BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Pada hakikatnya manusia itu harus di
didik dan harus belajar karna di dunia ini tidak ada makhluk hidup yang sewaktu
baru di lahirkan seBelajar merupakan aktivitas manusia yang sangat vital dan
sangat penting bagi kita sdemikan tidak berdayanya seperti bayi
manusia.sebaliknya, tidak ada makhluk di dunia ini yang setelah dewasa mampu
menciptakan apa yang telah di ciptakan manusia dewasa. jika bayi manusia yang
baru di lahirkan tidak mendapat bantuan dari manusia dewasa yang lain,tidak
belajar,niscaya binasalah ia. Ia tidak akan mampu hidup sebagai manusia jika ia
tidak di didik atau di ajar oleh
manusia. Benar, bahwa bayi yang baru di lahirkan telah membawa beberapa
naluri/insting dan potensi potensi yang di perlukan untuk kelangsungan
hidupnya,namun jumlahnyatebatas sekali dan potensi bawaan itu tidak akan
mungkin berkembang tanpa pengaruh dari luar.
Di samping kepandaian yang bersifat
jasmani,seperti merangkak,berjalan dan lain sebagainya. Anak(manusia ) itu
membutuhkan kepandaian yang bersifat rohaniah.manusia bukan hanya makhluk
biologis seperti halnya dengan hewan. Manusia adalah makhluk sosial dan budaya.
Jelasnya kiranya,bahwa belajar sangat penting bagi kehidupan seorang manusia.
Juga mengerti pula kita sekarang, mengapa anak(manusia) membutuhkan waktu yang
lama untuk belajar sehingga menjadi manusia dewasa. Manusia selalu dan senantiasa belajar bila manapun dan di
manapun dia berada.
B.
Rumusan Masalah
Maka untuk lebih memahami makna
belajar serta teori teori psikologi belajar,dapat di rumuskan beberapa
permasalahan yang menjadi fokus bahasan pada tulisan ini, yaitu:
Ø Apa yang di maksud dengan
belajar?
Ø Bagaimanakah konsepsi
belajar menurut pandangan belajar?
Ø Apa saja teori belajar
dalam psikologi?
C,
tujuan penulisan
Penulisan makalah ini sebagai salah
satu tugas mata kuliah psikologi pendidikan yang mana dalam penulisannya
memiliki beberapa tujuan penulisan antara lain:
1. Untuk memenuhi tugas mata
kuliah psikologi pendidikan
2. Agar lebih memahami materi
psikologi pendidikan yang terkandung dalam makalah ini
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Belajar
Balajar adalah key term (istilah
kunci yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar
yang sesungguhnya tak pernah ada pendidikan. Sebagai sutu proses, belajar
hampiur selalu mendapat tempat yang luasdalam bernagai disiplin ilmu yang
berkaitan dengan upaya pendidikan, misalnya psikologi pendidikan. Karna
demikian pentingnya arti belajar, bagian terbesar upaya dan eksperimen
psikologi pendidikan pun di arahkan pada tercapainya pemahaman yang lebih luas
dan mendalam mengenai perubahan manusia itu
Perubahan dan kemampuan untuk merubah
merupakan batasan dan makna yang terkandung, karna kemampuan berubahlah,
manusia terbebas dari kemandegan fungsinya esbagai kholifah dibumi, selain
dengan kemampuan mengubah melalui belajaritu, manusia secara bebas dapat
mengeksplorasi, memilih dan menetapkan keputusan – keputusan penting dalam
hidupnya.
Banyak sekali kalu seluruhnya bentuk
- bentuk perubahan yang terdapat dalam diri manusiayang tergantung pada
belajar, sehingga kualitas peradaban manusia jika terpulang pada apa dan
bagaimana ia belajar. E.L Thorndike meramalkan, jika kemampuan belajar ummat
manusia dikurangi setengahnya saj maka peradaban yang ada sekarang tak akan
berguna bagi generasi mendatang. Bahkan mungkin peradaban itu sendiri akan
lenyap ditelan zaman.
Belajar juga memainkan peran penting
dalam mempertahankan kehidupan sekelompok ummat amnuisa (bangsa) ditengah
–tengah persainga yang semakin ketat di antarabangsa – bangsa lainnyayag lebih
dahulu maju karena belajar. Akibat persaingan tersebut kenyataan teragis juga
bisa terjadi karena belajar. Contoh tidak sedikit orang pintar yang menggunakan
kepintaranya untuk mendesak bahkan menghancurkan kehidupan orang lain.
Meskipun ada dampak negative dari
hasil belajar sekelompok manusia tertentu, kegiatan belajar tetap memiliki arti
penting. Alasannya seperti yag telah dikemukakan di atas, belajar itu berfungsi
sebagai alat mempertahankan kehidupan manusia. Artinya dengan ilmu dan
teknologi, hasil belajar kelompok manusia tertindas itu juga dapat digunakan
untuk membengun benteng pertahanan.iptek juga dapat dipakai untuk membeuat
senjata penangkis agresi sekelompok manusia tertentuyang mungkin hanya dikendalikan
oleh segelintir oknum. Yakni manusia yang mungkin mengalami gangguan
psychopathy yang berwatak rusak dan anti social. (reber, 1988)
Selanjutnya dalam perspektif agama
pun (dalam al ini islam), belajar merupakan kewajiban bagi setiap muslim dalam
rangka memperoleh ilmu pengetahuan sehingga derajat hidupnya meningkat dan hal
ini di nyatakan dalm surat al mujadalah:11 yang artinya : ”niscaya allah akan
meninggikan beberapa derajat kepada orang-orang yang beriman dan berilmu. Dan
ilmu dalam hal ini tentu saja harus berupa pengetahuan yang relevan dengan
tuntutan zaman dan banyak bermanfaat bagi orang banyak.
Berdasarkan pertimbangan -
pertimbangan tadi, anda selaku calon atau guru profesioinal seyogyanya melihat
hasil belajar siswa –siswa dari berbagai sudut kinerja psikologi yang utuh dan
menyeluruh. Sehubungan dengan ini, seorang siswa yang menempuh proses belajar,
idealnya ditandai oleh munculnya pengalaman – pengalaman psikologis dan baru
yang positif. Pengalaman – pengalaman yang bersifat kejiwaan tersebut
diharapkan dapat mengembangkan aneka ragam sifat, sikap, dan cakapan yang
konstruktif, bukan cakapan yang destruktif.
Untuk mencapai ahsil belajar yang
ideal seperti di atas, kemampuan para pendidik teristimewa seorang guru dalam
membimbing belajar murid – muridnya amat dituntut. Jika guru dalam keadaan siap
dan memiliki profensi (berkemampuan tinggi) dalam menunaikan kewajibannya,
harapan terbentuknya manusia yang berkualitas sudah tentu akan tercapai.[2]
Kita tahu bahwa setiap orang pasti
pernah melakukan belajar dalam hidupnya. Untuk dapat mencapai cita – cita,
harus dengankerja keras dan belajar sungguh – sungguh.misalnya seorang siswa
yang ingin menjadi seoarang dokter, dia harus lebih dahulu belajar di SD, SLTP,
SMU, dan fakultas kedokteran. Bukan hanya di sekolah saja, tetapi juga harus
belajar dirumah, dalam masyarakat lembag – lembaga pendidikan ekstra di luar
sekolah, berupa kursus, les privat, bimbingan studi dan sebagainya.
Untuk dapat mencapai cita –cita tidak
bisa dengan bermalas – malas,tetapi harus rajin, gigih dan tekun belajar.
Belajar adalah sarat mutlak untuk menjadi pandai dalam segala hal, baik dalam
bidang ilmu pengetahuan, keterampilan maupun kecakapan.seoarang bayi
seumpamanya harus belajar berbagai kecakapan terutama sekali motorik seperti
belajar menelungkup, duduk, merangkak, berdiri dan berjalan. Balajar dilakukan
dengan sengaja atau tidak, dengan dibantu atau tanpa bantuan orangn lain.
Belajar dilakukanoleh semnua oranmg baik anak – anak, remaja, oranng dewasa
maupun yang tua, dan akan berlangsung seumur hidup, selagi hayat masih
dikandung badan.
Dari kandungan di atas jelaslah bahwa
belajar merupakan kegiatan penting yang harus dilakukan setiap orang secara
maksimal untuk dapat menguasai atau memperoleh sesuatu. Karena itu perlu
diketahui seluk beluk belajar, terutama caranya.
Belajar dapat didefinisikan ”suatu
usaha atau kegiatan yan bertujuan mengadakan perubahan di dlam diri seseorang,
mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan,
keterampilan dan sebaginya.
Dari pengertian tersebut dapat
diambil kesimpulan:
1) Belajar adalah suatu usaha, perbuatan
yang dilakukan bersungguh sungguh, dengan sistematis, mendayagunakan segala
potensi yang dimiliki, baik fisik, mental serta dana, panca indra, otak serta
anggota tubuh lainnya, demikian juga aspek – aspek kejiawaan seperti
inteligensi, bakat, motivasi, minat dan sebagainya.
2) Belajar bertujuan mengadakan perubahan
dalam diri antara lain tingkah laku, misalnya seorang anak kecil yang tadinya sebelum
memasuki sekolah bertingkah laku manja, egois, cengeng, dan senagainya, tetapi
setelah beberapa bulan masuk SD, tingkah lakunya berubah menjadi anaka yang
baik, tidak lagi cengeng dan sudah mau bergaul dengan teman – temanya.dari
contoh di atas dapat dipahami bahwa perubahan yang timbul akibat belajar adalah
bersifat positif, karena tujuan yang ingin dicapai dalam belajar adalah
bersifat positif. Meskipun ada hasil – hasil yang negatif disebabka oleh hal
hal tertentu.
3) Dengan belajar dapat mengubah
keterampilan, misalnya olah raga, kesenian, jasa, teknik, pertanian,perikanan,
pelayaran dansebagainya. Seorang termpil main bulu tangkis, bola, tinju, maupun
cabang olah raga lainnya adalah berkat belajar dan latiha yang sungguh
–sungguh.
Dari uraian di atas dapat diketahui
belajar adalah kegiatan manusia yang sangat penting dan harus dilakukan selama
hidup, karena melalui belajar dapat melakukan perbaikan dalam berbagai hal yang
menyangkut kepentingan hidup. Dengan kata lain, melalui belajar dapat memperbaiki
nasib, mencapai cita – cita yang didambakan.karena itu tidak boleh lalai,
jangan malas dan membuang waktu secara percuma, tetapi memanfaatkan denga
seefektif mungkin, agar tidak timbul penyesalan dikemudian hari.
Teori-Teori belajar dalam psikologi
Dengan berkembangnya psikologi dalam
pendidikan, maka bersamaan dengan itu bermuncullah pula berbagai teori dalam
belajar. Di dalam masa perkembangan psikologi ini muncullah secara beruntun
beberapa aliran psikologi pendidikan, masing-masing yaitu:
1. Psikologi behavioristik
2. Psikologi kognitif
3. Psikologi humanistik
4. Psikologi sibernetik
Keempat aliran psikologi pendidikan
di atas tumbuh dan berkembang secara beruntun dari periode ke periode
berikutnya. Dalam setiap periode perkembangan aliran psikologi tersebut
bermunculan teori- teori tentang belajar, yaitu:
1. Teori teori belajar dari
psikologi behavioristik
2. Teori teori belajar dari
psikologi kognitif
3. Teori teori belajar dari
psikologi humanistik
4. Teori teori belajar dari
psikologi sibernetik
Adapun uraian masing masing kelompok
teori belajar tersebut adalah sebagai berikut:
1. Teori teori belajar psikologi
behavioristik
Teori belajar behavioristik di
kemukakan oleh para psikolog behavioristik. Mereka ini sering disebut
”Contemporary behaviorist” atau juga disebut ”S-R psychologists”. Mereka
berpendapat, bahwa tingkah laku manusia itu di kendalikan oleh ganjaran
(reward) atau penguatan (reinforcement) dari lingkungan. Dengan demikian dalam
tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi reaksi behavioral
dengan stimulasinya.
Guru guru yang menganut pandanagan
ini berpendapat bahwa tingkah laku murid murid merupakan reaksi reaksi terhadap
lingkungan mereka pada masa lalu dan masa sekarang dan Bahwa segenap tingkah
laku merupakan hasil belajar. Kita dapat menganalisis kejadian tingkah laku
dengan jalan mempelajari latar belakang penguatan terhadap tingkah laku
tersebut.
Teori ini juga di sebut dengan aliran tingkah laku. Pandangan tentang
belajar menurut aliran tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara
stimulus dan respon.[5]atau dengan kata lain,belajar adalah perubahan yang di
alami siswa dalam hal kemampuanya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru
sebagai interaksi antara stimulus dan respon.
Teori teori yang Mengawali Perkembangan Psikologi Behavioristik
Psikologi aliran behavioristik mulai
berkembang sejak lahirnya teori teori
tentang belajar yang di pelopori oleh
Thorndike, Pavlov, Watson, dan Guthrie. Mereka masing-masing telah mengadakan
penelitian yang menghasilkan penemuan penemuan yang berharga mengenai hal
belajar.
Pada mulanya, pendidikan dan pengajaran
di Amerika Serikat di dominasi oleh pengaruh Thorndike (1874 – 1949). Teori
belajar Thorndike ”connectionism” karna belajar merupakan proses pembentukan
koneksi koneksi antara stimulus dan respon. Berdasarkan eksperimen yang ia
lakukan pada tahun 1990-an, eksperimen Thorndike ini menggunakan hewan-hewan
terutama kucing untuk mengetahui fenomena belajar.
Seekor kucing yang lapar di tempatkan
dalam sangkar berbentuk kotak berjeruji yang di lengkapi dengan peralatan
seperti tali dan lain sebagainya. Peralatan tersebut di tata sedemikian rupa
sehingga memungkinkan kucing tersebut memperoleh makanan yang tersedia di depan
sangkar tadi.
Keadaan bagian dalam sangkar yang di
sebut puzzle box(peti teka teki)itu merupakan stimulus yang merangssang kucing
untuk bereaksi melepaskan diri dan memperoleh makanan yang ada di muka pintu.
Mula-mula kucing tersebut mengeong,
mencakar dan melompat namun gagal membuka pintu untuk memperoleh makanan yang
ada didepanya.akhirnya entah bagaimana, secara kebetulan kucing itu berhasil
menekan pengukit dan terbukalah pintu sangkar tersebut. Eksperimen puzzle box
ini terkenal dengan nama instrumental conditioning,artinya tingkah laku yang di
pelajari berfungsi sebagai instrumental (penolong) untuk mencapai hasil atau
ganjaran yang di kehendaki.
Bedasarkan eksperimen di
atas,thorndike berkesimpulan bahwa belajar adalah hubungan antara stimulus dan
respon,itulah sebabnya teori behavioristik juga di sebut ”S-R psychology of
learning”. Di samping itu, teori ini juga terkenal dengan sebutan ”trial and
Error-learning”.hal ini menunjuk pada panjangnya waktu atau banyaknya jumlah
kekeliruan dalam mencapai suatu tujuan. Sehubungan dengan eksperimen thorndike
tadi,hampir dapat di pastikan bahwa motivasi (seperti rasa belajar)merupakan
hal yang sangat vital dalam belajar.
Dari penelitiannya, thorndike
menemukan hukum-hukum:
1. ü ”law of readiness (hukum kesiapsiagaan)”:pada
prinsipnya hanya merupakan asumsi bahwa kepuasan organisme itu berasal dari
pendayagunaan conduction unit(satuan perantara).unit unit ini menimbulkan
kecendrungan yang mendorong organisme untuk berbuat sesuatu.jelas,hukum ini
semata-mata bersikap spekulatif dan hanya bersifat historis.
2. ü ”law of exercise(hukum latihan)”:generalisasi
artinya perilaku(perubahan hasil belajar) sering dilatih atau di gunakan maka eksistensi perilaku tersebut
akan semakin kuat(law of use),begitupun sebaliknya.
3. ü ”law of effect”:bila mana trerjadi hubungan
antara stimulus dan respon dan di barengi dengan ”state of affair” yang
memuaskan maka hubungan itu menjadi lebih kuat dan begitu pula sebaliknya.[6]
Teori belajar hasil eksperimen
thorndike di atas secara prinsial bersifat behavioristik artinya lebih
menekankan timbulnya perilaku jasmani yang nyata dan dapat di ukur.jika kita
renungkan dan bandingkan dengan teori juga temuan riset psikologi kognitif,
karakteristik belajar dalm teori behavioristik yang telanjur di yakini sebagian
besar ahli pendidikan itu,sesungguhnya mengandung banyak kelemahan, di
antaranya:
a. Proses belajar itu dapat di amati secara
langsng padahal adalah proses kegiatan mental yang tidak dapat di saksikan dari luar kecuali sebagian gejalanya
b. Proses belajar iti bersifat
otomatis-mekanis sehingga terkesan seperti gerakan mesin dan robot.padahal
setiap siswa memilikikemampuan mengarahkan dan mengendalikan diri yang bersifat
kognitif
c. Proses belajar manusia yang di analogikan
dengan perilaku hewan itu sangat suliy di teima,mengingat mencoloknya perbedaan
karakter fisik dan psikis antara manusia dan hewan.
2. Teori-Teori Belajar dalam Psikologi
Kognitif
Dalam teori belajar ini
berpendapat,tingkah laku seseorang tidak hanya di kontrol oleh ”reward” dan
reinforcement”.mereka ini adalah para ahli jiwa aliran kognitifis. Menurut
pendapat mereka,tingkah laku seseorang senantiasa di dasarkan pada
kognisi,yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi di mana tingkah laku
itu terjadi. Dalam situasi belajar,seseorang terlibat langsung dalam situasi
itu dan memperoleh ”insight” untuk pemecahan masalah. Jadi kaum kognitif
berpandangan,bahwa tingkah laku seseorang lebih bergantung kepada insigh
terhadap hubungan hubungan yang ada di dalam suatu situasi.
ü
Awal pertumbuhan teori teori belajar psikologi kognitif
Psikologi kognitif mulai berkembang
dengan lahirnya teori belajar ”gestalt”.pelatak dari psikologi gestalt adalah
Mex Werteimer(1886-1943)yang meneliti tentang pengamatan dan problem solving.
Suatu konsep yang terpenting dalam psokologi gestalt adalah tentang
”insight”,yaitu pengamatan atau pemahaman mendadaka terhadap hubungan hubungan
antar bagian bagian di dalam suatu situasi permasalahan. Insigh itu sering di
hubungkan dengan pernyataan spontan ”aha” atau ”oh, I see now”.
Menurut pandangan gestaltis,semua
kegiatan belajar (baik pada simpase maupun pada manusia)menggunakan insigh atau
pemahaman terhadap hubungan hubungan terutama hubungan antara bagian dan
keseluruhan . menurut psikologi gistalt,tingkah kejelasan atau keberartian dari
pada yang di amati dalam situasi belajar adalah
lebih meningkatkan belajar seseorang dari pada dengan hukuman atau
ganjaran.
ü
Teori belajar ”cognitive- field” dari lewin
Bertolak dari penemuan gestalt
psychology,Kurt Lewin(1892-1947) mengembangkan suatu teori belajar ”cognitive-
field” dengan menaruh perhatiankepada kepribadian dan psikologi sosial.
Lewin berpendapat bahwa tingkah
laku merupakan hasil interaksi antar kekuatan kekuatan,baik yang dari dalam
diri individu seperti tujuan,kebutuhan, tekanan kejiwaan maupun dari luar diri
individu seperti tantangan maupun permasalahan. Menurut Lewin, belajar
berlangsung sebagai akibat dari perubahan dalam struktur kognitifitu adalah
hasil dari dua macam kekuatan satu dari struktur medan kognisi itu sendiri,yang
lainya dari kebuthan dan motivasi internal individu.Lewin memberikan peranan
yanglebih penting pada motivasi dari pada reward.
3. Teori Teori Belajar dari Psikologi Humanistis
Perhatian teori humanistik yang
terutama tertuju pada masalah bagaimana tiap tiap individu di pengaruhi dan di
bimbing oleh maksud maksudpribadi yang mereka hubungkan kepada pengalaman
mereka sendiri.menurut para pendidik aliran humanistis penyusunan dan penyajian
materi pelajaran harus sesuai dengan dengan persan dan perhatian siswa.
Tujuan utama para pendidik ialah
membantu si siswa mengembangkan dirinya,yaitu membantu masing masing individu
untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantunya
dalam mewujudkanpotensi potensi yang ada pada diri meraka.
Bagi penganut teori ini,proses
belajar harus berhulu dan bermuara pada manusia itu sendiri. Dari keempat teori
belajar,teori humanistik inilah yang paling abstrak, yang paling mendekati
dunia filsafat dari pada dunia pendidikan.
Meskipun teoriinisangat menekankan
pentingnya ”isi”dari proses belajar, dalam kenyataan teori ini lebih banyak
berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya yang paling
ideal. Dengan kata lain, teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam
bentuknya yang paling ideal dari pada
belajar seperti apa adanya, seperti apa yang biasa kita amati dalam dunia
keseharian. Wajar jika teori ini sanagat bersifat eklektik. Teori apapun dapat
di manfaatkan asal tujuan untuk
”memanusiakan manusia”(mencapai aktualisasi diri dan sebagainya itu)
dapat tercapai.
ü
Awal timbulnya psikologi humanistis
Pada akhir tahun 1940-an muncullah
suatu perspektif psikologi baru. Orang orang yang terlibatdalam penerapan
psikologilah yang berjasa dalam perkembangan ini,misalnya ahli ahli psikologi
klinik,pekerja pekerja sosial dan konselor bukan merupakan hasil penelitian
dalam bidang proses belajar. Gerakan ini berkembang dan kemudian di kenal
sebagai psikologi humanistik.psikologi ini berusaha untuk memahami perilaku
seseorang dari sudut si perilaku (behaver) bukan dari pengamat.
Dalam dunia pendidikan aliran
humanistis muncul pada tahun 1960 – 1970-an dan mungkin perubahan – perubahan
dan inovasi yang terjadi selama dua dekade yang terakhir pada abad ke-20 ini
pun juga akan menuju pada arah ini. (Jhon Jarolimak dan Clifford D. Foster
1976, halaman 330).
ü
Pandangan tokoh – tokoh hunanistis
Dari segi isi pelajaran yang harus
ada dalam sebuah pembelajaran matri yang dipelajari oleh sisiwa harus mencakup
tiga ranah atau kawasan materi. Sebagaimana Bloom dan Krathwohl mengatakan
bahwa meteri pembelajaran meliputi aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif.
Sedangkan dari segi tahapan belajar yang harus dilalui oleh siswa terbagi
menjadi empat tahapan. Hal ini diutarakan oleh Kolb. Menurutnya, tahapan
belajar siswa meliputi tahap pengalaman kongkret, pengamatan aktif dan
reflektif, konseptualisasi, dan eksperimentasi aktif. Dan hal yang paling
penting dari teori humanistis adalah bahwa penyusunan dan penyajian materi
pelajaran harus sesuai dengan perasaan dan perhatian siswa.
4. Teori Teori Belajar dari Psikologi Sibernetik
Teori ini beanggapan bahwa tidak ada
satupun teori yang ideal untuk segala situasi dan cocok untuk karekter setiap
siswa. Oleh karena itu titik tekan dari teori ini adalah bagaimana memahami
ciri – ciri dari karakter sistem informasi (bahan atau masalah yang akan dipelajari).tujuan
dari pemahaman terhadap ciri – ciri informasi ini adalah agar proses belajar
sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Bagaimanapun proses juga merupakan
hal yang penting dalam teori sibenetik.
Penekanan pada sistem informasi ini
didasarkan pada cara berfikir siswa pada umumnya. Menurut Landa cara berfikir
siswa ada dua macam. Yaitu algoritmik, yaitu proses berfikir linier, konvergen,
lurus menuju pada satu target tertentu. Dan cara berfikir heuristik, yakni cara
berfikir divergen, menuju kebeberapa target sekaligus. Tokoh lain juga berkata
demikian, akan tetapi ada perbedaan pada cara berfikir yang kedua. Jika menurut
Landa berfikir secara heuristik maka menurut Pask dan Scott adalah berfikir
secara Wholist atau menyelurut. Maksudnya ialah berfikir yang cenderung
melompat kedepan, langsung ke gambaran lengkap sebuah sistem informasi. Sebagai
contoh ibarat melihat lukisan, bukan detail – detail dari lukisan tersebut yang
kita amati, akan tetapi langsung secara keseluruhan lukisan tersebut, baru
kemudian pada bagian – bagian kecilnya.
Pendekatan yang berorientasi pada
sistem informasi menekankan beberapa hal seperti ingatan jangka pendek (short
term memory) ingatan jangka panjang (long term memory), dan sebagainya yang
berhubungan dengan apa yang terjadi dalam otak kita dalam proses pengolahan
informasi. Selain harus memahami sistem informasi juga harus memahami
lingkungan yang memengaruhi mekanisme pembelajaran.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pembahasan tentang teori belajar yang
telah dipaparkan di depan, memberikan pandangan untuk dapat memberikan
kesimpulan tentang poin – poin yang telah dibahas. Antara lain belajar sebagai
kegiatan siswa jika dipandang dari teori-teori tersebut adalah perubahan
tingkah laku (behavioristik), dan juga sebagai sebuah proses yang didasari oleh
kesadaran akan perlunya peroses tersebut.
Keempat teori belajar yang telah
dijelaskan di depan memiliki pandangan tersendiri terhadap makna belajar.
Yakni, behavioristik mengatakan belajar adalah interaksi stimulus dan respon
(S+R), kognitif adalah insigh atau pemahaman hubungan antar situasi, yang
dimunculkan oleh medan kognisi (fikiran), humanistik berpendapat bahwa belajar
adalah usaha untuk memanusiakan manusia atau, sedangkan sibernetik adalah
pengolahan informasi.
Dari keempat teori tersebut,
bihavioristik adalah teori yang menitik beratkan tujuan dari belajar, ketiga
teori yang menitik beratkan pada proses dari belajar itu sendiri. Dapat diambil
kesimpulan dari keempat teori tersebut jika digabungkan maka sesuai dengan apa
yanng sampaikan oleh UNISCO bahwa untuk meningkatkan atau memajukan manusia
harus dengan sistem pendidikan yang mengacu pada learning To Do(behavior) , To
Know (kognitif), To Be (humanis), dan To Life Together (sibernetis).
DAFTAR PUSTAKA
Drs.Dalyono,M.2009.Psikologi
pendidikan. Rineka Cipta:jakarta
Dr. Hamzah B. Uno,M.pd.2008.orientasi
baru dalam psikologi pembelajaran. PT bumi Aksara: jakarta
Drs. Soemanto Wasty,M.pd, 2006
psikologi pendidikan. Rajawali Pers: Jakarta
Drs. Mudzakkir,Ahmad. 2004. Psikologi
pendidikan,Jakarta
[1] Drs.Ahmad mudzakkir,Psikologi
pendidikan,(Jakarta:2004)hlm.31.
[2] Drs.Muhibbin Syah.
M.Ed,op.cit.,hlm.95
[3] Drs.Ahmad mudzakkir,Psikologi
pendidikan,(Jakarta:2004)hlm.36
[4] Drs.Wasty soemanto,M.pd.psikologi
pendidikan (Jakarta:2006).hlm.123
[5] Ibid., hlm.42.
[6] Dalyono M.psikologi pendidikan
(Jakarta:2009).hlm.
[7] B. Uno hamzah.Orientasi baru
dalam psikologi pembelajaran.(jakarta:2008).hlm.
Diposkan oleh Ririt Tri Hidayati di 03.52
Tidak ada komentar:
Posting Komentar