BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dakwah, bukanlah suatu hal yang asing lagi bagi masyarakat
Indonesia. Istilah kata dakwah hampir menyentuh seluruh lampisan masyarakat,
baik kalangan intelektual maupun kalangan awam. Hal ini tidak terlepas dari
pengaruh kemajuan ilmu teknologi, yang mana bersumber pada kemajuan ilmu
pengetahuan yang sangat pesat. Sedikit banyak kemajuan ilmu teknologi memiliki
andil dalam pengembangan kegiatan dakwah Islamiah terutama pada zaman modern
ini. Banyak produk-produk dakwah Islamiah yang memanfa’atkan kemajuan ilmu
teknologi, baik media cetak, elektronik maupun media masa.
Kita memang harus mengakui bahwa perkembangan dan kemajuan dakwah
Islamiah tidak terlepas dari pengaruh kemajuan ilmu teknologi. Namun yang perlu
kita garis bawahi yaitu, apakah efektivitas dakwah yang dilakukan pada zaman
teknologi ini lebih efektif dibandingkan dengan dakwah yang dilakukan oleh
Rasulullah pada masa awal munculnya Islam.
Oleh karena itu, untuk menjadi bahan perbandingan antara dakwah
yang dilakukan pada zaman sekarang ini dengan dakwah yang dilakukan pada zaman
Rasulullah, maka penulis akan menguraikan sedikit tentang Sejarah Dakwah pada
Masa Nabi Muhammad SAW.
B.
Rumusan Masalah
a.
Bagaimana Riwayat nabi Muhammad SAW sebelum diutus menjadi Rasul?
b.
Bagaimana metode, sarana serta isi dakwah nabi Muhammad biak di
Mekkah maupun di Madinah?
C.
Tujuan
a.
Untuk mengetahu bagaimana riwayat nabi Muhammad sebelum diutus
menjadi Rasul.
b.
Untuk mengetahui bagaimana metode, sarana dan isi dakwah nabi
Muhammad baik di Mekkah maupun di Madinah.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
DAKWAH NADI MUHAMMAD SAW DI MEKKAH
1.
Riwayat Hidup Nabi Muhammad SAW Sebelum Diangkat menjadi Rasul
Nabi Muhammad adalah nabi terakhir yang diutus Allah SWT.[1] Beliau
berasal dari nasab yang mulia dari keturunan nabi Ismail bin Ibrahim. Ibnu
Al-Qoyyim mengatakan “Beliau (nabi Muhammad SAW.) adalah orang yang paling
baik nasabnya di dunia, diakui oleh lawan-lawannya”. Nabi Muhammad diutus
oleh Allah untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju alam yang terang
benderang,[2]
menjadi penebar rahmat sekalian alam dengan memperbaiki akhlak disegala bidang[3]
dan membawa kabar gembira bagi umat yang menerima ajarannya serta member peringatan
pada umat yang ingkar.[4] Nabi
Muhammad lahir pada tanggal 12 Rabiul Awal atau 20 April 571 Masehi.[5]
Sebagai manusia yang dipersiapkan oleh Allah SWT., untuk mengubah
manusia yang biadab menjadi manusia yang beradab, untuk mengubah manusia yang penuh
dengan kemusyrikan menjadi manusia yang baertauhid, maka Allah SWT
mempersiapkan beliau semenjak masih berusiah dini, dengan berbagai bekal yang
tanpa beliau ketahui. Ada beberapa persiapan menujuh kea rah kenabian Beliau,
diantaranya :
1.
Beliau tinggal disebuah Desa yang jauh dari pengaruh kota, alam
yang segar dan suasana yang serba alami. Semua pakar sepakat bahwa lingkungan
adalah salah satu factor pembentukan kepribadian.
2.
Hidup dalam keprihatinan, ditinggal bapak semenjak masi dalam
kandungan, setelah itu ditinggalkan ibunya ketika beliau masi berusia delapan
tahun.[6]
Kemudian ditinggalkan juga oleh kakeknya yang begitu menyayangi beliau. Inilah
cara Allah SWT untuk mendidik nabi Muhammad SAW secara langsung, Allah hendak
menjadikan beliau menjadi manusia yang kuat jiwanya, tegar dan tahan bantingan.
Orang yang terbiasa dan terlatihh dalam keprihatinan biasanya lebih kuat
menjalankan kehidupan yang penuh dengan tantangan.
3.
Latihan kesabaran dengan mengembala kambinng. Pengalaman
mengembalakan kambing menjadikan beliau mampu sabar untuk menghadapi manusia
yang terkadang kala lebih susah mengaturnya daripada kambing.
4.
Tidak pernah cacat di masyarakat. Selain dikenal dari keturunan
mulia, beliau juga dikenal sebagai orang yang selalu mengerjakan kegiatan yang
mulia.[7]
5.
Menimba pengalaman internasional. Pada usia 12 tahun nabi Muhammad
sudah mulai mengenal perdagangan, beliau diajak pamannya Abu Thalib ke negeri
Syam.[8]
6.
Memiliki prestasi yang diakui oleh umatnya semenjak usia belia;
menjadi pemersatu umat dalam peletakan kembali Hajar Aswad.[9]
Jika di usia belia beliau sudah menjadi rujukan kaumnya, menolak
kreadibilitas setelah menjadi nabi tidak
beralasan, apalagi menuduh beliau pendusta, tukang sihir dan lain-lain.
7.
Menjelang usia kematangan beliau, (40 tahun), secara intensif
beliau melakukan perenungan tentang kakikat kehidupan di Gua Hira.
Itulah poin-poin penting tentang nabi Muhammad sebelum diutus
menjadi rasul. Meskipun segala kelebihan telah terkumpul pada diri Beliau
sebelum menjadi rasul, tetapi hal itu tidak cukup untuk menghadapi tantangan
masyarakat yang seolah-olah telah bersepakat untuk mendustakan Muhammad yang
dahulunya secara aklamasi diakui kejujurannya.
2.
Kondisi Masyarakat Arab Saat Nabi Muhammad SAW Diutus
Kondisi negeri Aarb sebelum di utusnya nabi MuhaMmad SAW., sangat
memperihatinkan dari berbagia aspek kehidupan
a.
Kondisi Keagamaan
Kondisi bangsa Arab sebelum kedatangan islam terutama disekitar
mekah masih diwarnai dengan penyembahan berhala sebagai tuhan, yang dikenal
dengan istilah paganisme.[10]
Arab ketika itu tenggelam dalam kepercayaan jahilia. Sisa-sisa penganut agama
Ibrahim sangat langkah dan tidak kedengaran lagi suaranya. Virus kepercayaan
jahilia begitu dahsyat sehingga merambah hampir semua lapisan masyrakat.
b.
Kondisi Politik dan Hukum
Kodisi politik di Hirah, Syam dan Hijaz sangat rusak. Manusia terbagi dalam dua kelas,Tuan dan
Budak atau Pemimpin dan rakyat. Rakyatnya selalalu menjadi mangsa para
pemimpin, mereka tak ubah seperti mesin yuang siap memperuduksi kekayaan buat
pemimpinnya, sedangkan mereka sendiri tidak mendapatkan apa-apa. Rakyat
terombang ambing dalam kesesatan, diliputi kezaliman, kehinaan dan penyiksaan.
Merekapun tidak bisa berbuat apa-apa.
c.
Kondisi Sosiokultural
Pada saat itu ada beberapa yang dapat dicermati jika dilihat dari
sudut sosiokultural diantaranya;
·
Hubungan antara laki-laki dan perempuan sudah sangat rusak
·
Perlakuan terhadap budak semena-mena
·
Budaya minuman keras (arak) mengakar.[11]
d.
Kondisi Ekonomi
Pada saat itu pertanian terdapat di Jazirah Arab seperti Yaman,
Syam dan sebagian daerah lainnya. Mayoritas masyarakat Badui hidup dari
mengembala unta dan kambing. Kehidupan mereka berpinda-pinda dari suatu tempat
yang lain. Sedangkan perdagangan adalah pendapatan primadona masyarakat Mekah dan Quraisy.[12]
e.
Modal Dasar Yang Baik
Tidak bisa kita pungkiri bahwa orang orang jahilia memiliki
sifat-sifat negative dan hal-hal yang tidak diterima akal dan ditolak oleh
nurani. Namun disisi lain, ada hal–hal positif
yang nantinya dijadikan nabi sebagai modal dasar untuk mencetak generasi
terbaik yang lahir dimuka bumi ini. Diantara hal-hal yang positif yang dimiliki oleh masyrakat Arab Jahilia
adalah :
·
Dermawan
·
Kuat dalam memegang janji
·
Memiliki kebanggan terhadap diri yang tinggi dan tidak muda tunduk
dengan orang lain
·
Teguh dalam memegang perinsif
·
Peramah dan tidak tergesa-gesa
·
Masih bersih dari pemikiran budaya asing.[13]
3.
Materi Dakwa Nabi Muhammad SAW.
Dalam Al-Qur’an Allah menegaskan bahwa Muhammad SAW., diutus untuk
menbar rahmkat bagi sekalian alam.[14]
Kemudian dalam sebuah hadits, beliau menggarisakan parameter keberhasilan
beliau dalam mengemban amanah Allah adalah sejauh mana orang yang tersentuh
dengan dakwanya dapat menjadi manusia yang berakhlak mulia.[15]
Sepertinya alam tidak akan merasakan tersebarnya rahmat Allah jika ahklak
muliaa belum tercapai. Untuk mencetak manusia yang berakhlak, Rasululullah
memulai aktivitasnya tentunya dibawa bimbingan Allah dengan menyemaikan
benih-benih tauhid. Al-Mubarokfury menyimpulkan bahwa materi dakwa nabi
Muhammad SAW. di Mekah adalah : Tauhid, Iman kepada hari kiamat, pembersiahan
jiwa dengan menjauhi segalah kemungkaran dan kekejian yang menimbulkan akibat
buruk dan dengan melakukan hal-hal yang baik dan utama, penyerahan segalah ursan kepada Allah,semua itu setelah
berimankepada risallah Muhammad.
Ayat-ayat makyah adalah bukti konkret bahwa tauhid merupak isi
dakwa utama beliau. Begitu juga kata “ ahad, ahad, ahad” yang keluar dari mulut
Bilal saat disiksa oleh tuannya merupakan bukti lain bahwa stressing dakwa
beliau adalah tauhid.[16]
Selain tentang akidah, masalah sosial juga mendapat perhatian pada
dakwa di Mekah sebagai contoh, Allah sangat menganjurkan kaum muslimin untuk
memerdekakan hamba sahaya yang mana perbudakan pada saat itu begitu subur,
diperintahkan untuk memperhatikan dan member makan kepada anak yatim atau
oraang miskin yang sangat fakir.[17]
4.
Metode Dakwah Nabi Muhammad SAW di Mekah
Metode dakwa ilmu tentang cara menyampaikan dakwah dan cara
menghilangkan halangan-halangan yang merintangi sampainya tujuan dakwa (Sa’id
bin Ali bin Wahj Al-Qahthani). Agar tujuan dakwa yang telah ditetapkan oleh
Rasulullah tersebut tidak bergeser beliau mengambil langkah-langkah gemilang
yang tercatat dalam sejarah sebagai manusia yang paling berhasil menyebarkan
ajarannya.[18]
Beliau mengambil langkah-langkah secara bertahap dalam mencapai tujuan
dakwanya. Tahapan-tahapan tersebut adalah :
a.
Tahapan dakwah secara rahasia
Tahapan
dakwa secara rahasia (sembunyi-sebunyi)
dilakukan selama tiga tahun. Nabi Muhammad mulai melaksanakan dakwa islam
dilingukungan keluarga, mula-mula istri beliau sendri yaitu Khadijah, kemudian
Ali bin Abi Thalib, Abu Bakar sahabat beliau, lalu Zaid bekas budak beliau.
Selain itu , juga banyak orang yang masuk islam dengan perantaraan Abu Bakar
yang terkenal dengan julukan Assabiqunal awwalun (orang-orang yang lebih
dahulu masuk islam), mereka adalah Utsman bin Affan, Zubair bin Awwan, Sa’at
bin Waqqash, Abdurrahman bin ‘Auf, Thalhah bin ‘Ubaidillah, Abu ‘Ubaidah bin
Jarrah, dan Al-Arqhom bin Abil Arkom.[19]
Mereka
masuk islam secara rahasia dan Rasulullah membimbing merekapu dengan rahasia
pula. Ayat-yang turun pada saat itu
isinya berbicara seputar tentang pembersihan jiwa celaan terhadap jiwa-jiwa
yang dikotoro noda-noda dunia, penggambaran terrhadap surge dan neraka yang
seolah olah di hadapan mata.[20]
b.
Tahapan Dakwa secara Terang-Terangan
Dakwa secara terang-terangan yang dilakukan oleh Rsulullah setelah diturunkannya QS. Al- Hijr
: 94; maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segalah apa yang
diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musrik. Adapun
mitode yang dilakukan Nabi pada tahap ini adalah :
·
mengundang Bani Hasyim kerumahnya, dilakukan selama dua kali untuk
menjelaskan beliau diutus oleh Allah.
·
Melakukan pembinaan dan pengkaderan intensif di rumah Arqom bin
Abil Arqom[21]
·
Undangan terbuka kepada seluruh masyrakat Quraisy di bukit Shafa.
Disini beliau ingin melihat bagaimana pandangan masyrakat Quraisy terhadap
keperibadian beliau. Masyrakat Quraisy sepakat bahwa beliau adalah orang yang
tidak berdusta. Setelah itu beliau mengumumkan kenabiannya. Setelah pengumuman
itu begitu banyak cemoohan, hinaan, lecehan
dari masyrakat Quraisy, mereka menganggap Nabi Muahammad sebagai seorang
pendusta bahkan orang yang sudah gila.
c.
Tahap Dakwah di Luar Mekah
Tahap dakwah diluar mekah berlangsung dari akhir tahun kesepuluh
kenabian sampai hijrah ke Madinah. Dalam tahap ini Rasulullah melakukan
beberapa langkah dalam menjalankan aktivitas dakwahnya diantaranya :
·
Melakukan perjalanan ke Thaif, beliau ditemani oleh Zaid bin
Haritsah. Setiap melewati kabilah-kabilah, beliau selalu menyeru kepada Islam,
meskipun tidak ada seorangpun yang merespon.
·
Menawarkan Islam kepada kabilah-kabilah dan pribadi-pribadi,
diantara kabilah yang ditangani adalah bani Khilab, bani Hanifah dan Amir bin
Sya’ah. Bani kilab dan bani Hanifah menolak dengan kasar, sedangkan Amir bin
Sya’ah menolak dengan halus. Diantara pribadi yang menerima tawaran Islam
Rasulullah bersabda : Suwaid bin Sahanif, seorang penyair dari Yatsrib, Iyas
bin Mu’adz, Abu Dzar Al-Ghifari, keduanya berasal dari Yatsrib. Masuk islam
juga Thaufail bin Amr Ad-Dausi, pimpinan kabilah Daus.[22]
·
Diantara hasil dakwah gerilia Rasulullah tersebut adalah masuk
Islamnya enam orang penduduk Yatsrib. Setelah pulang ke madinah, mereka
mendakwahkan Islam ke kaum mereka, sehingga diantara rumah-rumah kaun Anshar
tidak ada satu rumahpun yang tidak menyambut rasulullah
·
Bai’at Aqabah satu tahun keduabelas kenabian Rasulullah, jumlah
peserta bai’at dua belas orang. Bai’at Aqabah dua (tahun ketigabelas kenabian)
jumlahnya 70 orang dan dua orang wanita
·
Hijrah ke Madinah
5.
Sarana Dakwah Nabi Muhammad SAW di Mekkah
Al-Bayanuni mendefinisikan wasa’il (sarana) dakwah merupakan
sesuatu yang dimanfaatkan oleh da’I
dalam rangka menerapkan manhaj dakwah baik sarana mauknawiyah (nonfisik)
ataupun maddiyah (fisik). sarana nonfisik yaitu segalah hal yang bersifat
abstrak baik itu masalah hati maupun fikrah seperti sifat terpuji, akhlak
mulia, pemikiran, strategi dan lain-lain. Sedangkan sarana fisik adalah segalah
hal yang bersifat fisik seperti alat-alat dan lain sebagainya.
a.
Sarana fisik
·
Masjidil haram sebagai sarana untuk memperlihatkan kekuatan kaum
muslimin
·
Bukit Shafa sebagi tempat pertemuan umum dilapangan terbuka
·
Rumah sebagai tempat pengkaderan parah sahabat
b.
Sarana nonfisik
·
Hubungan Rasulullah S AW. Yang
sangat dekat dengan Allah
·
Kejujuran dan keperibadian Rsulullah yang luhur
6.
Problematika Dakwah Nabi Muhammad SAW di Mekkah
Jalan dakwah rasulullah SAW. tidaklah mulus, begitu banyak
rintangan yang mengahadang mulai dari cara yang halus sampai dengan cara yang
kasar. Segalah cara yang dilakukan oleh tokoh-tokoh ataupun masyrakat Quraisy
untuk menghentikan dakwah Rasulullah.hal itu dilakukan karena beberapa faktor :
·
Mereka tidak dapat membedakan antara kenabian dan kekuasaan. Mereka
mengira bahwa tunduk kepada seruan Nabi Muhammad berarti tunduk kepada
kepemimpinan Bany Abdul Muthalib.
·
Nabi Muhammad menyerukan persamaan hak antara hambasahaya.
·
Taklid kepada nenek moyang adalah kebiasaan berurat akar pada
bangsa Arab, sehingga sangat berat bagi mereka untuk meningalkan agama nenek
moyang dan mengikuti agama islam.
·
Parah pemimpin Quraisy tidak mau percaya ataupun mengakui dan
menerima ajaran tentang kebangkitan kembali dan pembalasan di akherat.[23]
Oleh karena faktor-faktor di atas, tokoh-tokoh dan masyarakat
Quraisy melakukan segala upaya untuk menghentikan dakwah Rasulullah SAW.,
diantara upaya tersebut adalah :
·
Melaklukan negosiasi kepada Abu Thalib agar Muhammad menghentikan
dakwahnya
·
Menawarkan kepada Muhammad harta, wanita, kedudukan
·
Mencemooh, menghina, melecehkan, mendustakan serta ditertawakan,
seperti dituduh sebagai orang gila
·
Melontarkan propaganda palsu dengan mengatakan bahwa ajaran
Muhammad adalah dongeng orang-orang terdahulu
·
Menebar duri di tempat Rasulullah lewat
·
Melakukan penyiksaan terhadap beberapa pengikut Islam
·
Blokade multidimensi
·
Upaya pembunuhan nabi Muhammad.[24]
B.
DAKWAH NABI MUHAMMAD SAW DI MADINAH
1.
Hijrah Sebagai Metode Dakwah
Dakwah di Madinah dianggap kelahiran baru agama islam setelah ruang
dakwah di Mekkah terasa sempit sebagai
kaum muslimin. Allsh SAW. memilihkan buat Nabi-Nya Madina sebagai pilot project pembentukan masyrakat islam pertama.
Madina memang layak dijadikan kawasan percontohan. Berawal dari masuk
islamnya beberapa orang asal Madinah pada tahun ke-11 kenabian dalam
gerakan dakwah Rasulullah kepada
orang-orang yang datang ke Mekah, dakwah dikawasan ini berkembang de3ngan pesat
.tidak ada satu rumah pun dikawasan ini yang tidak mengenal nama Rasulullah
SAW. setaun setelah kejadian tersebut, mereka mengutus 12 orang perwakilan ke
mekkah untuk menemui Rasulullah. Pertemuan tersebut melahirkan biat aqabah 1.
Mereka berbiat kepada Rasulullah untuk meng-esahkan Allah, tidak mencuri, tidak
melakukan zina,tidak melakukan zina,tidak membunuh anak dan Rasulullah meminta
kepada mereka untuk taat kepada perintah beliau dalam masalah kebaikan. Rasulullah SAW. mengutus mush’ab bin umair sebagai duta beliau yang
bertugas mengerjakan islam kepada
penduduk Madinah. Mush’ab melaksanakan amanah Rasulullah dengan perestasu yang luar biasa. Tahun
ketiga mereka mengutus tujuh puluh dua orang menemui Rasulullah . pertemuan
inilah yang disebut dengan biat Aqabah
kubro. Isi biat tersebut adalah tekad
untuk melindungi dan menolong
Rasulullah SAW. dan parah sahabatnya, serta mengajak Rasulullah untuk hijra ke Madinah.
2.
Negara Madinah Sarana Baru Dakwah Rasulullah
Ketika dakwah sudah melembaga dalam bentuk Negara dengan Rasulullah
sebagai kepala negaranya, terjadi perbedaan yang signifikan dalam hal metode
dakwah. Jika di Mekkah beliau tidak leluasa melaksanakan semua kebijakan yang
dirancang, di Madinah beliau adalah penentu kebijakan. Jika di Mekkah
lingkungannya tidak kondusif untuk menerapkan nilai-nilai Islam secara bebas.
Sedangkan di Madinah lingkungan turut mendukung munculnya pribadi-pribadi yang
bertaqwa.
Perbedaan kondisit tersebut menyebabkan perubahan-perubahan terjadi
dalam metode dakwah. Ketika pemerintahan Madinah terbentuk, beliau merancangkan
beberapa program, diantaranya :
a.
Membangun Masjid
Dibangunanya masjid saat memulai pembangunan sebuah Negara baru
oleh Rasulullah merupakan pertanda pentingnya masjid bagi kehidupan sosial
masyarakat Islam. Masjid merupakan pusat pendidikan bagi umat Islam dan symbol
hubungan masyarakt Islam dengan Tuhannya. Masjid Nabawi pada saat itu menjadi pabrik percetakan masyarakat yang
berperadaban tinggi. Masjid sangat efektif untuk menghilangkan status keduniaan
dan menjadi semua lapisan masyarakat Islam hidup tanpa sekat kelas sosial.
Semua membaur di dalam masjid untuk menyembah Tuhan yang satu dan mendengarkan
pesan dari Rasul mereka. Shalat berjemaah adalah salah satu media komunikasi
sesama penduduk yang cukup efektif.
b.
Menjalin persatuan sesama muslim
Hubungan sesama warga Negara saat itu diikat dengan rasa cinta,
saling membantu dan semangat persaudaraan. Dalam tingkat aplikasinya,
kebijaksanaan ini dilaksanakan dengan mempersaudarakan antara orang-orang
muhajirin dan Anshar.
Disamping menjalinkan persaudaraan antara Muhajirin dengan Anshar,
Rasulullah juga membuat perjanjian antar kabilah untuk menyingkirkan segala
dendam lama yang pernah terjandi diantara mereka. Adapun isi perjanjian
tersebut adalah:
·
Mereka adalah umat yang satu, dihadapan umat yang lain.
·
Orang-orang mukmin dan muttaqin harus menolak kezaliman, kejahatan,
permusuhan atau kerusakan yang ada ditengah-tengah mereka
·
Seorang mukmin tidak boleh membunuh orang mukmin karena membunuh
orang kafir
Selain itu, nabi Muhammad hendak menciptakan toleransi antar
golongan yang ada di Madinah, oleh karena itu nabi Muhammad hendak membuat
perjanjian antara kaum Muslimin dan Nonmuslim. Adapun isi perjanjian tersebut
antaralain sebagai berikut:
·
Pengakuan atas hak pribadi keagamaan dan politik
·
Kebebasan beragama terjamin untuk semua umat
·
Kewajiaban bagi penduduk Madinah baik muslim maupun nonmuslim dalam
hal moril maupun materil, mereka harus bahu membahu menangkis semua serangan
terhadap kota mereka (Madinah)
·
Rasulullah sebagai pemimpin umum bagi penduduk Madinah. Kepada
beliaulah dibawa segalah perkara dan perselisihan yang besar untuk
diselesaikan.[25]
3.
Turunnya Perintah Jihad
Setelah hijrah berlangsung, syari’at jihad diturunkan dan kaum
muslimin diizinkan melakukan perang. Syari’at ini diturunkan dalam rangka untuk
mengamankan dan memelihara dakwah dari bahaya yang mengancam serta
menghilangkan penghalang sampainya dakwah kepada orang yang ingin masuk Islam
sehingga mereka tidak khawatir atau takut untuk memeluk agama Islam.
4.
Dakwah Nabi Muhammad SAW dengan Mengirim Duta atau Surat
Setelah Islam menebus seluruh Jazirah Arabia dan kawasan ini sudah
menjadi basis kekuatan Islam, Rasululah mengarahkan dakwahnya keluar Jazirah.
Langkah pertama yang diambil Rasulullah adalah mengutus Duta ke Romawi, Persia,
Syam., Bahrain dan Yaman, dan masing-masing duta diamanahkan untuk menyampaikan
surat dari Rasulullah SAW. yang isinya adalah mengajak raja, pembesar dan
rakyat negeri tersebut agar memeluk Islam. Jumlah surat yang dikirim Rasulullah
lebih dari lima puluh pucuk.
hasil dakwah sangatlah bervariasi, ada raja yang beriman dan
memeluk Islam seperti Najasyi, ada yang menolak dengan cara yang baik tetapi
tidak masuk Islam seperti Muqauqis, Raja Mesir. Dan ada juga yang menolak
dengan cara merobek surat dari Rasulullah SAW.
pengiriman duta dan surat oleh Rasulullah kepada para Raja
mengandung begitu banyak pelajaran, diantaranya:
·
Rasulullah ingin membuktikan bahwa risalah Islam adalah alamia
untuk seluruh manusia
·
Rasulullah menggunakan berbagai macam sarana yang berperan untuk
melancarkan jalan dakwahnya
·
Dari beberapa duta dapat diketahui bahwa ada sebagian penguasa yang
menutup pintu penyebaran dakwah.
5.
Ciri Umum Dakwah Nabi Muhammad Saw di Madinah
Ada beberapa cirri umum dalam dakwah nabi Muhammad SAW di Madinah,
diantaranya:
·
Menjaga kesinambungan tarbiyah dan tazkiyah bagi para sahabat yang
telah memeluk Islam
·
Mendirikan Daulah Islamiyyah
·
Adanya keseriusan untuk menerapkan hukum syari’at untuk seluruh
lapisan masyarakat, baik personal maupun jamaah
·
Hidup berdampingan dengan musuh Islam yang menyatakan ingin hidup
damai dan bermualah dengan mereka dengan aturan yang jelas
·
Melalui surat, mengirim duta, mengirim rombongan, menerima utusan
yang datang, dan seterusnya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas dakwah
yuang dilakukan nabi baik di Mekkah maupun di Madinah memiliki ciri-ciri
tersendiri. Begitupun juga halnya dengan metode, sarana, dan isi dakwannya
memiliki karakteristik berbeda-beda.
DAFTAR PUSTAKA
Ilahi Wahyu, Hefni polah Harjoni, Pengantar Sejarah Dakwah,Kencana
Prenada Media Group. Jakarta; 2012
Munir Amin Samsul, Sejarah Peradaban Islam,Amzah. Jakarta;
2013
[1]
Lihat QS.Al-Ahdzab : 40
[2] Lihat QS.Ath-Thalaq : 11
[3] Lihat QS.Al-Anbiya : 107
[4] Lihat QS.Al-Baqarah : 119
[5] Samsul Munir Amin,Sejarah Peradaban Islam,Jakarta.Amzah.2013.Hal.64
[6] Samsul Munir Amin,Sejarah Peradaban
Islam,Jakarta.Amzah.2013.Hal.64
[7] Wahyu Ilahi, Harjani Hefni, Pengantar Sejarah dakwah,
Jakarta,2012. Fajar Interparma.Hal.38-39
[8] Samsul Munir Amin,Sejarah Peradaban Islam,Jakarta.Amzah.2013.Hal.64
[9] Wahyu Ilahi, Harjani Hefni, Pengantar Sejarah dakwah,
Jakarta,2012. Fajar Interparma.Hal.39
[10] Samsul Munir Amin,Sejarah Peradaban
Islam,Jakarta.Amzah.2013.Hal.63
[11] Wahyu Ilahi, Harjani Hefni, Pengantar Sejarah dakwah, Jakarta,2012.
Fajar Interparma.Hal.44
[12] Wahyu Ilahi, Harjani Hefni, Pengantar Sejarah dakwah,
Jakarta,2012. Fajar Interparma.Hal.45
[13] Wahyu Ilahi, Harjani Hefni, Pengantar Sejarah dakwah,
Jakarta,2012. Fajar Interparma.Hal.46
[14] Lihat QS.Al-Anbiya : 107
[15] Lihat hadits Imam Ahmad 2/102, Hakim 2/613, Baihaqi dalam AS-Sunan
Al-Kubro 10/102
[16] Wahyu Ilahi, Harjani Hefni, Pengantar Sejarah dakwah,
Jakarta,2012. Fajar Interparma.Hal.47
[17] Lihat QS. Al-Balad : 11-16
[18] Wahyu Ilahi, Harjani Hefni, Pengantar Sejarah dakwah,
Jakarta,2012. Fajar Interparma.Hal.48
[19] Samsul Munir Amin,Sejarah Peradaban
Islam,Jakarta.Amzah.2013.Hal.65
[20] Wahyu Ilahi, Harjani Hefni, Pengantar Sejarah dakwah,
Jakarta,2012. Fajar Interparma.Hal.49
[21] Samsul Munir Amin,Sejarah Peradaban Islam,Jakarta.Amzah.2013.Hal.66
[22] Wahyu Ilahi, Harjani Hefni, Pengantar Sejarah dakwah,
Jakarta,2012. Fajar Interparma.Hal.50-51
[23] Samsul Munir Amin,Sejarah Peradaban
Islam,Jakarta.Amzah.2013.Hal.66
[24] Wahyu Ilahi, Harjani Hefni, Pengantar Sejarah dakwah, Jakarta,2012.
Fajar Interparma.Hal.52-53
[25] Samsul Munir Amin,Sejarah Peradaban
Islam,Jakarta.Amzah.2013.Hal.69
Tidak ada komentar:
Posting Komentar