BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Penelitian Pendidikan
Penelitian pendidikan merupakan
suatu kegiatan yang diarahkan kepada pengembangan pengetahuan ilmiah tentang
kejadian-kejadian yang menarik perhatian pendidikan (Travers dalam Margono,
1997: 18).Tujuannya ialah menemukan prinsip-prinsip umum, atau penafsiran
tingkah laku yang dapat dipakai untuk menerangkan, meramalkan, dan
mengendalikan kejadian-kejadian dalam lingkungan pendidikan.
Menurut Arifin (2012: 4), penelitian
pendidikan merupakan penelitian yang memiliki karakteristik sebagai berikut,
yakni: dapat memecahkan masalah-masalah praktis pendidikan, memiliki tujuan dan
manfaat yang jelas serta tepat sasaran, dilakukan dengan sengaja, hati-hati,
cermat, dan teliti, dapat diuji kebenarannya, dapat diulang oleh peneliti lain,
memiliki ketepatan dan keyakinan jika dihubungkan dengan populasi dan sampel,
objektif, dan rasional, berlaku secara umum, efisien, konsisten, baik antara
perencanaan, maupun antara hasil penelitian dan tujuan penelitian, koheren
antara satu bagian dengan bagian yang lainnya.
Menurut Furchan (2007:32),
penelitian pendidikan adalah cara yang digunakan orang untuk mendapatkan
informasi yang berguna dan dapat dipertanggungjawabkan mengenai proses
pendidikan yang menggunakan metode penyelidikan yang sesuai dengan prosedur
dasar dan konsepsi ilmu yang berlaku.
Sedangkan menurut Asmani (2011:
141), penelitian pendidikan adalah suatu proses atau kegiatan yang dilakukan
secara sistematis, logis, dan terencana untuk mengumpulkan, mengolah,
menganalisis, dan menyimpulkan data dengan menggunakan metode tertentu untuk
mencari jawaban atas permasalahan yang timbul dalam bidang pendidikan.
B. Tujuan
Penelitian Pendidikan
1. Memperoleh informasi baru
Dalam mengumpulkan data, harus
dilakukan secara obyektif.Pencarian dan pengumpulan informasi atau data,
peneliti dapat menggunakan data skunder.Jika informasi atau data dapat
dikumpulkan oleh peneliti berdasarkan fakta-fakta, maka data tersebut sebagai
data baru bagi peneliti.
2. Mengembangkan dan menjelaskan
Mengembangkan perubahan dan kemajuan
yang dicapai oleh individu, kelompok ataupun organisasi dalam kurun waktu
tertentu. Selanjutnya peneliti berupaya mengkaji teori-teori yang didukung
fakta-fakta yang ada, sehingga peneliti akan sampai pada pemberian pernyataan
sementara yang sering disebut sebagai hipotesis penelitian.
3. Menerangkan, memprediksi, dan mengontrol suatu
ubahan
Variabel atau ubahan adalah simbol
yang digunakan untuk mentransfer gejala ke dalam data penelitian.Biasanya
variabel muncul pada tingkat intensitas yang berbeda sehingga variabel itu
adalah variabel lebel. Ada beberapa variabel yang biasa digunakan dalam suatu
penelitian, yaitu: variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas (independent
variable) adalah variabel yang memberi pengaruh atau diuji pengaruhnya
terhadap variabel lain, disebut juga variabel perlakuan, variabel eksperimen
atau variabel intervensi.
Variabel terikat (dependent
variable) adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas, disebut
juga variabel hasil, variabel pos tes atau variabel kriteria.Selain dua
variabel di atas, dalam suatu penelitian biasa dijumpai Variabel ekstranus (extraneous
variabel) dan variabel penyela (intervening variable). Variabel
ekstranus adalah variabel-variabel yang apabila tidak dikontrol akan
berpengaruh terhadap variabel terikat. Sedangkan variabel penyela adalah
variabel yang kemungkinan besar berpengaruh terhadap hubungan antara variabel
bebas dan variabel terikat tetapi sulit untuk dikontrol.
C.
Fungsi Penelitian Pendidikan
1.
Fungsi penelitian berdasarkan jenis
penelitian.
a.
Penelitian Dasar (Basic Research)/ Penelitian Murni/Penelitian
Pokok
Tujuan
penelitian dasar adalah:
(1). Menambah pengetahuan
prinsip-prinsip dasar dan hukum-hukum ilmiah
(2). Meningkatkan pencarian dan
metodologi ilmiah (Nana Syaodih, 2005)
Dalam bidang pengetahuan sosial,
termasuk hasil penelitian bidang pendidikan, ada dua kemungkinan terjadi,
(1).dapat memperkuat, mengubah, atau menolak hasil temuan dari paradigma lama.
(2). Hasil penelitian yang baru menghasilkan suatu yang memperkuat, membedakan,
atau bertentangan dengan hasil penelitian yang lama. Syaodih (2005) menjelaskan
bahwa penelitian dasar diarahkan untuk mengetahui, menjelaskan dan memprediksi
fenomena-fenomena alam dan sosial.Teori bisa didukung atau tidak didukung oleh
pengalaman.Teori yang didukung oleh kenyataan-kenyataan empiris disebut hukum
ilmiah (scientific law).
Pengetahuan baru secara tidak
langsung akan mempengaruhi pemikiran dan persepsi orang yang akibatnya bisa
mempengaruhi atau tidak mempengaruhi perbuatan orang tersebut.
b.
Penelitian Terapan
Penelitian terapan (applied
research) berkenaan dengan kenyataan praktis, penerapan dan pengembangan
pengetahuan yang dihasilkan oleh penelitian dasar dalam kehidupan
nyata.Implikasi dari penelitian terapan dinyatakan dalam rumusan yang bersifat
umum.Penelitian terapan bersifat abstrak dan umum dalam bidang tertentu, bukan
pengetahuan yang bersifat universal.Dampak dari penelitian terapan terasa
setelah periode waktu tertentu.Penelitian terapan mendorong penelitian lebih
lanjut, menyarankan teori dan praktek baru serta mendorong pengembangan
metodologi.
c.
Penelitian Evaluatif
Penelitian evaluatif (evaluation
research) difokuskan pada suatu kegiatan berbentuk program, proses, ataupun
hasil kerja, sedangkan unit dapat berupa tempat, organisasi, ataupun
lembaga.Penelitian ini dapat menilai manfaat atau kegunaan, sumbangan dan
kelayakan dari sesuatu kegiatan dalam satu unit.Ada dua macam penelitian
evaluatif yaitu penelitian tindakan (action research) dan penelitian
kebijakan (policy research).Penelitian tindakan dilakukan oleh para
pelaksana untuk memecahkan masalah yang dihadapi atau memperbaiki suatu
pelaksanaan suatu kegiatan. Penelitian tindakan menekankan baik pada proses
maupun hasil dari perubahan-perubahan strategi dan teknik yang digunakan.
Perbedaan
antara Penelitian Dasar, Terapan dan Evaluatif
Penelitian Dasar
|
Penelitian Terapan
|
Penelitian Evaluatif
|
||||
Bidang Penelitian
|
1. Penelitian bidang fisik,
perilaku dan social
|
1. Bidang aplikasi: kedokteran,
rekayasa, pendidikan
|
1.Pelaksanaan
berbagai program atau kegiatan
berbagai tempat
|
|||
Tujuan
|
1. Menguji teori, dalil, prinsip
dasar
|
1. Menguji keguna-an teori dalam
bidang tertentu
|
1.Menilai
Keberhasilan kegiatan secara
spesifik
|
|||
2.Menentukan
hubungan empiris
antar fenomena dan
mengadakan generalisasi analitis
|
2.Menentukan
hubungan empiris
dan generalisasi analitis dalam
bidang tertentu
|
2. Menilai manfaat
kegiatan secara
spesifik
|
||||
Tingkat Generalisasi
|
1. Abstrak, umum
|
1. Umum tetapi dalam
bidang tertentu
|
1.Konkrit, spesifik
dalam aspek
tertentu.
|
|||
2.Diterapkan dalam
praktik aspek
tertentu
|
||||||
Penggunaan Hasil
|
1.Menambahpengetahuan ilmiah dari
prinsip-prinsip dasar dan hukum tertentu.
|
1. Menambah pengetahuan
yang didasarkan
penelitian dalam bidang tertentu.
|
1. Menambah pengetahuan
Yang didasarkan penelitian secara
spesifik
|
|||
2.Meningkatkan
metodologi dan
cara-cara pencarian
|
2. Meningkatkan
penelitian dan
metodologi dalam
bidang tertentu
|
2. Meningkatkan
penelitian dan
metodologi secara
spesifik
|
||||
3.Membantu dalam
pembuatan
keputusan bidang
tertentu
|
||||||
Sumber:
Reseach in Education (McMillan dan Schumacher, 2001:18
2.
Fungsi penelitian berdasarkan tujuan
a.
Penelitian Deskriptif
Penelitian deskriptif (descriptive
research) ditujukan untuk mendeskripsikan suatukeadaan atau
fenomena..Penelitian deskriptif, bisa mendeskripsikan suatu keadaan saja,
tetapi bisa juga mendeskripsikan keadaan dalam tahapan-tahapan perkembangannya,
disebut penelitian perkembangan (developmental studies).Dalam penelitian
perkembangan ada yang bersifat longitudinal atau sepanjang waktu, dan
ada yang bersifat cross sectional atau dalam potongan waktu.Penelitian
longitudinal menunjuk pada penelitian-penelitian individu atau satuan lain,
dimana pengukuran unit yang sama diulang diberbagai waktu sepanjang jalannya
penelitian. Sedangkan penelitian cross sectional, misalnya kemampuan
berbahasa pada masa atau tahapan perkembangan seseorang berdasarkan usia
kronologis: bayi, anak kecil, anak sekolah, remaja dilakukan secara bersamaan.
b.
Penelitian Prediktif
Penelitian prediktif (predictive
research), untuk memprediksi atau memperkirakan apa yang akan terjadi pada
saat yang akan datang. Dengan melihat perkembangan selama jangka waktu
tertentu, pada saat ini atau saat yang lalu dapat dilihat kecenderungannya pada
masa yang akan datang.
c.
Penelitian Improftif
Penelitian improftif (improvetive
research) ditujukan untuk memperbaiki, meningkatkan atau menyempurnakan
suatu keadaan, kegiatan atau pelaksanaan suatu program.Untuk memperbaiki dan
menyempurnakan pelaksana program atau kegiatan digunakan penelitian tindakan
atau action research, sedang untuk memperbaiki, meningkatkan atau
menghasilkan program yang standar atau model digunakan penelitian dan
pengembangan atau research anddevelopment.
d.
Penelitian Eksplanatif
Penelitian eksplanatif (explanative
research) ditujukan untuk memberikan penjelasan tentang hubungan antar
fenomena atau variabel.Menjelaskan melalui teori yang didukung fakta-fakta yang
menunjang yang ada, sampai pada pemberian pernyataan sementara yang disebut
sebagai hipotesis penelitian.
D.
Paradigma Penelitian Pendidikan
Penelitian merupakan upaya untuk mengembangkan pengetahuan,
mengembangkan dan menguji teori.McMilan
dan Schumacher Mengutip pendapat Walberg (1986), ada lima langkah
pengembangan pengetahuan melalui penelitian, yaitu (1) mengindetifikasi masalah
penelitian, (2) melakukan studi empiris, (3) melakukan replikasi atau
pengulangan, (4) menyatukan (sintesis) dan mereviu, (5) menggunakan dan mengevaluasi
oleh pelaksanaan.
Paradigma
penelitian merupakan kerangka berpikir yang menjelaskan bagaimana cara pandang
peneliti terhadap fakta kehidupan sosial dan perlakuan peneliti terhadap ilmu
atau teori. Paradigma penelitian juga menjelaskan bagaimana peneliti memahami
suatu masalah, serta kriteria pengujian sebagai landasan untuk menjawab masalah
penelitian.
Paradigma penelitian diabdikan untuk menjawab masalah dan menjelaskan
pencapaian tujuan penelitian sesuai dengan karakteristik data yang akan
dikumpulkan, dan bukan sebaliknya. Oleh karena itu, pemahaman peneliti mengenai
masalah penelitian apa yang akan dipecahkan melalui penelitian, tujuan apa yang
akan dicapai, dan bagaimana karakteristik data yang akan dikumpulkan sangat
penting sebelum menetapkan paradigma tertentu yang akan dipilih. Ibaratnya,
paradigma penelitian merupakan alat potong atau pisau bedah yang akan digunakan
peneliti untuk membedah “hutan masalah” penelitian. Itu berarti,
jenis dan karakteristik “hutan masalah” akan mengarahkan peneliti dalam memilih
alat potong atau pisau bedah tertentu.
Dalam referensi penelitian, istilah yang digunakan itu
menyebut paradigma beragam, ada yang menggunakan paradigma, tipe, atau desain.
Belum lagi dikacaukan dengan metodologi dan metode. Paradigma (paradigm)
bersifat perspektif atau berisi pandangan-pandangan penelitian sejalan dengan
paradigma yang dipilih.
1.
Karakteristik
Penelitian Pendidikan
Dapat dikemukakan beberapa
karateristik dari penelitian, khususnya pendidikan yaitu :
a. Objektivitas
Objektivitas dicapai melalui keterbukaan, terhindar dari
bias dan subjektivitas. Dalam prosedurnya, penelitian menggunakan teknik
pengumpulan dan analisis data yang memungkinkan dibuat interprestasi yang
dapat dipertanggungjawabkan.
Objektivitas juga menunjukkan kualitas data yang
dihasilkan
dari prosedur yang digunakan yang dikontrol dari bias dan subjektivitas.
b. Ketepatan
Penelitian juga harus memiliki tingkat ketepatan (precision), secara teknis instrument
pengumpulan datanya harus memiliki validitas dan reliabilitas yang
memadai, desain penelitian, pengambilan dampel dan teknik anasisnya tepat.
c. Verifikasi
Penelitian
dapat diverifikasi , dalam arti dikonfirmasikan, direvisi dan di ulang dengan
cara yang sama atau berbeda. Verifikasi juga bermakna memberikan sumbangan
kepada ilmu atau studi lain.
d. Penjelasan
Ringkas
Penelitian mencoba memberikan penjelasan tentang hubungan
antar fenomena danmenyederhanakannya menjadi penjelasan yang ringkas. Tujuan
akhir dari suatu penelitian adalah mereduksi realita yang kompleks ke
dalam penjelasan yang singkat.
e. Empiris
Secara umum empiris berarti berdasarkan pengalaman praktis.
Dalam penelitianempiris kesimpulan didasarkan atas kenyataan-kenyataan
yang diperoleh dengan menggunkan metode penelitian yang sistematik, bukan
berdasarkan pendapat atau kekuasaan.
f. Penalaran
Logis
Semua kegiatan penelitian menuntut penalaran logis.
Penalaran merupakan proses berpikir, menggunakan prinsip-prinsip logika
deduktif atau deduktif.
g. Kesimpulan
Kondisional
Kesimpulan
hasil penelitian tidak bersifat absolute. Penelitian perilaku, dan juga ilmu
kealaman, tidak menghasilkan kepastian, sekalipun kepastian relative.
2.
Langkah
–langkah Penelitian
Penelitian merupakan suatu proses yang terdiri atas beberapa
langkah. Langkah ini bukan suatu yang sekuensial atau langkah-langkah yang
harus diikuti secara kaku.Proses
penelitian adalah sesuatu kegiatan interaktif antara penelitian dengan
logika, masalah, desain dan interprestasi. Adapun langkah-langkah penelitian
yaitu
1. Mengidentifikasi
masalah
Kegiatan penelitian dimulai dengan mengidentifikasi isu-isu
dan masalah-masalah penting (esensial), hangat (actual), dan mendesak
(krusail) yang dihadapi saat ini, dan yang paling banyak arti
atau kegunaannya bila isu atau masalah tersebut diteliti.
2. Merumuskan
dan membatasi masalah
Perumusan masalah merupakan perumusan dan pemetaan
factor-faktor, atau variable-variabel yang terkait dengan focus masalah.
3. Melakukan
studi keperpustakaan
Studi
keperpustakaan merupakan kegiatan untuk mengkaji teori-teori yang mendasari
penelitian, baik teori yang berkenanan dengan bidang ilmu yang diteliti
maupun metodologi.
4. Merumuskan
hipotesis atau pertanyaan penelitian
Rumusan hipotesis dibuat apabila penelitiannya menggunakan
pendekatan kuantitatif dengan pengolahan data statistic inferensial.
5. Menentukan
desain dan metode penelitian
Desain penelitian berisi rumusan tentang langkah-langkah
penelitian, dengan menggunakan pendekatan, metode penelitian, teknik
pengumpulan data, dan sumber data tertentu serta alasan-alasan mengapa
menggunakan metode tersebut.
6. Menyusun
instrument dan mengumpulkan data
Dalam pelaksanaan pengumpulan data, selain objektivitas dan
keakuratan data yang diperoleh, segi-segi legal dan etis dalam proses
pelaksanaannya perlu mendapatkan perhatian.
7. Menganalisis
data dan menyajikan hasil
Analisis data menjelaskan teknik dan langkah-langkah yang
ditempuh dalam mengolah atau menganalisis data.
8. Menginterpretasikan
temuan, membuat kesimpulan dan Rekomendasi.
Interprestasi dibuat dengan melihat makna hubungan anatara
temuan yang satu dengan yang lainnya, antara temukan dengan konteks tau
hal-hal yang melatarbelakanginya, dengan teori yang mendukungnnya ataupun
dengan kemungkinan penerapannya.
Kesimpulan merupakan penarikan generalisasi dari hasil
interpresrasi temuan penelitian.
Rekomendasi merupakan hal-hal yang sebaiknya dilakukan oleh
pihak-pihak terkait dalam memanfaatkan hasil-hasil penelitian.
3.
Jenis –
Jenis penelitian
a.
Berdasarkan
Pendekatan :
1. Penelitian
Kuantitatif
Paradigma penelitian kualitatif adalah paradigma
penelitian yang berisi pandangan-pandangan atau keyakinan bahwa fokus
penelitian adalah kualitas (hakikat dan esensi), akar filsafat yang dianut di
antaranya adalah fenomenologi dan interaksi simbolik, aktivitas utamanya adalah
kerja lapangan, etnografis, grounded, tujuannya adalah pemahaman,
deskripsi, temuan, dan pemunculan hipotesis, desain yang digunakan bersifat
lentur, fleksibel, berevolusi, dinamis, latar penelitiannya alamiah, sumber
data yang dijadikan sasaran kecil, tidak acak, pengumpulan data dengan
memanfaatkan peneliti sebagai instrumen utama, modus analisis induktif, dan
temuannya komprehensif dan holistik serta mementingkan transferabilitas
(Alwasilah, 2002).
Paradigma penelitian selalu dihubungkan dengan
penelitian kuantitatif yang didasarkan pada postpositivisme. Penelitian
kuantitatif mencakup penelitian survai, deskriptif causal comparative,
retrospektif (ex-post facto), pre-experimental, quasi-experimental, true
experimental, korelasional, dan eksperimen kompleks dengan banyak variabel dan
perlakuan (seperti desain faktorial dan desain pengukuran berulang).
Paradigma kuantitatif menekankan pada pengujian teori melalui pengukuran
variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur
statistik. Penelitian yang menggunakan pendekatan deduktif yang bertujuan untuk
menguji hipotesis merupakan penelitian yang menggunakan paradigma kuantitatif.
Paradigma ini disebut juga dengan paradigma tradisional (traditional),
positivis (positivist), eksperimental (experimental), atau
empiris (empiricist).
Paradigma penelitian kuantitatif dipilih bila penelitian
bertujuan menjelaskan berapa banyak suatu fenomena, bagaimana hubungan
antaraspek, datanya bersifat numerikal, dapat diukur, ”bebas” konteks, dan
untuk menguji teori.
Ciri Paradigma penelitian kuantitatif :
a. Paradigma
tradisional, positivis, eksperimental, empiris.
b. Menekankan pada
pengujian teori-teori melalui pengukuran variabel penelitian dengan angka dan
melakukan analisis data dengan prosedur statistik.
c. Realitas
bersifat obyektif dan berdimensi tunggal.
d. Peneliti
independen terhadap fakta yang diteliti.
e. Bebas nilai dan
tidak bias.
f. Pendekatan
deduktif.
g. Pengujian teori
dan analisis kuantitatif.
2. Penelitian
Kualitatif
Paradigma penelitian kuantitatif adalah
paradigma penelitian yang mempunyai keyakinan bahwa fokus penelitian merujuk
kepada kuantitas (berapa banyak) dengan menggunakan landasan filsafat
positivisme dan empirisme. Kegiatan penelitian ini di antaranya dilakukan melalui
eksperimen dengan menggunakan analisis statistik. Tujuan penelitian diarahkan
kepada deskripsi, prediksi, kontrol, dan pebuktian hipotesis. Desain ditentukan
lebih awal dan cenderung terstruktur ”sempurna” dengan menggunakan sampel
besar, acak, dan representatif. Pengumpulan data menggunakan tes, skala angka,
survei, kuesener, dan hasilnya dianalisis menggunakan statistik untuk
memperoleh temuan yang persis untuk melakukan generalisasi.
Paradigma penelitian kualitatif dipilih
bila penelitian bertujuan menjelaskan apa dan mengapa suatu fenomena terjadi,
datanya verbal, interpretatif, multirealitas dan multitafsir, bergantung
konteks, dan untuk mengembangkan teori.
Ciri paradigma
penelitian kualitatif :
a. Pendekatan
konstruktifis, naturalistis (interpretatif), atau perspektif postmodern.
b. Menekankan pada
pemahaman mengenai masalah-masalah dalam kehidupan sosial berdasarkan kondisi
realitas.
c. Realitas
bersifat subyektif dan berdimensi banyak.
d. Peneliti
berinteraksi dengan fakta yang diteliti.
e. Tidak bebas
nilai dan bias.
f. Pendekatan
induktif.
g. Penyusunan
teori dengan analisis kualitatif.
b.
Berdasarkan
Fungsi :
1.
Penelitian Dasar
Penelitian dasar yang sering disebut
sebagai basicresearch atau pure research dilakukan untuk
memperluas batas-batas ilmu pengetahuan. Penelitian dasar ini tidak ditujukan
secara langsung untuk mendapatkan pemecahan bagi suatu permasalahan khusus.
Penelitian dasar dilakukan untuk memverifikasi teori yang sudah ada atau
mengetahui lebih jauh tentang sebuah konsep. Hal pertama sekali yang harus
dilakukan dalam penelitian dasar adalah pengujian konsep atau hipotesis awal
dan kemudian pembuatan kajian lebih dalam serta kesimpulan tentang fenomena
yang diamati. (wibisono, 2002: 4-5).
Penelitian dasar dibedakan atas
pendekatan yang digunakan dalam pengembangan teori yaitu:
Ø Penelitian
deduktif, yaitu penelitian yang bertujuan menguji teori pada keadaan tertentu.
Ø Penelitian induktif,yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan (generating)
teori atau hipotesis melalui pengungkapan fakta.
Penelitian dasar lebih
diarahkan untuk mengetahui, menjelaskan,
dan memprediksikan fenomena-fenomena alam dan sosial. Hasil penelitian dasar mungkin belum dapat
dimanfaatkan secara langsung
akan tetapi sangat berguna untuk
kehidupan yang lebih baik. Tujuan penelitian dasar adalah untuk menambah pengetahuan dengan prinsip-prinsip
dasar, hukum-hukum ilmiah, serta untuk
meningkatkan pencarian dan metodologi ilmiah (Sukmadinata, 2005).
Tingkat
generalisasi hasil penelitian dasar bersifat abstrak dan umum serta
berlaku secara universal. Penelitian dasar tidak diarahkan untuk memecahkan
masalah praktis akan tetapi prinsip-prinsip atau teori yang dihasilkannya dapat
mendasari pemecahan masalah praktis. Dengan kata lain, hasil penelitian dasar
dapat mempengaruhi kehidupan praktis.
Contoh penelitian dasar yang terkait erat dengan bidang pendidikan
adalah penelitian dalam bidang psikologi, misalnya penelitian tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi sikap dan perikalu manusia. Hasil penelitian
tersebut sering digunakan sebagai landasan dalam pengembangan sikap untuk
merubah perilaku melalui proses pembelajaran/pendidikan.
2. Penelitian Terapan
Penelitian terapan berbeda dengan
penelitian dasar, penelitian terapan dilakukan untuk menjawab pertanyaan
tentang permasalahan yang khusus atau untuk membuat keputusan tentang suatu
tindakan atau kebijakan khusus. Penggunaan metode ilmiah dalam penelitian
terapan menjamin objektivitas dalam mengumpulkan fakta dan menguji ide kreatif
bagi alternatif strategi bisnis. Penelitian terapan dibedakan atas:
Ø Penelitian dan
pengembangan, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan
produk sehingga produk tersebut mempunyai kualitas yang lebih baik.
Ø Penelitian tindakan, yaitu penelitian yang dilakukan untuk segera digunakan
sebagai dasar tindakan pemecahan masalah.
Penelitian
terapan atau applied research dilakukan
berkenaan dengan kenyataan-kenyataan praktis, penerapan, dan pengembangan ilmu pengetahuan yang dihasilkan oleh
penelitian dasar dalam kehidupan nyata.
Penelitian
terapan berfungsi untuk mencari solusi tentang masalah-masalah tertentu. Tujuan
utama penelitian terapan adalah pemecahan masalah sehingga hasil penelitian
dapat dimanfaatkan untuk kepentingan manusia baik secara individu atau
kelompok maupun untuk keperluan industri atau politikdan
bukan untuk wawasan keilmuan
semata (Sukardi, 2003). Dengan
kata lain penelitian terapan adalah satu
jenis penelitian yang hasilnya
dapat secara langsung diterapkan untuk
memecahkan permasalahan yang dihadapi.
Penelitian
ini menguji manfaat dari teori-teori ilmiah serta mengetahui hubungan empiris
dan analisis dalam bidang-bidang tertentu.
Implikasi dari penelitian terapan dinyatakan dalam rumusan bersifat
umum, bukan rekomendasi berupa tindakan langsung. Setelah sejumlah studi
dipublikasikan dan dibicarakan dalam periode waktu tertentu, pengetahuan
tersebut akan mempengaruhi cara berpikir dan persepsi para praktisi.
Penelitian
terapan lebih difokuskan pada pengetahuan teoretis dan praktis dalam bidang-bidang
tertentu bukan pengetahuan yang bersifat universal misalnya bidang kedokteran,
pendidikan, atau teknologi. Penelitian terapan mendorong penelitian lebih
lanjut, menyarankan teori dan praktek baru serta pengembangan metodologi untuk
kepentingan praktis.
Penelitian
terapan dapat pula diartikan sebagai studi sistematik dengan tujuan
menghasilkan tindakan aplikatif yang dapat dipraktekan bagi pemecahan masalah
tertentu. Hasil penelitian terapan tidak perlu sebagai suatu penemuan baru
tetapi meupakan aplikasi baru dari penelitian yang sudah ada (Nazir, 1985).
Akhir-akhir ini, penelitian terapan telah berkembang dalam bentuk yang lebih
khusus yaitu penelitian kebijakan (Majchrzak, 1984). Penelitian kebijakan berawal
dari permasalahan praktik dengan
maksud memecahkan masalah-masalah sosial. Hasil penelitian biasanya dimanfaatkan oleh pengambil
kebijakan.
3. Penelitian
Evaluatif
Penelitian evaluatif pada dasarnya merupakan bagian dari penelitian terapan
namun tujuannya dapat dibedakan dari penelitian terapan. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengukur keberhasilan suatu program, produk atau kegiatan tertentu
(Danim, 2000). Penelitian ini diarahkan untuk menilai keberhasilan manfaat,
kegunaan, sumbangan dan kelayakan suatu program kegiatan dari suatu unit/ lembaga tertentu. Penelitian evaluatif dapat
menambah pengetahuan tentang kegiatan dan dapat mendorong penelitian atau
pengembangan lebih lanjut, serta membantu para pimpinan untuk menentukan
kebijakan (Sukmadinata, 2005). Penelitian evaluatif dapat dirancang untuk menjawab pertanyaan,
menguji, atau membuktikan hipotesis. Makna evaluatif menunjuk pada kata kerja
yang menjelaskan sifat suatu kegiatan, dan kata bendanya adalah evaluasi.
Penelitian evaluatif menjelaskan adanya kegiatan penelitian yang sifatnya
mengevaluasi terhadap sesuatu objek, yang biasanya merupakan pelaksanaan dan
rencana. Jadi yang dimaksud dengan penelitian evaluatif adalah penelitian yang
bertujuan untuk mengumpulkan informasi tentang apa yang terjadi, yang merupakan kondisi nyata mengenai
keterlaksanaan rencana yang memerlukan evaluasi. Melakukan evaluasi berarti
menunjukkan kehati-hatian karena ingin mengetahui apakah implementasi
program yang telah
direncanakan sudah berjalan dengan benar dan sekaligus memberikan hasil
sesuai dengan harapan. Jika belum bagian mana yang belum sesuai serta apa yang
menjadi penyebabnya.
Penelitian evaluatif memiliki dua kegiatan utama yaitu pengukuran atau
pengambilan data dan membandingkan hasil pengukuran dan pengumpulan data dengan
standar yang digunakan. Berdasarkan hasil perbandingan ini maka akan
didapatkan kesimpulan bahwa suatu
kegiatan yang dilakukan itu layak atau tidak, relevan atau tidak, efisien dan
efektif atau tidak. Atas dasar kegiatan tersebut, penelitian evaluatif dimaksudkan untuk membantu perencana dalam
pelaksanaan program, penyempurnaan dan perubahan program, penentuan
keputusan atas keberlanjutan atau penghentian program,
menemukan fakta-fakta dukungan dan penolakan terhadap program, memberikan
sumbangan dalam pemahaman suatu program
serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Lingkup penelitian evaluatif
dalam bidang pendidikan
misalnya evaluasi kurikulum,
program pendidikan, pembelajaran, pendidik, siswa, organisasi dan manajemen.
Satu pengertian pokok yang terkandung dalam evaluasi adalah adanya standar,
tolok ukur atau kriteria. Mengevaluasi
adalah melaksanakan upaya untuk mengumpulkan data mengenai kondisi nyata
sesuatu hal, kemudian dibandingkan dengan kriteria agar dapat diketahui
kesenjangan antara kondisi nyata dengan kriteria (kondisi yang diharapkan). Penelitian
evaluatif bukan sekedar melakukan
evaluasi pada umumnya. Penelitian evaluatif merupakan kegiatan evaluasi tetapi
mengikuti kaidah-kaidah yang berlaku bagi sebuah penelitian, yaitu persyaratan
keilmiahan, mengikuti sistematika dan metodologi secara benar sehingga dapat dipertanggungjawabkan. Sejalan dengan makna
tersebut, penelitian evaluatif
harus memiliki ciri-ciri sebagai
berikut (Arikunto, 2006):
1. Proses
kegiatan penelitian tidak menyimpang
dari kaidah-kaidah yang berlaku bagi
penelitian ilmiah pada umumnya.
2. Dalam
melaksanakan evaluasi, peneliti berpikir
sistemik yaitu memandang program yang diteliti sebagai sebuah kesatuan yang
terdiri dan beberapa komponen atau unsur yang saling berkaitan antara satu sama
lain dalam menunjang keberhasilan kinerja dan objek yang dievaluasi.
3. Agar dapat
mengetahui secara rinci kondisi dan objek yang dievaluasi, perlu adanya
identifikasi komponen yang berkedudukan sebagai faktor penentu bagi
keberhasilan program.
4. Menggunakan
standar, kriteria, dan tolok ukur
yang jelas untuk setiap indikator yang dievaluasi agar dapat diketahui
dengan cermat keunggulan dan kelemahan program.
5. Agar informasi yang diperoleh dapat menggambarkan
kondisi nyata secara rinci untuk mengetahui bagian mana dari
program yang belum terlaksana, perlu ada identifikasi komponen yang
dilanjutkan dengan identifikasi sub komponen, dan sampai pada indikator dan
program yang dievaluasi.
6. Dari hasil
penelitian harus dapat disusun sebuah rekomendasi secara rinci dan akurat
sehingga dapat ditentukan tindak lanjut secara tepat.
7. Kesimpulan atau
hasil penelitian digunakan sebagai masukan/rekomendasi bagi kebijakan atau
rencana program yang telah ditentukan. Dengan kata lain, dalam melakukan
kegiatan evaluasi program, peneliti harus berkiblat pada tujuan program kegiatan
sebagai standar, kriteria, atau tolak ukur.
c. Berdasarkan Tujuan
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu
gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi saat sekarang. Penelitian deskriptif
memusatkan perhatian kepada masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat
penelitian berlangsung. Melalui
penelitian deskriptif, peneliti
berusaha mendeskripsikan peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat
perhatian tanpa memberikan
perlakukan khusus terhadap peristiwa tersebut. Variabel yang diteliti
bisa tunggal (satu variabel) bisa juga lebih
dan satu variabel.
Penelitian deskriptif sesuai karakteristiknya memiliki langkah-langkah
tertentu dalam pelaksanaannya.
Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Perumusan masalah.
Metode penelitian manapun harus diawali dengan adanya masalah, yakni
pengajuan pertanyaan-pertanyaan penelitian yang jawabannya harus dicari menggunakan data dari lapangan. Pertanyaan
masalah mengandung variabel-variabel yang menjadi kajian dalam studi ini. Dalam penelitian
deskriptif peneliti dapat menentukan status variabel atau mempelajari hubungan
antara variabel.
2.
Menentukan jenis informasi yang
diperlukan.
Dalam hal ini peneliti perlu menetapkan informasi apa yang diperlukan untuk
menjawab pertanyaan atau masalah yang telah dirumuskan. Apakah informasi kuantitatif
ataukah kualitatif. Informasi kuantitatif berkenaan dengan data atau informasi
dalam bentuk bilangan/angka seperti.
3.
Menentukan prosedur pengumpulan
data.
Ada dua unsur penelitian yang diperlukan, yakni instrumen atau alat
pengumpul data dan sumber data atau sampel yakni dari mana informasi itu
sebaiknya diperoleh. Dalam penelitian ada sejumlah alat pengumpul data antara
lain tes, wawancara, observasi, kuesioner, sosiometri. Alat-alat tersebut lazim
digunakan dalam penelitian deskriptif. Misalnya untuk memperoleh informasi
mengenai langkah-langkah guru mengajar, alat atau instrumen yang tepat
digunakan adalah observasi atau pengamatan. Cara lain yang mungkin dipakai adalah wawancara dengan guru mengenai langkah-langkah
mengajar. Agar diperoleh sampel yang jelas,
permasalahan penelitian harus dirumuskan se-khusus mungkin sehingga
memberikan arah yang pasti terhadap instrumen dan sumber data.
4.
Menentukan prosedur pengolahan
informasi atau data.
Data dan informasi yang telah diperoleh dengan instrumen yang dipilih dan
sumber data atau sampel tertentu masih merupakan informasi atau data kasar.
Informasi dan data tersebut perlu diolah agar dapat dijadikan bahan untuk
menjawab pertanyaan penelitian.
5. Menarik
kesimpulan penelitian.
Berdasarkan hasil pengolahan data di atas, peneliti menyimpulkan hasil
penelitian deskriptif dengan cara menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian dan
mensintesiskan semua jawaban tersebut dalam satu kesimpulan yang merangkum
permasalahan penelitian secara keseluruhan.
Penelitian deskriptif adalah salah
satu jenis penelitian yang tujuannya untuk menyajikan gambaran lengkap
mengenai setting sosial atau hubungan antara fenomena yang diuji. Dalam penelitian ini,
peneliti telah memiliki definisi jelas tentang subjek
penelitian dan akan menggunakan
pertanyaan who dalam menggali informasi yang dibutuhkan. Tujuan dari penelitian deskriptif
adalah menghasilkan gambaran akurat tentang sebuah kelompok, menggambarkan mekanisme sebuah proses atau hubungan, memberikan gambaran lengkap baik dalam
bentuk verbal atau numerikal,
menyajikan informasi dasar akan suatu hubungan, menciptakan seperangkat kategori dan mengklasifikasikan subjek penelitian, menjelaskan
seperangkat tahapan atau proses, serta untuk menyimpan informasi bersifat kontradiktif
mengenai subjek penelitian.
2. Penelitian
Prediktif
Tipe lain dari penelitian pengetahuan adalah yang mencakup ramalan
(prediksi), yaitu kecakapan meramalkan fenomena (gejala) yang akan terjadi pada
waktu tertentu dengan menggunakan informasi dari waktu sebelumnya. Banyak studi-studi
ramalan telah dilakukan oleh para peneliti pendidikan untuk mengembangkan
pengetahuan mengenai faktor-faktor yang meramalkan keberhasilan para siswa di
sekolah dan dunia kerja.
Tujuan lain dari penelitian prediksi adalah untuk mengidentifikasi para
siswa yang mungkin tidak akan berhasil pada urutan berikutnya sehingga dengan
demikian program pencegahan dapat dilembagakan. Sebagai contoh, dengan
mengumpulkan berbagai informasi yang berbeda mengenai para siswa di kelas enam,
dan mengamatinya sampai mereka lulus dari sekolah menengah atau drop out, para
peneliti dapat menentukan informasi mana yang memberikan prediksi paling baik.
Pengetahuan prediksi ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi para siswa
kelas enam yang memiliki risiko drop out.
3. Penelitian
Improftif
Penelitian inproftif (improvetive reasearch)
ditujukan untuk memperbaiki, meningkatkan atau menyempurnakan suatu keadaan,
kegiatan atau pelaksanaan suatu program.
Secara umum, studi penelitian improftif ini
direncanakan untuk mengembangkan pengetahuan mengenai intervensi-intervensi
yang mengontrol fenomena-fenomena penting. Sebagai contoh, seorang ahli
fisiologi menempatkan suatu elektroda yang ditanamkan pada otak seekor tikus
untuk mengetahui apakah intervensi (campur tangan) tersebut mempengaruhi
aktivitas otak tikus. Apabila penempatan elektroda pada otak tikus tersebut
(intervensi X) mempengaruhi aktivitas otak utama tikus (gejala Y), kita
mengatakan bahwa penempatan electroda tersebut “mengontrol” aktivitas otak.
Karena umumnya intervensi dalam penelitian pendidikan bertujuan untuk
meningkatkkan nilai outcome seperti pengetahuan para siswa, kita mengatakan bahwa penelitian ini
diorientasikan pada peningkatan (daripada pengontrolan).
Banyak studi penelitian yang telah dilakukan untuk
mengidentifikasi intervensi atau faktor-faktor yang ditranformasikan sebagai
intervensi untuk meningkatkan pencapaian/prestasi akademik para siswa. Herbert
Walberg dan kawan-kawannya telah mensistesis hampir 3.000 studi semacam ini
untuk mengidentifikasi potensi intervensi yang dapat meningkatkan performan
para siswa dengan melakukan bermacam-macam pengukuran terhadap prestasi
akademik. Sintesis Walberg mengenai penelitian ini menunjukkan bahwa para
peneliti pendidikan telah menemukan beberapa intervensi yang efektif untuk
meningkatkan prestasi akademik para siswa. Oleh karena itu diperlukan
penelitian lebih lanjut untuk menemukan intervensi-intervensi lain yang membuat
pendidikan lebih efektif melalui setting pendidikan yang berbeda dan untuk tipe-tipe
siswa yang berbeda pula.
4. Penelitian
Eksplanatif
Penelitian eksplanatif (penjelasan) merupakan yang paling penting dari
seluruh penelitian lainnya. Dengan arti tipe pengetahuan ini mencakup tiga
pengetahuan lainnya. Jika para peneliti
dapat menjelaskan satu perangkat fenomena, artinya mereka dapat
mendeskripsikan, meramalkan, dan mengontrol fenomena dengan tingkat kepastian
dan akurasi yang tinggi. Penelitian eksplanasi memberikan teori-teori mengenai
gejala-gejala yang akan diselidiki. Banyak teori-teori penting yang telah
dikembangkan oleh para peneliti pendidikan. Sebagai contoh adalah teori
produktivitas pendidikan yang telah dikembangkan oleh Herbert Walberg. Teori
tersebut, memiliki persamaan dengan teori yang dikembangkan oleh Benyamin
Bloom, John carroll, Robert Glaser, dan lainnya yang berusaha menjelaskan
mengapa beberapa siswa belajar lebih banyak dari siswa lainnya dan bagaimana
belajar dapat ditambah. Ilmu pengetahuan teoritis merupakan sesuatu yang
penting kerena akan memberikan “formula” yang lebih ringkas untuk meramalkan
dan mengontrol gejala-gejala yang menyangkut individu-individu yang berbeda ,
setting, dan kejadian pada waktu yang berbeda.
Herberg Walberg (dalam Walter R. Berg) memberikan summary bahwa penelitian
pendidikan menghasilkan empat jenis pengetahuan penting yaitu: deskripsi
mengenai fenomena pendidikan; prediksi mengenai fenomena pendidikan; informasi
mengenai pengaruh-pengaruh dari peningkatan-yang berorientasi intervensi; dan
teori-teori. Dalam merefleksikan kerja mereka, para peneliti pendidikan
memelihara pengembangan ilmu pengetahuan baru mengenai bagaimana merencanakan
dan melaksanakan penelitian.
5.
Prinsip-prinsip
pemilihan paradigma penelitian.
Prinsip umum pemilihan paradigma penelitian adalah
pilihlah paradigma penelitian sesuai dengan kebutuhan, yakni sesuaikan dengan
tujuan penelitian yang akan dicapai, masalah yang akan dipecahkan, dan
karakteristik data yang akan dikumpulkan. Paradigma yang dipilih diabdikan
kepada pencapaian tujuan penelitian, pemecahan masalah, dan karakteristik data
yang akan dikumpulkan.
Paradigma penelitian kualitatif dipilih bila penelitian
bertujuan menjelaskan apa dan mengapa suatu fenomena terjadi, datanya verbal,
interpretatif, multirealitas dan multitafsir, bergantung konteks, dan untuk
mengembangkan teori. Paradigma penelitian kuantitatif dipilih bila penelitian
bertujuan menjelaskan berapa banyak suatu fenomena, bagaimana hubungan
antaraspek, datanya bersifat numerikal, dapat diukur, ”bebas” konteks, dan
untuk menguji teori. Paradigma penelitian kualitatif-kuantitatif dipilih bila
penelitian itu membutuhkan cara-cara kualitatif dan kuantitatif sekaligus untuk
menjelaskan fenomena dan tujuan penelitian.
6.
Kegunaan (Manfaat) Penelitian
Manfaat
atau Kegunaan hasil penelitian dapat diklasifikasikan menjadi manfaat teoritis
dan manfaat praktis.Manfaat teoritis artinya hasil penelitian bermanfaat untuk
pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan obyek penelitian.Manfaat
praktis bermanfaat bagi berbagai pihak yang memerlukannya untuk memperbaiki
kinerja, terutama bagi sekolah, guru, dan siswa serta seseorang untuk melakukan
penelitian lebih lanjut.
Contoh Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara langsung maupun tidak langsung
antara lain:
1. Pengembangan Ilmu Pengetahuan
Hasil penelitian ini dapat memberi sumbangan yang
sangat berharga pada perkembangan ilmu pendidikan, terutama pada penerapan
model-model pembelajaran untuk meningkatkan hasil proses pembelajaran dan hasil
belajar di kelas.
2. Bagi Sekolah
Sebagai bahan masukan bagi sekolah untuk
memperbaiki praktik-praktik pembelajaran guru agar menjadi lebih efektif dan
efisien sehingga kualitas pembelajaran dan hasil belajar siswa meningkat.
3. Bagi Siswa
Meningkatkan hasil belajar dan solidaritas siswa
untuk menemukan pengetahuan dan mengembangkan wawasan, meningkatkan kemampuan
menganalisis suatu masalah melalui pembelajaran dengan model pembelajaran
inovatif.
4. Bagi Guru atau Calon Peneliti
Sebagai sumber informasi dan referensi dalam
pengembangan penelitian tindakan kelas dan menumbuhkan budaya meneliti agar
terjadi inovasi pembelajaran.
5. Bagi Peneliti
Sebagai sarana belajar untuk mengintegrasikan
pengetahuan dan keterampilan dengan terjun langsung sehingga dapat melihat,
merasakan, dan menghayati apakah praktik-praktik pembelajaran yang dilakukan
selama ini sudah efektif dan efisien.
E.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah
biasanya menjadi batu sandungan yang besar dalam membuat sebuah skripsi apabila
penulis tidak terlalu memahami masalah yang akan dikaji dalam sebuah skripsi.
Dapat dikatakan bahwa rumusan masalah
merupakan salah satu dari tahapan yang ada diantara sejumlah tahapan
penelitian yang mempunyai kedudukan penting dalam sebuah aktifitas penelitin
yang dikaji dalam sebuah skripsi.
Apabila tanpa
rumusan masalah, maka suatu kegiatan penelitian akan sis-sia atau bahkan tidak
membuahkan hasil sama sekali.Sehingga proses penulisan skripsipun ikut menjadi
sia-sia. Didalam rumusan masalah sendiri diperlukan untuk memperhatikan
bentuk-bentuk masalah. Dalam rumusan masalah perlu diperhatikan bentuk-bentuk
masalah.
Sugiyono (2000) menyebutkan ada tiga bentuk masalah yaitu
:
1.
Masalah Deskriptif
Masalah Deskriptif yaitu masalah yang berkenaan terhadap
keberadaan variabel mandiri, baik hanya pada sutu variabel atau lebih (variabel
yang berdiri sendiri). Jadi dalam penelitian ini peneliti tidak membuat
perbandingan variabel itu pada sampel lain, dan semacam hubungan variabel itu
dengan variabel yang lain.
2.
Masalah Komparatif
Masalah komparatif adalah suatu permasalahan penelitian
yang bersifat membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau
lebih sampel yang akan berbeda, atau pada waktu yang berbeda.
3.
Masalah Asosiatif
Masalah Asosiatif adalah suatu pertanyaan penelitian yang
bersifat hubungan antara dua variabel atau lebih. Hubungan tersebut bisa
simentris, kausal, maupun hubungan timbal balik.
Ø Hubungan
simetris adalah hubungan antara dua variabel atau
lebih yang kebetulan munculnya bersamaan. Jadi bukan hubungan kausal ataupun
interaktif.
Contoh:
·
Adakah
hubungan antara banyaknya semut dipohon dengan tingkat manisnya buah?
·
Adakah
hubungan antara jumlah payung yang terjual dengan jumlah kejahatan?
Ø Hubungan
kausal adalah hubungan yanga bersifat sebab
akibat. Dalam hal ini ada variabel independen (variabel bebas) dan variabel
dependen. Variabel independen mempengaruhi variabel dependen.
Contoh:
·
Adakah
pengaruh sistem penggajian terhadap prestasi kerja?
·
Seberapa
besar pengaruh tata ruang kantor terhadap efisiensi kerja karyawan?
·
Adakah
pengaruh pendidikan orang tua
terhadap prestasi belajar anak? (pendidikan orang tua merupakan variabel
independen dan prestasi belajar merupakan variabel dependen)
·
Seberapa
besar pengaruh kepemimpinan kepala SMK terhadap kecepatan lulusan memperoleh
pekerjaan? (kepemimpinan merupakan variabel independen dan kecepatan memperoleh
pekerjaan merupakan variabel dependen)
Ø Hubungan
timbal balik atau interaktif adalah
hubungan yang saling mempengaruhi. Disini tidak diketahui mana variabel
dependen dan variabel independen.
Contoh:
·
Hubungan
antara motivasi dengan prestasi. Disini dapat dinyatakan motivasi mempengaruhi
prestasi dan juga prestasi mempengaruhi motivasi.
·
Hubungan
antara kecerdasan dengan kakayaan. Kecerdasan dapat menyebabkan kaya, demikian
juga orang kaya dapat meningkatkan kecerdasan karena gizi terpenuhi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar