solusi yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan.
Perbedaan pembelajaran tradisional
dengan e-learning, yaitu kelas tradisional guru dianggap sebagai orang yang
serba tahu dan ditugaskan untuk menyalurkan ilmu pengetahuan kepada pelajarnya.
Sedangkan di dalam pembelajaran e-learning fokus utamanya adalah pelajar.
Pelajar mandiri pada waktu tertentu dan bertanggung jawab untuk pembelajaran.
Suasana pembelajaran e-learning akan memaksa pelajar memainkan peranan yang
lebih aktif dalam pembelajarannya. Pelajar membuat perancangan dan mencari
materi dengan usaha dan inisiatif sendiri.
Karakteristik e-learning, antara lain:
a.
Memanfaatkan
jasa teknologi elektronik, dimana guru dan siswa, siswa dan sesama siswa atau
guru dan sesama guru dapat berkomunikasi dengan relatif mudah dengan tanpa
dibatasi oleh hal-hal yang protokoler.
b.
Memanfaatkan
keunggulan komputer (digital median dan komputer networks).
c.
Menggunakan
bahan ajar bersifat mandiri (self learning materials) disimpan di komputer
sehingga dapat diakses oleh guru dan siswa kapan saja dan di mana saja bila
yang bersangkutan memerlukannya.
d.
Memanfaatkan
jadwal pembelajaran, kurikulum, hasil kemajuan belajar, dan hal-hal yang
berkaitan dengan administrasi pendidikan dapat dilihat setiap saat di komputer.
D.
Kelebihan dan
Kekurangan e-Learning
Manfaat penggunaan internet, khususnya
dalam pendidikan terbuka dan pembelajaran jarak jauh, antara lain :
1.
Tersedianya
fasilitas e-moderating di mana pendidik dan peserta didik dapat berkomunikasi
secara mudah melalui fasilitas internet secara reguler atau kapan saja kegiatan
berkomunikasi itu dilakukan dengan tanpa dibatasi oleh jarak, tempat, dan
waktu.
2.
Pendidik dan
peserta didik dapat menggunakan bahan ajar atau petunjuk belajar yang
terstruktur dan terjadwal melalui internet, sehingga keduanya bisa saling
menilai sampai berapa jauh bahan ajar dipelajari.
3.
Peserta didik dapat
belajar atau me-review bahan pelajaran setiap saat dan dimana saja kalau
diperlukan, mengingat bahan ajar tersimpan di komputer.
4.
Bila peserta
didik memerlukan tambahan informasi yang berkaitan dengan bahan yang dipelajarinya,
ia dapat melakukan akses di internet secara lebih mudah.
5.
Baik pendidik
maupun peserta didik dapat melakukan diskusi melalui internet yang dapat
diikuti dengan jumlah peserta yang banyak, sehingga menambah ilmu pengetahuan
dan wawasan yang lebih luas.
6.
Berubahnya
peran peserta didik yang biasanya pasif menjadi aktif dan lebih mandiri.
7.
Relatif lebih
efisien. Misalnya, bagi mereka yang tinggal jauh dari perguruan tinggi atau
sekolah konvensional.
Menurut kritik (Bullen, 2001, Beam,
1997) kekurangan dari e-learning, antara lain :
1.
Kurangnya
interaksi antara pendidik dan peserta didik atau bahkan antar sesama peserta
didik itu sendiri.
2.
Kecenderungan
mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan sebaliknya mendorong tumbuhnya
aspek bisnis/komersial.
3.
Proses
pembelajaran cenderung ke arah pelatihan daripada pendidikan.
4.
Berubahnya
peran pendidik dari yang semula menguasai teknik pembelajaran konvensional,
kini juga dituntut mengetahui teknik pembelajaran yang menggunakan ICT/medium
komputer.
5.
Peserta didik
yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung gagal.
6.
Tidak semua
tempat tersedia fasilitas internet.
7.
Kurangnya tenaga
yang mengetahui dan memiliki keterampilan mengoperasikan internet.
8.
Kurangnya
personel dalam hal penguasaan bahasa pemprograman komputer.
8.
Model
Pembelajaran Tematik
A.
Pengertian
Pembelajaran Tematik
Model pembelajaran tematik adalah model
pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik yang melibatkan
beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalamanbermakna kepada siswa.
Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran tematik, siswa akan memahami
konsep-konsep yang mereka pelajari mulai pengalaman langsung dan
menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Fokus perhatian
dalam pelajaran tematik terletak pada proses yang ditempu siswa saat berusaha
memahami isi pembelajaran sejalan dengan bentuk-bentuk keterampilan yang harus
dikembangkannya.
Dalam pelaksanaannya, pendekatan
pembelajaran tematik ini bertolak dari suatu tema yang dipilih dan dikembangkan
oleh guru bersama siswa dengan memperhatikan keterkaitannya dengan isi mata
pelajaran.
B.
Pentingnya Pembelajaran
Tematik untuk Murid Sekolah Dasar
Pembelajaran tematik memiliki beberapa
keunggulan, diantaranya :
1.
Pengalaman dan
kegiatan yang sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak
usia sekolah dasar.
2.
Kegiatan-kegiatan
yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik bertolak dari minat dan
kebutuhan siswa.
3.
Kegiatan
belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa, sehingga hasil belajar
dapat bertahan lebih lama.
4.
Membantu mengembangkan
keterampilan berpikir siswa.
5.
Menyajikan
kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering
ditemui siswa dalam lengkungannya, dan
6.
Mengembangkan
keterampilan sosial siswa, seperti kerja sama, toleransi, komunikasi, dan
tanggap terhadap gagasan orang lain.
C.
Karakteristik
Model Pembelajaran Tematik
1.
Berpusat pada
siswa
Hal ini sesuai
dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai
subjek belajar, sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator, yaitu
memberikan kemudahan pada siswa untuk melakukan aktivitas kegiatan.
2.
Memberikan
pengalaman langsung
Dengan
pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkret)
sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.
3.
Pemisahan mata
pelajaran tidak begitu jelas
Fokus
pembelajaran diarahkan pada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan
dengan kehidupan siswa.
4.
Menyajikan
konsep dari berbagai mata pelajaran
Pembelajaran
tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu
proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa dapat memahami konsep-konsep
tersebut secara utuh.
5.
Bersifat
fleksibel
Guru dapat
mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang
lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan
dimana sekolah dan siswa berada.
6.
Hasil
pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa
Siswa diberi
kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan minat
dan kebutuhannya.
7.
Menggunakan
prinsip belajar sambil bermain dan menyenagkan.
D.
Implementasi
Pembelajaran Tematik
Alur atau langkah-langkah dalam mengembangkan
rencana pelaksanaan pembelajaran tematik meliputi tujuh tahap, yaitu:
1.
Menetapkan mata
pelajaran yang akan dipadukan
Tahap ini
sebaiknya dilakukan setelah membuat pemetaan konmpetensi dasar secara menyeluruh
pada semua mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dasar dengan maksud supaya
terjadi pemerataan keterpaduan dan pencapaiannya.
2.
Mempelajari
kompetensi dasar dan indikator dari mata pelajaran yang akan dipadukan
Pada tahap ini
dilakukan penkajian atas kompetensi dasar pada jenjang dan kelas yang sama dari
beberapa mata pelajaran yang memungkinkan untuk diajarkan dengan menggunakan
payung sebuah tema pemersatu.
3.
Memilih dan
menetapkan tema/topik pemersatu
Pada tahap ini
memilih dan menetapkan tema yang dapat mempersatukan kompetensi-kompetensi
dasar dan indikator pada setiap mata pelajaran yang akan dipadukan pada kelas
dan semester yang sama. Dalam memilih dan menetapkan tema terdapat beberapa hal
yang perlu pertimbangan, di antaranya :
a.
Tema yang
dipilih harus memungkinkan terjadinya proses berpikir pada diri siswa serta
terkait dengan cara dan kebiasaan belajarnya.
b.
Ruanglingkup
tema disesuaikan dengan usia dan oerkembangan siswa, termasuk minat, kebutuhan,
dan kemampuannya, dan
c.
Penetapan tema
dimulai dari lingkungan yang terdekat dan dikenali oleh siswa.
4.
Membuat matriks
atau bagan hubungan kompetensi dasar dan tema/topik pemersatu
Pada tahap ini
dilakukan pemetaan keterhubungan kompetensi dasar masing-masing mata pelajaran
yang akan dipadukan dengan tema pemersatu. Pemetaan tersebut dapat dibentuk
dalam bentuk bagan atau matriks jaringan tema yang memperlihatkan kaitan antara
tema pemersatu dengan kompetensi dasar dari setiap mata pelajaran.
Berikut ini adalah gambar bagan
keterhubungan tema dalam pembelajaran tematik.
5.
Menyusun
silabus pembelajaran tematik
Dalam menyusun
silabus perlu didasarkan pada matriks/bagan keterhubungan yang telah
dikembangkan. Format silabus disusun dalam bentuk matriks dan memuat tentang :
1)
Mata pelajaran
yang akan dipadukan,
2)
Kompetensi
dasar,
3)
Indikator yang
akan dicapai,
4)
Kegiatan
pembelajaran berisi tentang meteri pokok, strategi pembelajaran, dan
langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan, dan aloksi waktu yang
dibutuhkan,
5)
Sarana dan
sumber, yaitu diisi dengan media/sarana yang akan digunakan dan sumber-sumber
bacaan yang akan dijadikan bahan atau rujukan dalam kegiatan pembelajaran, dan
6)
Penilaian,
yaitu jenis dan bentuk evaluasi yang akan dilakukan.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Model
pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang di gunakan sebagai
pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas atau pembelajaran dalam
tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di
dalamnya buku-buku, film, computer, kurikulum dan lain-lain (joyce, 1992:4).
Sebelum
menentukan model pembelajaran yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran,
ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan guru dalam memilihnya, yaitu:
1. Pertimbangan terhadap tujuan yang hendak dicapai.
2. Pertimbangan terhadap tujuan yang hendak dicapai.
3. Pertimbangan darisudut peserta didik atau siswa.
4. Pertimbangan lainnya yang bersifat nonteknis.
Dimana terdapat macam-macam model pembelajaran, diantaranya yaitu:
1.
Model
Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching
And Learning).
2.
Model
Pembelajaran Kooperatif.
3.
Model pembelajaran Berbasis Masalah (PBM).
4.
Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI).
5.
Model
Pembelajaran Berbasis Komputer.
6.
Model PAKEM
(Partisipatif, Aktif, Kreatif, dan Menyenangkan).
7.
Model
Pembelajaran Berbasis WEB (E-Learning).
8.
Model
Pembelajaran Tematik.
B.
SARAN
Untuk guru dan
calon guru yang nantinya akan melakukan pembelajaran di kelas semoga dengan
membaca makalah ini guru dan calon guru lebih selektif dalam menentukan model
pembelajaran yang akan di implementasikannya. Pemilihan model pembelajaran
harus di sesuaikan dengan kurikulum, siswa, dan sarana dan prasarana sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada
Trianto. 2010. Model Prembelajaran Terpadu. Jakarta: PT
Bumi Aksara
Uno Hanzah B.
2007. Model Pembelajaran. Jakarta: PT
Bumi Aksara
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran
Inovatif-Progresif. Jakarta: Prenada Media
Staff.uny.ac.id/sites/defalut/files/131414327/jurnal%207.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar