Minggu, 10 November 2019

Beriman Dengan Qadha dan Qadar Adalah Balsam Berbagai Luka


Sesungguhnya balsam berbagai luka adalah beriman dengan qadha dan qadhar. Sungguh menakjubkan perkara seorang mukmin. Sesungguhnya segala perkaranya merupakan kebaikan. Jika dirinya ditimpa kebahagiaan, dia berusyukur dan itu merupakan kebaikan baginya. Jika dirinya tertimpa kemudaratan, dia bersabar dan itu merupakan kebaikan baginya. Dia mengtahui apa yang menimpanya bukan untuk membuatnya bersalah. Dia mengetahui bahwa apa yang membuatnya bersalah bukan untuk mengujinya. Dia mengetahui bahwa seandainya seluruh umat untuk memberikan safaat kecuali dengan sesuatu yang telah ditetapkan oleh Allah. Seandainya seluruh umat berkumpul untuk menimpakan kecuali dengan sesuatu yang ditetapkan oleh Allah. Dia ridha sehingga Allahpun ridha dengannya. Dia berbahagia dalam hidupnya dan di akhirat, tenang hatinya dan tentram ruhnya. Dia selalu dalam kenikmatan dan semua bentuk kenikmatan..

Beriman dengan Qadha’ dan Qadar adalah nikmat bagi manusia, balsam, perlindungan sempurna dari ketenangan, limpahan keimanan dan ketentraman, penjaga diri dari berbagai kejahatan, pendorong diri untuk beramal, pencetus kesabaran dan keridhaan.  Kesabaran adalah sesuatu yang pahit rasanya dan nikmat hasilnya.

Engkau bersabar, barang siapa bersabar maka dia akan mendapatkan buah kesabaran.
Lebih nikmat dan manis dari pada madu dari mulut
Bersiapalah untuk mendapatkan apa yang bermanfaat bagi dirimu. Ridhalah dengan pembagian Allah atas dirimu. Minta tologlah kepada Allah dan jangan merasa lemah. Jika sesuatu menimpamu, jangan mengatakan, andai saja saya melakukan ini akan tetapi Allah telah menakdirkan, apa yang dikehendaki dan dikerjakannya.

Imam Ibnul Jauzi mengatakan “ Diantara musibah besar adalah mendapatkan seseorang bukan pada tempatnya. Seperti menempatkan seorang laki-laki shalih di lingkungan orang zalim dan sering bertemu dengannya, berkumpul dengan orang yang tidak baik, mengerjakan amalan-amalan yang tidak layak, atau perkara-perkara yang akan mumupus tujuan yang diinginkannya.
Seperti dikatakan kepada seorang alim “ Sering-seringlah berkunjung kepada amir! Jika kami khawatir kezalimannya terhadap dirimu.’ Akibatnya, dia sering berkunjung kapada amir dan melihat apa yang tidak baginya serta tidak mungkin baginya untuk mengingkarinya.
Atau dia membutuhkan sesuatu dari dunia. Akan tetapi haknya dihalangi sehingga hal itu menuntutnya untuk mengemukakannya dengan menyebutnya, atau menyatakannya secara terang-terangan untuk mendapatkan sebagian haknya, serta menuntuntnya untuk melakukan tindakan yang sulit untuk dilakukan, bahkan keinginannya akan terpecah belah di sebabkan kebutuhan-kebutuhan itu.

Bagitu juga, dia harus teribat dalam perkara-perkara yang tidak layak baginya, seperti membutuhkan mata pencarian, sehingga dia bertolak balik ke pasar atau melayani orang yang membayarnya upah.
Ini tidak mampu dipukul oleh hati yang selalu berada dalam pengawasan Allah karena keruhan-keruhan yang bercampur dengan dirinya.
Atau dia memiliki keluarga, sedangkan dia fakir. Dia berfikir untuk membuat membuat mereka kaya sehingga dia memasuki semua pintu yang besar baginya.
Kadang-kadang dia diuji dengan hilangnya orang yang di cintainya, atau dengan penyakit yang dibadannya, kegagalan tujuan tujuannya dan berkuasanya musuh terhadap dirinya, sehingga orang fasik menguasainya dan orang zalim menghinakannya.

Semua hal ini mengeruhkan kehidupannya sehinga hatinya mengalami goncangan hebat. Tidak ada kekuatan apapun kecuali penyerahan diri sehingga seorang mukmin yang kokoh selalu konsisten dengan kemuliaan-kemuliaan ini, hatinya tdak berubah dan lisannya tidak mengucapkan keluhan.

Minggu, 03 November 2019

Karunia Allah itu Diberikan Kepada Siapapun yang dia inginkan





Kadang-kadang Anda mendapatkan seseorang manusia yang tinggal di istana yang paling megah, mengendarai kendaan yang paling mewah, menyantap makan yang paling lezat dan paling baik, serta menikah dengan perempuan yang paling cantik. Akan tetapi Anda mendapatinya dengan hatinya diserang kegelisahan dan keresahan. Dia mencari senyuman, maka siapakah dibelakang hatinya.
Sebaliknya, kadang-kadang Anda mendapati seorang manusia yang fakir, tidur beralaskan bumi dan beratapkan langit, tidak mendapatkan apapun kecuali makanan sehari dan tidak memiliki kemewahan dunia apapun. Akan tetapi Anda mendapati hatinya tenag dan dadanya lapang, senyuman tidak pernah lepas dari bibirnya walaupun sesaat. Apakah gerangan rahasia semua itu ?
Rahasia tersembunyi di dalam manisnya keimanan dan ketaatan serta mengetahui kadar dunia jika dibandingkan dengan akhirat. Sesungguhnya orang yangmengetahui kadar dunia, Dia tidak akan menyibukkan dirinya dengan mengingat kepedihan masa lalu dan tidak merisaukan masa depan yang jauh. Keinginannya hanyalah menjalani harinya sekarang sehingga dia memanfaatkan setiap hari untuk menaati Allah dan mengerjakan kesibukan-kesibukan duniawi untuk memenuhi kebutuhannya. Dia menjadikan surga berada dihadapan kedua matanya sehingga dia berusaha keras untuk meraihnya.
Globalnya, itulah karunia Allah yang diberikan kepada siapapun yang diinginkan-Nya. Maksud perkataanku ini tidak berarti bahwa kebahagiaan itu tersembunyi di dalam kefakiran dan kesengsaraan itu tersembunyi di dalam kekayaan. Kebahagiaan itu tersembunyi dalam upaya mendekatkan diri kepada-Nya menggapai ridha dan surga-Nya.

Serahkanlah Kepada Allah, Anda Akan Selamat


Dahulu orang-orang berkata, “Angin berhembus tatkala kapal tidak menginginkannya.” Ini benar. Tidak semua yang diinginkan seseorang itu itu bisa dia raih. Demikian juga, tidak setiap yang dibencinya akan membuatnya akan luput darinya. Seseorang ingin sehat, tetapi malah menderita sakit. Dia ingin kaya, tetapi malah tertimpa kefakiran. Dia ingin sukses, tetapi malah mengalami kegagalan. Dia akan aman, tatapi disinggahi kegagalan. Dia ingin aman, tetapi disingahi rasa takut dan gelisah. Dalam semua hal itu, dia harus menyerahkan diri kepada Allah Ta’ala dengan takdir-takdirnya. Misalanya kelaparan, kehausan, keduanya ditolak degan makan dan minum. Orang yang telanjang menolak telanjang dengan berpakaian. Orang yang membutuhkan menolak takdir kebutuhannya dengan bekerja, berusaha dan bersungguh-sungguh. Orang yang sakit menolak sakinya dengan do’a dan berobat dengan obat-obatan yang bermanfaat. Dalam semua keadaan itu, Dia menyerahkan diri kepada ketentuan Allah Ta’ala dan ridha dengan qadha’-Nya. Dia mengetahui bahwa di belakang semua itu ada hikmah besar yang kadang-kadang tak mampu dicerna oleh akal.
Wahai Saudaraku !
Jadilah orang yang berpaling dari keresahan-keresahanmu
Semua urusan itu kembali kepada Qadha’
Nikmatilah lamanya keselamatan
Itu akan menghiburmu terhadap apa yang telah berlalu
Barangkali kesempitan akan melapang
Barangkali kelapangan akan menyempit
Barangkali perkara yang dimurkai
Bagimu berada di ujung keridhaan
Allah berbuat apa yang diinginkan-Nya
Maka janganlah berpaling

Rabu, 30 Oktober 2019

Tegarlah Seperti Gunung Uhud



Setiap manusia mengharapkan dan menginginkan –dari lubuk hati yang terdalam- agar menjadi orang yang dicintai dan diterima semua orang. Akan tetapi, ini adalah perkara mustahil karena hati manusia tidak akan berkumpul dalam mencintai seseorang walaupun dia adalah penghulu para pendahulu dan orang yang atang kemudian, yaitu Muhammad bin Abdullah.
Kaum musyrikin telah menyakitinya dengan siksaan yang pedih. Siapakah beliau ? Beliau adalah penghulu anak adam. Bahkan, di antara manusia ada yang mencela Tuhan Yang Maha Pencipta dan Maha Pemberi Rezeki.  Maka, bagaimana Anda yakin-seteleh semua ini- bahwa semua hati akan berkumpul untuk mencintai seorang manusia ?
Artinya Anda harus berhadapan dengan serang-serangan dahsyat yang tak terbayangkan, berupa kritikan tajam, gosip-gosip merendahkan, celaan dan cacian dari orang orang-orang yang iri dan dengki selama Anda sukses dan berpengaruh.

Sebagaiamana diketahui, Anda tidak akan mampu menutup mulut orang-orang yang iri dan dengki. Akan tetapi anda bisa menutup hatimu dan kedua telingamu dari mendengarkan kata mereka, seakan-akan mereka tidak mermiliki wujud di alam ini. Keadaan dirimu dan perkataanmu mengucapkan, “Matilah Kamu Karena Kemarahanmu itu” ( Ali Imran [3] : 119)

Wahai saudara tercinta ! orang-orang tidak akan melemparkan batu kecuali pada pepohonan yang berbuah. Kritikan tajam dan hinaan tidak berujung hanyalah bukti nyata tentang kedudukanmu, posisimu dan timbanganmu yang sebenarnya. Sesuai dengan kadar timbanganmu dan kedudukanmu, maka kritik pedas ini akan terus berlanjut.

Ketahuilah bahwa orang-orang yang dengki dan iri kepadamu tidak akan membiarkanmu selama-lamanya sampai dirimu terlepas dari semua keahlian-keahlianmu dan nikmat-nikmat Allah yang dikaruniakan kepadamu sehingga Anda menjadi seperti mereka. Di mata mereka, Anda adalah orang yang berdosa dan tidak berhak untuk bertobat. Jika Anda melepaskan kesuksesanmu, maka Anda akan hidup di sudut kehidupan yang tidak memiliki kedudukan dan tidak juga nilai.

Nasehatku kepadamu, janganlah melirik orang-orang itu selamanya ! Anggaplah mereka tidak memiliki wujud di alam ini. Jika anda memperhatikan perkataan mereka dan beriteraksi dengannya, maka kehidupanmu akan kacau balau dan umurmu akan keruh. Inilah yang mereka inginkan.
Oleh karena itulah, saya mengatakan kepadamu sebagai judul bagian ini. “ Tegarlah Seperti Gunung Uhud”. 
Selama menempuh jalan dakwah sesuai dengan jalan para nabi, Anda pasti akan merasakan pedihnya makar para musuh, kedengkian orang-orang dengki dan keirian orang-orang yang iri. Maka dari itu jadilah gunung di hadapan badai topan ini dan jangan pernah goyang. Lanjutkan dakwahmu dan jangan menoleh. Ketahuilah bahwa surga itu dibentangkan dengan hal-hal yang dibenci. Bersabarlah sampai Anda tiba dirumah. “Barangsiapa yang merasa takut, dia akan berjalan di awal malam, barangsiapa yang berjalan di awal malam, dia akan sampai ke rumah. Ketahuilah bahwa barang dagangan Allah itu mahal. Ketahuilah bahwa barang dagangan Allah itu adalah surga.”

Selasa, 08 Januari 2019

Aku Tetap Menantimu Disini Hingga Engkau datang Kembali

Aksara dalam secangkir kopi serpihan endapan kecil yang kau sematkan. Tak mampu kuteguk dalam hangatnya kenikmatan. Meremuk merengkuh ibarat kopi yang mengendap. Aromanya yang memikat. Pecintanya pun menikmatinya. Mengendap melebur menjadi satu didalam manisnya rasa. Rasa yang bercerita dalam aksara secangkir kopi sore ini.
Mengingatkan tentangmu. Rasa yang belum memudar hingga detik ini. Semuanya masih sangat berbekas dalam ingatan meski dengan mata terpejam. Saat kepenatan menyapa sepeninggal jejakmu. Kau yang masih kukasihi. Menjelma di dalam ilusi yang kian nyata. Senyata itukah kau masih berkuasa didalam sanubariku.
Jemari inipun kian menari meliuk diatas lembaran pada pena yang menemaninya. Melukiskan ukiran cinta bait demi baitnya didalam puisi yang berkisah. Masih adakah ruang ingatan serupa di dalam benakmu. Pada luasnya waktu yang terbentang, Berjarak bertumpu pada kisahnya yang berjalan sepadan dan sepaham.
Engkau yang dahulu selalu menjadi elegi putih di dalam kehidupanku. Tercurah mencerahkan segala asa yang terpendam. Mampu menjadikan semua berjalan bak lakon yang menari dengan keindahannya. Dan kini, hanya tinggal kenangan yang mampu mengaksara didalam air mata. Rasa yang masih ada hanya untukmu. Mengendap sekian lama seperti kopi yang kau abaikan lalu berlalu. Namum Aku, masih setia dengan secangkir kopi sendiri.
Berteman bayangmu sembari menanti pilur hatinya dapat kembali lagi, menyerukan ramanya mampu bersuara kembali pada irama yang sangat populer didalam pendengaranku. Kala kesederhanaan melingkupi, dan keluguan selalu menginspirasi di dalam nurani. Menanti tanpa jeda terkurung diantara ruang dan waktu.
Seperti roman picisan yang beraksara tanpa jedanya, tanpamu di sisi, aku melewatinya dan terbiasa menata hari sendiri. Sendiri dalam fikirku yang menyapamu. Sebenarnya aku membutuhkanmu. Andaikan tiada lagi diri berpijak pada bumi, andaikan ini kalimat akhir, sejenak saja dengarkan pintaku, berikan waktu sebentar saja untuk diri dapat merengkuhmu di sisi.
Bersua pada diri dari sekian lamanya kata yang tak bersapa menyapamu tanpa jeda. Di dalam lirihnya liukan hati. Yang menghantarkanku pada keabadian Ilahi. Namun kau pernah berkata, aku tidak akan mencari dan mencari lagi, aku akan berhenti, saat engkau mendampingiku. Saat kau menghidupkan kembali cerita tentang kita seperti didalam mimpi yang nyata. Tiada lagi aku harapkan apapun, beribu bintang dilangit yang indah, Hanya engkau yang mampu menyinari lingkup hati dengan cahaya.
Hanya engkau satu bintang terindah yang paling benderang di dalam titian hidup sanubariku yang pernah ku kenal. Menyapa tanpa jeda tak lekang oleh waktu yang mengikis harinya dalam kotak kehidupan yang penuh misteri. Menantimu tanpa jeda, tiada lagi ada selain namamu yang melingkupi ruang hati ini.
Pada setiap keadaan mengalah hati ini untuk pilihanmu. Biarkan aku tetap menyapamu walau tanpa suara lagi, biarkan aku tetap menantimu hingga engkau datang kembali.

Kamis, 18 Oktober 2018

Sekeping Puzzle Cinta



Sekeping Puzzle Cinta

( kado kecil untuk yang akan dan ingin menikah)
Saya baru menyadari ternyata rasa takut juga bagian dari cinta. Jika diibaratkan sebagai sebuah lukisan indah, Cinta adalah gambar hidup yang menghembuskan nafas-nafas kehidupan. Perasaan takut telah mengambil bagian tersendiri di dalam lukisan itu sebagai kepingan puzzle yang cukup menentukan letak keindahannya. Tanpa rasa takut, lukisan Cinta tidak akan benar-benar hidup.Kenapa bisa?
Cinta akan melahirkan rasa takut…Takut kehilangan, takut berpisah, takut menyakiti, takut mengecewakan dan takut-takut lainnya yang akan menggores lukisan Cinta. Bagi kita yang telah dan pernah merasakan Cinta syar’i, rasa takut semacam ini sungguh-sungguh hadir menyertai setiap langkah kaki.

Mungkin ada juga yang merasakan takut-takut semacam ini dengan alasan pernah jatuh Cinta. Akan tetapi, Cinta yang syar’i -kah itu? Sensasi rasa takut yang ikut mengalir bersama Cinta yang syar’i sungguh-sungguh berbeda! Seperti apakah Cinta syar’i itu? Bukan pacaran seperti lazimnya orang sekarang! Bukan nafsu sesaat yang menjadi trend saat ini!
Cinta syar’i adalah simbol suci dari janji setia antara dua mempelai dalam akad ijab kabul berdasarkan syaria’t Islam. Cinta syar’i disebut oleh Al Qur’an sebagai miitsaaqan ghaliidzaa. Perjanjian berat yang mengikat, seperti itulah maknanya kurang lebih. Cinta syar’i adalah dunia keindahan tanpa batas. Dari awal hingga akhir hanya berisi hal-hal indah.Walau terkadang muncul konflik,toh akan berujung dengan keindahan juga.
Cinta syar’i merupakan sumber ketenangan, ketentraman dan siraman rahmat. Seakan tiada yang menyusahkan hati,tak ada yang memberatkan pundak juga tanpa kesulitan yang mengikat, jika seorang hamba telah melabuhkan dirinya dalam dermaga bernama Cinta syar’i.
Subhaanallah!
Oh…alangkah hebat dan indahnya Allah menggambarkan Cinta syar’i di dalam Al Qur’an! Simaklah firman Nya berikut ini ;
     وَمِنْ ءَايَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِّتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُم مَّوَدَّةً
 وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لأَيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang.Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir. (QS. 30:21)

 Ayo…kita resapi bersama kata-kata penuh motivasi dari ahli tafsir masa kini,Syaikh Abdurrahman As Sa’di -rahimahullah-,
“Ghalibnya, engkau tidak akan bisa menemukan jalinan kasih dan cinta seperti halnya yang dirasakan oleh sepasang suami istri!”
Luar biasa!
***
                Akad nikah dengan ijab kabul-nya adalah prosesi suci yang mesti dihormati. Akad nikah merupakan pintu gerbang menuju surga duniawi yang dihalalkan oleh syari’at. Bertujuan menghimpun dan memadukan cinta, rahmah dan mawaddah, maka jangan pernah engkau kotori jalinan suci itu dengan noda-noda walau setitik! Hal-hal kecil usahlah menjadi pintu perusak sebuah tatanan keluarga!
“Sayang…kamu dulu pernah pacaran?”
Ah…buang jauh-jauh pertanyaan semacam ini! Apa urgensinya dari pertanyaan semacam ini? Terbukti pertanyaan senada dengan ini malah menimbulkan petaka. Jawaban apa yang harus diucapkan oleh pasangan Anda dari pertanyaan ini? Antara iya dan tidak, bukan?
Biarlah yang berlalu tetap berlalu. Siapa juga yang tidak punya masa lalu? Akan tetapi, setelah ijab kabul diikrarkan, bukankah kehidupan telah mulai ditulis dalam lembaran baru? Isi saja lembaran-lembaran baru itu dengan menciptakan momen-momen indah! Penuhkan lembaran-lembaran baru itu dengan lukisan-lukisan indah!
Jangan melakukan tindakan yang bodoh! Misalnya?
Menuntut pasangannya untuk menyerahkan password alamat email, sebagai contoh. Atau mengobok-obok isi facebook dan twitternya (hidup tanpa facebook dan twitter lebih nikmat dan tentram). Handphone pasangannya di ubek-ubek. Kenapa ia lakukan itu? Barangkali pasangannya menyimpan masa lalu.
Saudaraku…hidup berumah tangga itu pondasi utamanya adalah saling percaya. Akan hambar dan tanpa rasa jika Cinta di dalam sebuah rumah tangga tidak dibangun di atas saling percaya. Tumbuhkan prasangka yang baik dan biarkan sebagai sendi dan nadi kehidupan sehari-hari. Bukankah ia telah memilih dan menerima dirimu sebagai pasangan yang syar’i? Percayalah kepadanya!
Jika muncul atau terbetik rasa ragu, was-was atau bimbang…kenang-kenanglah kembali saat prosesi ijab kabul dilaksanakan!
Bagaimana engkau “diserahkan” oleh wali-mu kepadanya…”Aku nikahkan Fulanah bintu Fulan dengan engkau Fulan bin Fulan berdasarkan mahar demikian dan demikian…dibayar tunai!”
Bagaimana engkau menerimanya dengan berucap…”Saya terima nikahnya Fulanah bintu Fulan berdasarkan mahar demikian dan demikian…dibayar tunai!”
Subhaanallah!
Indah sekali detik-detik pengabadian Cinta syar’i itu! Akan menjadi bagian dari sejarah hidup yang tak akan terlupakan. Apakah prasasti Cinta itu akan engkau hapus dengan alasan ragu, was-was dan bimbang? Jangan…jangan sekali-kali engkau berpikir untuk memutus jalinan yang telah diikat! Jangan…jangan sekali-kali engkau berpikir untuk menghapus miitsaaqan ghaliidzaa itu!
Pernahkah engkau mendengar, Saudaraku? Pernahkah engkau mendengar sebuah hadits riwayat Muslim (2813) dari sahabat Jabir?
Iblis memposisikan singgasananya di atas lautan. Dari sana-lah ia menyebarkan seluruh pasukannya untuk menyesatkan manusia. Prajuritnya yang paling dekat dan paling disayang adalah yang berkemampuan menimbulkan bencana paling dahsyat.
Kata Rasulullah,
فَأَدْنَاهُمْ مِنْهُ مَنْزِلَةً أَعْظَمُهُمْ فِتْنَةً
“Pasukan yang paling dekat dengan Iblis adalah yang paling besar fitnahnya”
Kemudian?
Jika prajuritnya datang melapor bahwa ia telah berbuat kejahatan, Iblis berkomentar,”Ah…engkau tidak berbuat sama sekali!”. Demikian seterusnya, setiap prajurit yang datang melaporkan kejahatannya, selalu ditanggapi oleh Iblis dengan ucapan,”Ah…engkau belum berbuat apa-apa!”
Siapa yang dipuji oleh Iblis?
Prajuritnya yang datang melapor,” Aku tidak meninggalkan orang itu sampai aku berhasil memisahkan dia dengan istrinya”
Prajurit semacam inilah yang disukai Iblis. Ia diminta untuk mendekat lalu Iblis memujinya, “Sebaik-baik setan adalah kamu!”
Jagalah Cinta syar’i-mu dengan penuh kelembutan. Jangan biarkan Cinta syar’i-mu rusak oleh kelalaian dan kealpaanmu sendiri. Ingat…Cinta syar’i adalah harta terindah yang pernah engkau miliki.
***
Cinta akan melahirkan rasa takut…Takut kehilangan, takut berpisah, takut menyakiti, takut mengecewakan dan takut-takut lainnya yang akan menggores lukisan Cinta. Bagi kita yang telah dan pernah merasakan Cinta syar’i, rasa takut semacam ini sungguh-sungguh hadir menyertai setiap langkah kaki.
Jika memang engkau takut kehilangan dirinya, berusahalah untuk menjadi yang terbaik di matanya. Buatlah ia selalu tersenyum riang. Tunaikan kewajibanmu terlebih dahulu sebelum engkau menuntut hakmu. Yakinlah bahwa al jazaa’min jinsil ‘amal, balasan yang kita dapat sesuai apa yang kita perbuat.
Jangan pernah lupa untuk berdoa dan mengingatkan dirinya untuk turut mengaminkan,
               رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
“Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertaqwa. (QS. 25:74)
Selamat menempuh hidup baru dengan membuka lembaran-lembaran baru berjudul Sakinah, Mawaddah dan Rahmah. Amin.

Beriman Dengan Qadha dan Qadar Adalah Balsam Berbagai Luka

Sesungguhnya balsam berbagai luka adalah beriman dengan qadha dan qadhar. Sungguh menakjubkan perkara seorang mukmin. Sesungguhnya segal...